Kamis, 29 Mei 2014

[Resensi Buku Say: No, Thanks] Agar Remaja Tak Tergoda Miras


credit

Judul : Say: No, Thanks
Penulis : Fahira Idris
Co-Writer : Sofie Beatrix & dr. Tamam Jauhar
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
Tebal : viii + 219 halaman
ISBN : 978-602-03-0324-6
Harga : Rp. 58.000

Buku Say: No, Thanks karya Fahira Idris ini dibuat berdasarkan keprihatinan yang mendalam akan maraknya peredaran minuman keras (miras) dan minuman beralkohol (minol) di masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa minuman dengan kadar alkohol lebih dari 5% disebut dengan minuman keras. Sedangkan minuman dengan kadar alkohol kurang dari 5% disebut dengan minuman beralkohol (hal. 155). Yang jelas, miras itu adalah minuman ber-alkohol yang di dalamnya mengandung etanol. Efek dari etanol itu adalah bersifat psikoaktif, yaitu dapat secara aktif mempengaruhi kejiwaan si peminum. Akibatnya orang yang mengonsumsi miras akan mengalami Gangguan Mental Organik atau GMO (hal. 3)

Senin, 12 Mei 2014

Keajaiban Datang Melalui Marginalia


Judul : Marginalia, Catataan Cinta di Pinggir Hati
Penulis : Dyah Rinni
Penerbit : Qanita
Cetakan I : Pebruari 2013
Tebal : 304 halaman
ISBN : 978-602-9225-82-2

Ini adalah satu lagi novel yang mengangkat tema tentang cinta. Kali ini tokoh utamanya adalah Aruna (seorang rocker yang terkenal) dan Drupadi (seorang pemilik wedding organizer). Namun, kedekatan mereka tidak bermula dari panggung musik rock maupun dari sebuah acara pernikahan. Kedekatan mereka justru bermula dari marginalia, catatan pinggir di buku.

Sabtu, 10 Mei 2014

Sang Patriot : Beratnya Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan


Judul : Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis : Irma Devita
Penerbit : Inti Dinamika Publishers
Cetakan : Pertama (Pebruari 2014)
Tebal : 280 halaman
ISBN : 978-602-14969-0-9

Rukmini adalah seorang wanita yang pandai, keras hati dan sangat ingin menjadi ahli hukum. Sebenarnya, keinginan atau cita-cita Rukmini itu sangat mungkin bisa terwujud, selain karena kepandaiannya yang memang luar biasa, namun juga dia terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan terpandang di Sampang. Pada saat itu, masa penjajahan Belanda, hanya orang-orang yang dari golongan ningrat atau dari keluarga terpandang saja yang bisa bersekolah, dan Rukmini salah satunya.