Senin, 12 Januari 2009

Empati

Ceritanya, sore tadi tidak seperti biasanya, aku sudah ada di rumah. Dan tidak seperti biasanya juga, aku bisa nonton televisi, karena biasanya sampai rumah sibuk dengan urusan rumah tangga sih *curhat mode on*. Kebetulan aku nonton program reality show yang berjudul : Minta Tolong.

Acara tersebut memiliki konsep untuk menguji kepekaan hati nurani orang-orang di sekitar kita. Melalui kamera tersembunyi, kita dapat melihat berbagai reaksi orang-orang ketika ada seseorang (yang tidak dikenal) datang meminta pertolongan.

Kebetulan acara yang aku lihat tadi sore menceritakan (kalau boleh dibilang) "perjuangan" seorang wanita (selanjutnya kita sebut sebagai "tokoh" saja yach?) yang kelaparan dan minta nasi, karena sudah 2 hari tidak makan. Ternyata reaksi dari orang-orang sangat beragam ketika tokoh tadi datang dan minta makan. Ada yang cuma mendiamkan saja (pura-pura tidak dengar kali ya...?), ada yang menolak dengan berbagai alasan. Ada yang mengusir dengan menyiramkan air ke arah tokoh itu, walau airnya tidak banyak tapi sikapnya menurutku keterlaluan juga. Dan yang "tragis" adalah saat sang tokoh masuk ke sudah kedai makan dan melihat sisa nasi di piring yang sudah ditinggalkan pembelinya. Kebetulan pemilik warung belum sempat membereskan kembali meja itu. Waktu sang tokoh masuk dan bilang minta makan, lantas mengambil (dengan tangannya) sisa nasi di atas piring, ternyata sang tokoh malah diusir! Masya Allah.... *sambil ngelus dada*

Kemudian diceritakan bahwa pada hari itu sang tokoh tadi sudah berjuang selama 13 jam minta nasi pada setiap orang yang ditemuinya, tapi tidak ada satupun yang membantunya. Keesokan harinya usaha meminta nasi dilanjutkan lagi. Baru pada hari kedua itulah, tokoh itu "beruntung" mendapatkan sebungkus nasi. Dan orang yang memiliki nurani membantu tokoh itu adalah seorang wanita pemulung miskin yang bekerja dengan membawa 2 orang anaknya (yang satu masih dalam gendongan!) beserta ibunya yang sudah renta.

Tidak sampai di situ saja, wanita pemulung miskin itu juga kemudian menyeberang jalan untuk membelikan tokoh tadi segelas teh hangat! Aku jadi terharu melihat ketulusan wanita pemulung itu. Padahal saat itu, nasi bungkus yang dibawanya cuma satu, tapi melihat tokoh tadi kelaparan, tanpa berpikir panjang nasi itu langsung diserahkannya. *terharu*

Aku dulu pernah nonton acara serupa (yang kini sudah tidak ada lagi) di stasiun televisi yang lain. Dari tayangan yang dulu-dulu aku lihat, tenyata mayoritas orang yang memiliki hati nurani untuk menolong justru orang-orang yang tidak mampu. Sementara orang-orang yang mampu justru menutup mata bagi penderitaan orang lain.

Dari acara itu aku melihat betapa empati sangat mempengaruhi sikap seseorang. Memang tidak mudah memposisikan diri sebagai orang tidak mampu jika seseorang tidak pernah mengalami menjadi orang yang tidak mampu. Sebenarnya empati itulah yang akan kita dapatkan jika kita menjalani puasa Ramadhan dengan ikhlas. Karena melalui puasa Ramadhan itulah kita dapat merasakan bagaimana susahnya seseorang yang menahan haus dan lapar seharian. Tapi mungkin "pengalaman" menahan haus dan lapar selama 1 bulan tersebut terlupakan setelah kita kembali pada rutinitas sehari-hari di luar bulan Ramadhan. Sehingga, melalui acara Minta Tolong itulah kita dapat menyaksikan betapa kecilnya rasa kepedulian sebagian besar orang kepada yang membutuhkan.

Tentu saja tidak semua orang mampu kehilangan hati nurani lho... Demikian juga tidak semua orang yang tidak mampu memiliki keikhlasan untuk berbagi di saat mereka sendiri juga sangat membutuhkan pertolongan. Justru disinilah kita harus mengakui betapa luhurnya hati wanita pemulung itu yang dalam kondisinya yang serba kekurangan masih memiliki nurani dan kepedulian kepada orang lain.

Sekarang tinggal kita sendiri, apakah kita masih memiliki empati kepada orang lain?

2 komentar:

  1. Kalau dianalisa lebih dalam, mental kaum papa lebih kuat dari mental kaum yang berkecukupan. Mereka terlatih sabar karena keterbatasan akan banyak hal. Namun kaum yang berlebih cenderung memudahkan dengan kelebihan yang dimiliki ..

    Apapun kondisinya .. semua cobaan di mata Tuhan. Terutama untuk yang berlebih, sudikah kiranya menurunkan dirinya demi berbagi dengan sesama, karena di dalam rizki yang diberikan, terdapat hak orang lain yang lebih membutuhkan. Dan mereka adalah jembatannya ..

    Bersyukur media TV mampu menelurkan langsung salah satu jembatan itu. Menilik kembali mata mata yang hina dan terlupakan oleh mereka yang sudah gelap oleh gaya hidup dan gengsi dunia.

    Semoga uluran tangan banyak pihak bisa lebih mengetuk banyak hati nurani yang ingin berbagi ...

    Bravo Mbak .. selalu banyak ide buat postingan.

    BalasHapus
  2. Yups setuju mbak...
    Semoga kian banyak hati nurani yang terketuk untuk berbagi dengan sesama.
    Amien.
    Selalu semangat ya mbak...

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)