tag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post5081936554047462680..comments2023-11-03T15:56:51.149+07:00Comments on Catatan Kecilku: OSK dan Peran Sekolahrenihttp://www.blogger.com/profile/17168555689255764890noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post-1303542847247744082009-02-16T15:27:00.000+07:002009-02-16T15:27:00.000+07:00Krn SD dan SMP adalah termasuk 9 th wajib belajar,...Krn SD dan SMP adalah termasuk 9 th wajib belajar, maka setiap anak yg sdh mengikuti pendidikan di SD selama 6 th dan 3 th di SMP (ngga ada kelas akselerasi ya), maka dianggap telah menyelesaikan program wajib belajar, dan Jepang tdk mengenal sistem turun kelas, semua siswa naik kelas secara otomatis. Lalu bgm kalau ada anak yg ngga bisa apa2 ? apk tetep dinaikkan kelas ?<BR/>Para pemikir pendidkan di Jepang berprinsip bhw semua anak pada dasarnya punya kemampuan dasar yg sama yg pengasahannya berbeda2, oleh karena itu ndak ada anak yg bodoh. Anak2 yg mengalami keterlambatan daya tangkap harus dibimbing dg jumlah jam dan cara yg berbeda dg teman2nya yg biasa. Makanya di setiap sekolah ada jam tertentu untuk tambahan bagi anak2 tsb. Anak-anak yg punya kelainan fisik dan mental diajar di satu kelas khusus dalam Sekolah yg sama dg anak2 normal. Ini sebuah bentuk pengajaran empati kpd anak2 normal dan sekaligus pelajaran sosialisasi u anak2 yg kekurangan tsb.murniramlihttps://www.blogger.com/profile/07455609687150072558noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post-24244891002827187582009-02-13T11:42:00.000+07:002009-02-13T11:42:00.000+07:00@murni : wah, beda banget ternyata Indonesia ma Je...@murni : wah, beda banget ternyata Indonesia ma Jepang ya ? Dirimu yang mempelajari masalah pendidikan jadi lebih paham deh. Terus Jepang dalam meluluskan siswanya pake dasar apa ya ??renihttps://www.blogger.com/profile/17168555689255764890noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post-16768442403002911292009-02-12T18:43:00.000+07:002009-02-12T18:43:00.000+07:00wah, gejala lomba2an yg tidak sy temui di Jepang.K...wah, gejala lomba2an yg tidak sy temui di Jepang.<BR/>Kasihan sekali melihat jubelan anak-anak yg daftar. Kalau memang tujuannya u mengecek kemampuan sains anak-anak SD di Indonesia, mestinya tdk usah dibuat seperti ini. Jika Pak Yohannes memang bermaksud memperbaiki literacy sains di Indonesia, mengapa tidak mengundang guru2 untuk mengikuti training pembelajaran sains yang lebih baik ? <BR/>Dan jk memang rencana beliau melahirkan nobelis dari Indonesia spt ramai dibicarakan, alangkah baiknya jika pembelajaran sains diberikan sebagai sebuah pemahaman akan permasalahan sains dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai pembelajaran u mengikuti kompetisi sains.<BR/><BR/>Mohon maaf, sy justru melihat ini sebagai bentuk privatisasi pendidikan di Indonesia selain juga mengakuinya sbg bentuk latihan berkompetisi bagi anak2 Indonesia.<BR/>Tetapi dibandingkan dg Jepang, anak-anak Indonesia sebenarnya sdh kenyang berkompetisi setiap hari (ulangan dan ujian akhir), sementara di Jepang ulangan hanya ada di akhir tahun untuk siswa SD, itu pun bukan u menentukan kelulusan dan baru-baru saja diterapkan. Sebelumnya tdk ada ujian.<BR/><BR/>Bedanya barangkali di Jepang, pendidikan sains diajarkan dengan kualitas yg hampir sama di semua sekolah. Daripada meng-elitkan pendidikan hanya untuk anak-anak unggul, Jepang lebih memilih pendidikan massal yang sama kualitasnya.<BR/><BR/>Btw, selamat untuk Sasha chan,<BR/>Mempunyai pengalaman seperti ini adalah hal langka bagi sebagian anak Indonesia.<BR/>Semoga tambah mencintai alam dan penghuninya ya :DAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post-61685635308252974642009-02-09T17:34:00.000+07:002009-02-09T17:34:00.000+07:00@harum : Foto Aji yang keliatan "utuh" ada kok... ...@harum : Foto Aji yang keliatan "utuh" ada kok... Sabar ya, ntar dicetak kok. Piiss...<BR/><BR/>@kuyus : Waduh, baca komen mbak Kuyus jadi semangat lagi nih. Thanks ya.... :)renihttps://www.blogger.com/profile/17168555689255764890noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post-46396697818781740352009-02-09T17:06:00.000+07:002009-02-09T17:06:00.000+07:00wah .. Shasanya aja semangat, kok sekolahnya engga...wah .. Shasanya aja semangat, kok sekolahnya enggak. Aneh ya!!<BR/>Seharusnya kalau melihat anak juridnya semangat, sekolahnya memberi dukungan. Toh kalau Shasha menang, nama sekolah juga yang terangkat ..<BR/><BR/>Gak papa Mbak. Ini buat kebaikan Shasha .. paling tidak memberi gambaran kepada Shasha, buat maju gak harus mengandalkan orang lain, namun dari diri sendiri, dengan begitu, kita akan banyak belajar, nambah pengalaman en wawasan.<BR/><BR/>Siapa mau maju, dia yang berusaha!! Jangan patah semangat ya!!Kuyus is cutehttps://www.blogger.com/profile/14761707274461817689noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2605329002044947082.post-59461797780281826292009-02-09T15:19:00.000+07:002009-02-09T15:19:00.000+07:00Ya bener,mungkin krn yg nyelenggarakan bkn DEPDIKN...Ya bener,mungkin krn yg nyelenggarakan bkn DEPDIKNAS atau instansi pemerintah,jd ga ada perhatian dr pihak sekolah.Meskipun seharusnya tidak boleh spt itu. Tp jgn khawatir bu,pihak sekolah pasti (baru) akan memberi perhatian dan dg senang hati mengumumkan bila anak didiknya ada yg menang! he2.. NB : Protes nih ke mas Ari,kenapa fotonya Aji disebelah Shasa ga ada yg utuh? Hayoo,sengaja ya??Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/15787191549512590043noreply@blogger.com