Senin, 20 Juli 2009

Rasa ikut memiliki

Hidup kita senantiasa bersinggungan dengan berbagai hal yang bukan merupakan privasi kita. Seringkali kita berurusan dengan hal-hal yang menjadi milik umum, milik bersama. Akan sangat mudah bagi kita untuk menjaga segala apa yang menjadi milik pribadi kita. Namun untuk menumbuhkan rasa ikut memiliki terhadap barang-barang yang bukan milik kita apakah juga semudah itu?

Ternyata, rasa ikut memiliki terhadap barang-barang yang bukan merupakan milik pribadi belum dimiliki oleh semua orang. Yang aku tahu, selama ini beberapa fasilitas umum yang ada di Indonesia tidak terawat dengan baik. Tempat-tempat seperti itu seringkali rusak dan kotor, bahkan tak jarang tangan-tangan jahil memperburuk penampilannya dengan aneka coretan yang sebetulnya tidak perlu.

Contoh yang paling gampang adalah rasa ikut memiliki kota dimana kita tinggal. Kalau kita merasa ikut memilikinya, maka harusnya kita peduli dengan kebersihan dan keindahannya, bukan? Tapi ternyata..., seringkali kita justru ikut andil membuatnya menjadi kotor. Misalkan saja saat kita sedang berkendaraan, seringkali kita dengan sengaja membuang sampah di jalan. Bisa saja kita mengatakan bahwa sampah yang kita buang adalah bungkus permen yang kecil. Tapi, kalau setiap orang berpikiran sama dengan kita, maka di jalan-jalan kota itu akan penuh dengan sampah bungkus permen.

Itu baru bungkus permen, belum lagi kalau ada yang yang membuang kantong plastik bekas tempat kue, kulit pisang, bekas botol air mineral dan lain-lain. Jika semua orang bersikap seperti itu, bisa dipastikan jalan-jalan di kota yang kita tinggali akan sangat kotor. Kalau semua orang berpikir bahwa ada petugas kebersihan yang membersihkannya, maka itu menunjukkan bahwa kita memang benar-benar tidak memiliki rasa ikut memiliki terhadap kota kita sendiri.

Beberapa hari yang lalu aku kembali dihadapkan dengan ketiadaan rasa ikut memiliki itu lagi. Suatu sore Shasa meminta bantuanku untuk memberi sampul buku-buku BOS yang dipinjamkan oleh pihak sekolah kepadanya. Di bangku kelas 4 ini Shasa mendapatkan pinjaman buku BOS sebanyak 3 buah, yaitu buku paket Sains, Bahasa Indonesia dan Matematika. Shasa mengeluh karena buku-buku yang dipinjamkan kepadanya, meminjam istilah Shasa, jelek banget!

Waktu buku-buku itu diserahkannya kepadaku, aku trenyuh sekali. Buku-buku BOS yang dipinjamkan pihak sekolah kepada murid-muridnya setiap tahun itu ternyata sudah parah sekali kondisinya, terlebih buku Sains-nya. Mungkin saja murid yang terdahulu dipinjami buku itu tidak merawatnya dengan baik, sehingga cover buku sudah terkoyak, ujung-ujung buku berlipat semua. Sisi pinggir buku (bagian yang dijilid) sudah koyak, malah ada yang sudah diisolasi.


Kondisi buku saat pertama kali diterima Shasa

Akhirnya, aku memerlukan banyak waktu untuk 'menangani' buku pinjaman itu. Cover buku yang sudah terkoyak terpaksa aku tambal dengan kertas lain. Bagian sisi buku aku isolasi semua, dan (yang paling menyebalkan) aku harus membuka satu persatu ujung halaman yang berlipat-lipat. Baru setelah semua selesai, aku memasangkan sampul plastik. Lama dan melelahkan sebenarnya...


Usaha maksimalku membenahi buku BOS (cover buku Sains sampai harus ditembel)
Aku yang selama ini sangat rewel untuk urusan kebersihan buku, sangat trenyuh melihat buku-buku BOS yang tidak terawat seperti itu. Yang ada dalam pikiranku cuma satu, kalau bukunya saja sudah rusak seperti itu, bagaimana anak mau tertarik untuk mempelajari isinya? Mengapa murid-murid yang sudah jelas-jelas diberi pinjaman buku gratis dari sekolah tidak mau merawatnya dengan baik? Apakah mereka tidak menyadari bahwa buku-buku itu nantinya akan dipakai juga oleh adik kelas mereka

Aku pikir pihak sekolah sudah harus mengajarkan arti rasa memiliki itu kepada seluruh anak didiknya. Bukan saja terhadap buku-buku BOS yang dipinjamkan, tetapi juga terhadap seluruh fasilitas sekolah, seperti buku-buku yang ada di perpustakaan, inventaris yang ada di ruang kelas masing-masing, bahkan sampai pada lingkungan sekolah (termasuk kamar mandi dan WC).

Semoga dengan ditanamkannya rasa ikut memiliki sejak dini, anak-anak itu nanti akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kepedulian yang tinggi kepada lingkungannya. Selanjutnya, mereka akan menjadi pribadi-pribadi yang bertanggung jawab tidak saja atas kehidupan pribadinya namun juga kepada kehidupan orang lain. Semoga....

39 komentar:

  1. Yah itu kembali kepada orang tua murid juga mbak. Gak semuanya seperti mbak reni. kalau orang tuanya sebodo amat, yah mungkin anaknya juga gak ngurusin. Sedih juga yah mbak dengan keadaan ini.

    Saya sedih kalau ngelihat buku kelipat2 githu. Ko kesannya gak bersahabat dengan ilmu.

    Makasih sharenya mbak. Semoga saya mampu menjadi ibu seperti mbak Reni. *Halah*

    Eh tapi, itu khan harapan baik khan mbak? *maksa* :)

    BalasHapus
  2. Duiel... panjang amat yah? mentang2 pertamaxx :)

    BalasHapus
  3. ..mari kampanyekan gerakan gemar membaca dan cinta buku. Salut postingannya mbak.

    BalasHapus
  4. buku gudang ilmu bunda ;) bener kata bunda kita harus sadar dan mempunyai rasa memilki yg positif dan peduli ;)

    BalasHapus
  5. andai semua ibu seperti mbak reni... :D

    BalasHapus
  6. Sama kaya adikku mbak Ren
    Hobby banget ngelecein tuh buku
    kalo di tanya katanya :
    Inilah ciri-ciri orang yang belajar
    kalo engga lecek dan masih rapi itu tandanya engga belajar

    Ngeselin banget kan??

    BalasHapus
  7. sama, mbk. itu juga yg aku kerjakan minggu kemaren, buku yg baru beli (walau msh rapi) tp aku tetap 'merapikan' buku2 anakku... tak sampuli plastik semua..!

    maklum anakku yg br naik kls 2 ini cowok, pengalaman thn kemaren..ampuuun..bukunya lecek2 semua, pinggiran halamannya (buku tulis n cetaknya), kelipet2..

    BalasHapus
  8. Siip, kalau semua orang memiliki kepedulian seperti mbak Reni, wah maknyus banget. Kota dengan sarana dan prasarananya jadi apik. Tulisan yang mantap mbak reni.

    BalasHapus
  9. Wajib ditiru oleh para orang tua,..
    makasih mbak...

    BalasHapus
  10. Salut atas kepedulian mbak reni...btw memang benar mbak kadang2 orang lain kurang peduli terhadap pasilitas umum..yg semestinya dirawat buat kepentinan bersama..

    BalasHapus
  11. Wah postingan yg penuh perenungan dan sangat membangun mbak yuk...luar biasa semoga ada pihak dinas pendidikan yg membaca postingan mbak ini..makasih mbak .

    BalasHapus
  12. ada satu seloroh bahwa buku yang lecek itu tanda sering dibaca, lagi makan dibaca, lagi ke wc dibaca lagi bobo' dibaca ketiduran saat baca buku, jadi lecek kan? we..ke..ke.ke...
    Btw... itu semua tergantung orang tuanya juga kok, kalau ortunya perhatian dan bisa ngerawat tuh buku yah... semuanya rapi dan bisa tertanam ke anak kebiasaan seperti itu..

    BalasHapus
  13. waduh.....mba reni memang bener2 perhatian bgt ya??? saya yg kadang gak pedulian ini jadi malu...hehehehe

    makasi ya mba ren paling td udh menyadarkan saya untuk lebih menghargai sesuatu...yah harus ditimbulkan rasa saling memiliki agar semua mau melakukan kewajibannya dengan maksimal!!!!

    BalasHapus
  14. Itulah akibat dari sikap egois dan kurangnya SQ (kecerdasan sosial) kebanyakan orang. Itu pula kenapa yg namanya tempat wisata ga ada yg bersih. Mungkin ini dampak kurangnya pelajaran budi pekerti di sekolah disertai gaya hidup generasi sekarang yg seolah bisa hidup tanpa org lain. Mengesalkan memang..

    BalasHapus
  15. Benar, dalam segala aspek, oleh semua pihak, kepedulian terhadap milik bersama itu harus terus ditanam dan dipupuk. Mulai dari diri kita. Keluarga. Baru setelah itu meluas ke mana-mana.

    BalasHapus
  16. ilmu adalah harta yang paling berharga dan dengan ilmu kita bisa mendapat pahala ya mbak..

    BalasHapus
  17. waduh...
    saya plg sebel klo ada yg tidak memiliki rasa menghargai kepada buku, krn saya suka buku, bukuku pasti semuanya dalam keadaan baik.

    BalasHapus
  18. wedew..suka males, ilfil gitu liat buku yg sampulnya porak poranda kekeke tapi si mbak kreatip juga yak, dioperasi gitu sampe jadi layak;)
    kangeeennn mbak

    BalasHapus
  19. kadang2 buku disepelekan..berapa banyak yang sudah sukses dr sebuah buku?? hmmm bnayak..yukk save the book:)

    BalasHapus
  20. kalau masalah buang bungkus permen, saya kesentil hehehhee

    tapi bukunya kayak gituh, jangan2 di baca terus mba. tapi emang sih, keliatan gak perhatian sama bukunya kalau sekucel ituhhh ...

    Two Thumbs up buat mba reni yang sudah rela memperbaiki-nya :D

    BalasHapus
  21. Bagus tuh, mba. rasa memiliki emang harus di latih sejak dini, khususnya rasa memiliki fasilitas2 umum. jd klo ada fasilitas umum di rawat, ga di coret2, di rusak.

    Asal nanti jangan aja rasa memiliki nya terlalu kuat sampe ga balikin buku pinjeman hihihiii...

    BalasHapus
  22. Mksih ya Mbak atas Kunjungan Nya...

    TukaraN Link yuk Mbak .. Linknya dah di Sini...

    di Tunggu kedatangan n commentnya...

    BalasHapus
  23. sulit mencari orang yang mau memelihara barang bersama.
    Yang ada malah "rasa memiliki", yaitu memiliki barang org lain yg bukan barang miliknya.

    BalasHapus
  24. buwel saluttttt mbakkkkkk....kereeeennnnnnnn

    BalasHapus
  25. Karena merasa ikut memiliki, maka saya selalu komentar di sini...

    BalasHapus
  26. @anazkia : aku cuma mikir bagaimana seorang anak tertarik utk abca kalau bukunya aja sudah tidak nyaman dipandang mata ?
    @sastra radio : setuju....!! Aku dukung deh kampanye-nya !
    @awalsholeh : rasa itu tak bisa muncul begitu saja, jadi harus dipupuk sejak dini.
    @rangga : hanya karena aku sangat peduli dengan buku...
    @ayu laksmi : hehehe, pinter juga adiknya ngeles..
    @tisti : soalnya anak-2 banyak yg tak hati-2 dalam membuka buku, shg seringkali bukunya rusak deh.
    @newsoul : hanya karena aku merasa sedih aja karena sering tak nyaman berada di tempat-2 yg merupakan fasilitas umum, mbak Elly.
    @seti@wan : makasih Bang.. hanya ingin berbagi pikiran kok. ^_^
    @dinoe : maksudku, kalau tak mau ikut merawat, setidaknya tidak membuat fasilitas umum menjadi kotor karena keberadaan kita. Itu saja..
    @ateh75 : semoga aja gitu ya, mbak.
    @tukang komen : lebih seru lagi kalau buku yang dibawa tidur kena air liur... hikss...!
    @jhoni : itu dia, dg rasa ikut memiliki ada kepedulian yg muncul, shg kalau kita tdk ingin repot-2 merawat maka kita tak usah merusakkannya atau mengotorinya bukan ?
    @fanda : rasanya belum terlambat mengajarkan kepda siswa-2 sekolah utk menanamkan rasa ikut memiliki dan peduli kepada lingkungannya ya?
    @eha : bener tuh mbak... mari mulai dari diri kita sendiri.
    @iwan setiawan : yups... setuju banget !
    @linda belle : sama mbak, aku juga paling sedih melihat buku yg rusak.
    @namaku wendy : kalau gak dipermak pasti shasa gak semangat belajarnya, mbak. Udah rusak gitu.. Kangen juga....!!
    @come n share : sayangnya rasa sayang thd buku belum meluas di kalangan masyarakat..
    @jonk : jangan suka buang bungkus permen lagi sembarangan ya..?
    @mila : la itu yg bahaya...!! Bisa-2 barang-2 milik umum dianggap miliknya sendiri ya? Hahaha
    @laksamana embun : makasih dah datang
    @attayaya : hehehe..., repot kalau ketemu yg merasa memiliki barang-2 milik orang lain !! Hehehe
    @buwel : makasih...
    @marsudiyanto : Alhamdulillah, makasih ya pak.

    BalasHapus
  27. salam kenal mba...
    hm... setuju!!! sayah dulu juga gitu mba, kalo liat buku baru kayanya semangatbanget mo belajar :D, tapi kalo udah lecek, maleeesss banget rasanya :(

    BalasHapus
  28. salam sobat,,iya mba kita harus ikut rasa memiliki karena untuk kepentingan semua dan siapapun juga yang menggunakannya, sedikit menjaga kebersihan MUSHOLA contoh kecilnya juga ,,kan??

    BalasHapus
  29. Bener mbak... rasa memiliki anak bangsa ini emang parah banget... dan itu yang menjadi salah satu sebab mengapa bangsa ini hanya bisa menjadi bangsa yang berkembang terus tanpa pernah maju-maju... salam terkasih..

    BalasHapus
  30. masukan yang bagus buat para pendidik, mudah2han gurunya shasa ikutan membaca tulisan bijak ini ,

    BalasHapus
  31. THX mbak pencerahannya..:D
    salam kenal nih..

    BalasHapus
  32. Kadang hal sepele malah sering terabaikan..

    BalasHapus
  33. Good idea sis.emang jarang anak-anak yang dapat perhatian dari orang tua/orang tua memperhatikan anak-anak seperti anda.Andai orang tua semua seperti sis reni (RanggaGoblog bilang).

    BalasHapus
  34. wah susah juga ya Bu....
    Aku juga paling gak suka klo buku2 kelipat semua..gak rapi..
    Moga-moga kesadaran dan rasa ikut memiliki bisa tumbuh...

    BalasHapus
  35. Saya setuju..Perlu ditanamkan sejak dini rasa kepedulian sosial melalui kurikulum pendidikan. Karena mustahil membuat kebiasaan peduli terhadap fasilitas sosial dan umum secara sendiri-sendiri. Harus dengan gerakan massif.

    BalasHapus
  36. padahal harga buku tuh mahal.

    BalasHapus
  37. @quinie : makanya mbak.., aku sedih waktu lihat buku BOS yg lecek gitu. Gimana mau semangat belajar coba ??
    @nura : yups... bener sekali, mbak.
    @cahyadi : semoga tak lama lagi bangsa kita bisa menjadi bangsa yang maju ya mas.
    @trimatra : mudah-2an gitu deh hehe
    @ajir : salam kenal kembali
    @ireng_ajah : nah.., betul banget tuh.
    @aisha : aih.. jadi malu... ^_^
    @yudie : aku juga ga suka tuh kalau buku-2 kelipet-lipet gitu.
    @simahir : bener, harus dilatih sejak dini kan ?
    @sang cerpenis : sayangnya yg make buku gak sadar kalo harga buku mahal, mbak...

    BalasHapus
  38. wah greget kalau melihat buku gak rapi begitu.
    Yah pasti resiko mbak, kalau apa saja sudah ditangan orang lain, kemungkinan untuk tidak dirawat pasti ada. Makanya .. saya cenderung cerewet kalau ada barang yang dipinjam, karena saya berharap bisa dirawat dengan rapi. Toh orang lain lagi akan punya kesempatan untuk menggunakannya, kalau barang yang dipinjam masih rapi dan bisa digunakan.

    BalasHapus
  39. @kuyus : bener mbak.., lihat buku lecek dan rusak aku dah gak mood buat bacanya.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)