Senin, 13 Juli 2009

Makan dan jalan-jalan

Sungguh kali ini aku tak hendak bercerita tentang acara wisata kuliner. Kalau urusan itu, aku sudah percaya saja dengan Pak Bondhan. Tapi kali ini aku punya cerita tentang kegiatan makan sekaligus "jalan-jalan". Sebuah cerita yang bermula pada suatu pagi....

Pagi itu seperti biasa aku sedang menikmati rutinitas perjalanan pagiku. Tak jauh di depanku, melaju sebuah sepeda motor yang berpenumpang 3 orang. Sepasang suami istri dan seorang anaknya yang masih balita yang diletakkan diantara keduanya. Pada bahu si ibu terselempang sebuah kain untuk menggendong (jarit dalam bahasa Jawa) yang menunjukkan bahwa sang anak masih perlu (sesekali) digendong.

Yang istimewa menurutku pada pagi itu adalah bahwa ternyata di tangan kiri si ibu memegang sebuah mangkok dengan sendok di dalamnya. Mangkok yang sepertinya adalah sesuatu yang tak boleh ketinggalan untuk dibawa pada pagi hari itu. Mangkok yang entah telah menempuh berapa kilometer sejak dari rumah mereka.

Aku jadi mengernyitkan dahi melihat pemandangan itu. Jelas terlihat bahwa sepasang suami istri itu sedang berupaya menyuapi anak mereka. Entah akan sampai kemana mereka pada pagi hari itu untuk menyuapi anak mereka. Aku pun jadi bertanya-tanya tempat mana yang dipilih mereka untuk menyuapi anak mereka. Dan..., seribu tanya pun berkecamuk dalam pikiranku.

Pemandangan seperti itu sebenarnya bukan hal baru bagiku. Kebetulan, tetangga-tetanggaku pun banyak yang melakukan hal seperti itu. Yang aku tahu, pada sore hari ada ibu-ibu yang mendorong kereta bayinya berjalan-jalan dan di salah satu tangannya membawa mangkok makanan sang bayi. Sesekali sang ibu berhenti untuk menyuapi anaknya. Dan sang anak pun menikmati acara makan plus jalan-jalan seperti itu.

Dulu aku pernah bertanya (dengan rasa ingin tahu yang besar), mengapa mereka suka menyuapi anak mereka dengan jalan-jalan seperti itu. Ternyata jawaban mereka adalah nafsu makan sang anak jauh lebih besar setiap kali mereka diajak makan sambil jalan-jalan. Dengan cara seperti itu, seringkali makanan yang dibawa sambil jalan-jalan seringkali berhasil dihabiskan.

Bagiku, sangat aneh membiasakan anak mereka untuk makan dengan cara seperti itu. Aku tak mengerti mengapa masih saja ada orang tua yang belum membiasakan anak-anak mereka makan di meja makan (atau tempat makan) yang ada di rumah. Mungkin belum semua rumah memiliki meja makan atau ruang makan khusus, tapi aku yakin semua pasti memiliki tempat yang biasanya dipergunakan untuk makan. Mengapa anak-anak tidak dibiasakan makan pada tempatnya ya? Bukankah sama saja dengan membiasakan anak untuk tidur di tempat tidurnya ataupun mandi dan buang air pada tempatnya?

Membiasakan anak makan pada tempatnya memang tidak mudah, sama tak mudahnya dengan mendisiplinkan anak untuk gosok gigi di malam hari sebelum tidur. Semua memang butuh proses dan latihan, tak ada yang bisa didapatkan begitu saja. Namun, mendisiplinkan anak sejak kecil dalam hal apapun pasti akan sangat berguna untuk masa depannya nanti. Bukankah jika sang anak terbiasa untuk disiplin maka tak akan sulit bagi sang anak untuk mendisiplinkan diri sendiri bila besar nanti ? Bukankah sudah terbukti bahwa orang-orang yang berhasil adalah orang-orang yang tahu arti dari suatu kedisiplinan?

Disamping itu ada hal lain yang juga sangat penting. Kebiasaan mengajak anak makan sambil jalan-jalan seperti itu menyebabkan makanan yang masuk ke dalam perut sang anak bukan lagi makanan yang higienis. Makanan yang dibawa kemana-mana (dan seringkali dalam keadaan terbuka) tentu saja akan dengan mudah terkena debu, kotoran dan bakteri.

Jadi..., bukankah kita sudah harus membiasakan anak (dan keluarga kita) untuk makan pada tempatnya? Selain untuk melatih kedisiplinan, namun juga membuat makanan yang masuk ke dalam perut anak kita akan lebih sehat dan higienis. Sependapatkah sahabat-sahabat semua denganku dalam hal ini?

27 komentar:

  1. memang sih
    makanan buat anak-anak tu harus higienis
    tapi kalau pas udah di jalan mau gimana lagi mbak?
    mungkin ntar kalau aku udah punya anak bakal ngalamin juga
    n tentu pula inget dengan nasehat dalam tulisan mbak reni ini
    hehehehehe

    BalasHapus
  2. sebenarnya itu masalah budaya dan kebiasaan mbak, rata-rata orang tua memperlakukan anaknya sama dengan orang tua mereka dulu memperlakukan mereka, tinggal mereka sendiri sadar atau tidak untuk merubah kebiasaan yang sudah tidak relevan tersebut.

    BalasHapus
  3. Setujuuuu mbak... memang kebiasaan baik itu harus ditanamkan sejak kecil mbak... agar kelak ketika dewasa mereka juga bisa menularkannya pada generasi berikutnya. Memang kebiasaan makan seolah-olah hal sepele, tapi ternyata ada manfaatnya lho kalo kita mentaati unggah ungguh saat makan.

    BalasHapus
  4. Ya, kebiasaan tersebut memang masih sering dilakukan ibu2 saat ini.
    Kebetulan juga kemaren di Pengajian, sang ustadz juga menyinggung masalah kebiasaan makan tersebut. Ya persis seperti yang bu reni tulis tadi. Juga kan Nabi telah mencontohkan adab makan, sebaiknya diteladankan juga pada anak sejak dini.
    Tapi maklumlah, mungkin sang ibu2 belum mengetahui hal tersebut saat ini. Di t4 saya juga masih sering ibu2/baby sitter yang melakukan hal tersebut. Jadi kesimpulannya, alangkah baiknya jika kita yang sudah mengetahui hal tersebut menyampaikan pada orang2 yang bersangkutan supaya dapat mengerti akan pentingnya membiasakan makan anak yang baik sekaligus agar terhindar dari penyakit.
    Sekilas jika dilihat memang fine2 saja jalan2 sambil memberi makan si anak, tapi jika dikaji lebih dalam ternyata complicated ya:)
    Itu

    BalasHapus
  5. Setuju mbak reni, siiiiippppppp.
    Bukankah syariat mengajarkan makan yang baik, tentunya makan yang baik bukan jalan2 kayak gitu ya mbak....hehehehe

    BalasHapus
  6. hihihiihihihi... yaaah... semoga anakku besok bisa maem di meja makan sendiri.... jadi gak perlu nyuapin deh... :D


    eh mbak... mbak dari madiun toh...???

    BalasHapus
  7. asik tuh jalan2

    habis itu makan

    lalu pulang

    liburan udah selesai nih

    BalasHapus
  8. yub sis .very good idea.saya sependapat sekali.kegiatan/rutinitas menyuapin anak di jalan-jalan ini sangat membahayakan sekali.karena mungkin debu/virus/bakteri bisa hinggap ke makanan.

    BalasHapus
  9. Kasihan sekali kok kecil2 udah di biasain makan sambil jalan gituh...
    Lagipula kadang orang tua demikian sebenernya ngerti apa yag di perbuatnya cman karena udah terbiasa tanpa sadar mereka menanamkan sebuah kebiasaan yang patutnya dihindarkan...

    BalasHapus
  10. hmm..bener juga ya mbak.
    makasih atas infonya. lain kali bisa diterapkan dirumah :D

    BalasHapus
  11. menanamkan kedisiplinan pada anak memanglah harus secara dini.

    BalasHapus
  12. He, saya kecele sama judulnya ntadi. Kirain ini soal wisata kuliner, jalan (piknik) dan makan-makan. Ternyata soal menyuap anak makan sambil dibawa jalan2 toh. Tetap mantap. Variasi cara pemberian makanan pada balita mmg perlu dipikirkan supaya anak semangat makan, dan asupan gizi terpenuhi.

    BalasHapus
  13. Itu semua sumbernya dari pendidikan, mbak. Lalu diteruskan dgn yg namanya tradisi. Yg pertama mungkin berasal dari entah berapa generasi diatas kita. Sebenarnya aku percaya pendidikan generasi sekrg sdh cukup memadai utk membedakan cara makan yg baik dan buruk. Masalahnya, ada lagi masalah kedua yakni tradisi. Itulah yg kayaknya lebih sulit didobrak. Masyarakat memang sulit berubah dan menjadi berbeda.

    Eh..tapi dilihat dari sudut pandang lain, mungkin justru krn kebiasaan makan sambil jalan2 itu, generasi nenek-kakek kita cenderung lebih sehat ya? Hehehe...ngawur ah!

    BalasHapus
  14. iya mbak...aku juga pernah dengar tentang salah satu melatih kedisplinan anak, dengan tidak membiasakan memberi makan anak sambil jalan-jalan, karena kebiasaan seperti itu juga memancing anak2 menjadi sosok yang manja

    BalasHapus
  15. wah
    mudah2an klo nanti aku punya anak, anakku gak susah mkn ya mbak Ren...soalnya liat ponakanku ada yg spt itu, tiap mkn ya hrs jln2 dulu gitu deh..susahh..

    BalasHapus
  16. Jalan-jalan sambil makan siang... he..he...

    BalasHapus
  17. sneng juga yah mbak..piss sama aklo gitu..hehehe

    BalasHapus
  18. mba reniiii......
    akhirnya sampai juga aku ke rumahmu mba,
    kangen jg ternyata mba....
    hemm,mba ternyata abs jalan2 jg nih..hehe...

    makasih y mba,tetep nengokin rmhku hihihi..makasih buat awardnya mba,aku bungkus dan tinggal tunggu aku pajang y mba.

    BalasHapus
  19. Assalamu'alaikum...

    aq newbi, numpang mampir n salam kenal :)

    BalasHapus
  20. Makasih mbak infonya sangat bermanfaat buat saya...karena sikecil gebi anak saya mknnya harus dibw jalan2 dulu...mulai skrg saya akan rubah kebiasaan itu

    BalasHapus
  21. Malem mbak, aku dah bisa jalan2 lagi skarang, sejak minggu komp ngambek jadi aku terisolasi nih ceritanya :p.

    Makan sambil jalan2 tu bahaya lho, apalagi skarang lagi muncul virus yang aneh2. Kasihan anak2 yang jadi korban ketidaktahuan orang tua. Mestinya ada penyuluhan di posyandu setempat. Kita perlu usul ke situ nih mbak.

    BalasHapus
  22. waduh, kok bisa menyuapi anaknya sambil naik motor :D

    tergesa-gesa mungkin mba, tapi iya sih takut kebiasaan telatnya nular sama anaknya ...

    BalasHapus
  23. setuju tuh mbak... tapi kayaknya agak susah juga buat diterapin,, secara anak kecil gituh,, senengnya main2 aja gituh,, makan aja lebih suka sambil main2...


    btw,, salam kenla juga yah mbak.. ^^

    BalasHapus
  24. @yanuar : kalau di jalan sih lain ceritanya...
    @tukang komen : melakukan perubahan itulah yang sulit ya mas..
    @mulyati : bener mbak, kita harus bisa memberikan yg terbaik bagi generasi muda kita.....
    @agoez3 : ya seperti itulah keadannya mas.
    @buwel : makan yang baik dengan duduk di tempatnya bukan ?
    @rangga : la kalo masih kecil ya tetap disuapin dong... tapi nyuapinnya di rumah saja...
    @ajiee : tapi jangan makan dan jalan-2 dilakukan bersamaan ya ?
    @aishalife-line : ya takutnya terkena debu dan macam-2nya itu, mbak.
    @azzare : biasanya hal itu dilakukan saat sang ibu merasa kerepotan dan hilang akal saat menyuapin anaknya.
    @henny : kapan tuh, Hen ?
    @seti@wan : kalau udah gedhe, pasti sudah sulit dibentuk lagi, Bang.
    @newsoul : yang kecele mbak Elly aja atau ada yg lain ya ? Hehehe
    @fanda : itulah mbak, yg sulit itu adalah berani melakukan perubahan !
    @penikmat buku : yg jelas bagiku kebiasaan itu tidak baik, mbak.
    @linda belle : emang ibu dituntut utk kreatif agar anak-2 tidak sulit makan ya ?
    @tukang komen : wah, gak boleh tuh... Makannya dihabisin dulu, baru jalan2 hehehe
    @joresan : Thanks.......
    @irmasenjaque : selamat datang kembali mbak..
    @gaelby : salam kenal juga..
    @dinoe : memang sulit utk merubahnya, tapi bisa dibiasakan kok pelan-2.
    @eha : bener juga, harusnya disosialisasikan juga ke masyarakat ya ?
    @jonk : mungkin karena mereka bingung anaknya gak mau makan kali... hehehe
    @yolizZ : emang tak mudah, tapi bukan berarti tak mungkin kan ? ^_^
    Salam kenal kembali.

    BalasHapus
  25. intinya, mengajarkan disiplin dan kesehatan..bukan begitu mbak...begitu..:-)

    BalasHapus
  26. baiknya sich begitu mbak ..
    TAPI .. he he paki tapi nich, berdasarkan sharing tetangga tetanggaku yang suah pada punya baby. Anak kecil makannya terbilang susah, kalau diajak pakai jalan jalan, lebih gampang si anak makan. Seakan akan anak gak dituntut untuk menatap piring dan makan. Tapi matanya bisa sambil lihat lihat diluar, tapi bibir mengunyah.

    Nah bagi para orang tua, apa aja dilakukan, asal si anak mau makan. Daripada dipaksakan tapi akhirnya si anak gak mau makan.
    Serba salah sich, mungkin kalau si anak sudah lebih besar, lebih bisa diberi pengertian, kebiasaan untuk lebih teratur bisa diterapkan.

    BalasHapus
  27. @budiawan : bener banget, Bang..
    @kuyus : sulit sih mbak, tapi kayaknya bisa kok dijalankan.. ^_^

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)