Jumat, 30 Oktober 2009

Menjalani hidup

Ini kisah dari seorang kawan. Awalnya dia kukenal sebagai orang yang ceria dan terbuka, namun selama sebulan ini tiba-tiba sikapnya berubah. Dia menjadi pendiam, bahkan cenderung pemurung dan tertutup. Aku dan teman-teman yang lain heran dengan perubahannya itu. Dia seperti orang yang tak memiliki semangat sama sekali dalam menjalani hidup.

Hingga suatu kali, entah apa awalnya aku lupa, dia bicara banyak kepadaku. Diceritakan kepadaku bahwa suatu ketika dia telah membuat pilihan hidup yang salah. Akibat dari kesalahan itu, dia merasa hidupnya tak lagi bahagia. Baginya, kesalahan yang pernah diambilnya telah menutup jalan menuju kebahagiaan.

Aku tertegun mendengar ceritanya. Sungguh aku tak habis pikir mengapa dia telah melewatkan banyak waktu dan kesempatan untuk meraih bahagia hanya karena sebuah kesalahan yang telah diperbuatnya. Meskipun kesalahan itu telah terjadi, toh kehidupannya tetap harus berjalan dan dia berhak untuk merasakan kebahagiaan.

Hidup itu pilihan, kawan. Terserah pada kita apakah kita ingin bahagia atau tidak. Terserah kita apakah kita ingin memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya atau tidak. Masih banyak peluang untuk memberikan yang terbaik untuk diri kita dan juga orang lain. Kita sebagai manusia memang tak akan luput dari kesalahan, namun jika kita berbuat kesalahan itu bukan berarti akhir dari segalanya.

Aku kembali teringat dengan sebuah email dari seorang kawan lama. Email ini sudah lama sekali aku terima, sengaja aku cari untuk aku bagi kepada kawanku yang berduka itu. Alhamdulillah..., kini dia kembali bisa tersenyum. Dia telah mencoba berdamai dengan dirinya sendiri dan menerima akibat dari kesalahan yang telah dipilihnya. Dia kembali bersemangat untuk meraih kembali kebahagiaannya.

Ohya, ini adalah email yang aku dapatkan dari seorang kawan lama dan telah aku bagikan kepada kawan yang bermasalah itu. Meskipun ini email sederhana, semoga saja tetap dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga...

Seorang mahasiswa kuliahnya tidak serius. Kadang masuk kuliah kadang tidak, tugas terbengkalai, SKS yang harus dikejar masih banyak, dan jarang sekali belajar. Begitu ditanya ternyata dia merasa terjebak masuk ke jurusan yang dipilihnya karena dia hanya ikut-ikutan saja. Teman-temannya masuk jurusan tersebut, dia pun ikut.

“Mengapa kamu tidak pindah saja?” tanya temannya, Budi.

“Ah, biarlah, nasi sudah menjadi bubur” jawabnya, tidak peduli.

“Apakah kamu akan tetap seperti ini?”

“Mau gimana lagi, saya bilang nasi sudah jadi bubur, tidak bisa diperbaiki lagi.” jawabnya berargumen.

“Kalau kamu pindah kejurusan yang kamu sukai, kan kamu akan lebih enjoy.” kata temannya.

“Saya ini sudah tua, masa harus kuliah dari awal lagi. Saya terlambat menyadari kalau saya salah masuk jurusan.” jelasnya sambil merebahkan diri di kasur dan mengambil remote control TV-nya.

“Memang tidak ada yang bisa kamu lakukan lagi?” selidik temannya.

“Tidak, saya sudah katakan berulang-ulang nasi sudah jadi bubur.”

Temannya pun diam sejenak, dia bingung melihat temannya yang sudah tidak semangat lagi. Kemudian dia teringat pada temannya yang memiliki nasib yang sama, salah memilih jurusan. Dia pun pulang ke rumahnya kemudian menelpon temannya tersebut.

“Jaka, perasaan kamu pernah cerita sama saya, kalau kamu salah memilih jurusan?” tanya Budi kepada Jaka.

“Memang saya salah memilih jurusan, memangnya kenapa?” jawab Jaka.

“Yang saya heran, kenapa kamu tetap semangat kuliah, sedangkan teman saya malah malas dan tidak serius kuliahnya.”

“Yah nggak tahu yah, saya juga dulu sempat seperti itu. Tapi sekarang sudah tidak lagi.” jelas Jaka.

“Apa sich resepnya?”

“Pertama saya merelakan diri masuk jurusan ini. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah. Jadi saya terima saja.”

“Terus?” kata Budi bersemangat

“Yang kedua, saya mencari cara menggabungkan ilmu yang saya miliki dijurusan ini, dengan hobi saya. Ternyata saya menjadi enjoy saja. Memang, saya terlanjur memilih jurusan ini, kata orang, nasi sudah jadi bubur. Tetapi kalau saya, nasi sudah menjadi bubur ayam spesial yang enak dan lebih mahal harganya ketimbang nasi.”

“Oh gitu….”

“Yah, kalau kita menyesali tidak ada manfaatnya. Kalau kita berusaha mengubah bubur jadi nasi, itu tidak mungkin. Satu-satunya cara ialah membuat bubur tersebut menjadi lebih nikmat, saya tambahkan ayam, ampela, telor, dan bumbu. Rasanya enak dan lebih mahal” jelas Jaka sambil tersenyum lebar.

30 komentar:

  1. Kunjungan pagi mbak reny...Kalau hidup mau di sesali kita tidak akan maju dan berhasil mbak, karena potensi kita akan terhalang oleh penyesalan yang selalu muncul.

    BalasHapus
  2. Yaah kita tidak menyesali yang telah terjadi setuju Mbak

    BalasHapus
  3. Manusia pasti pernah membuat kesalahan, namun ia bisa memilih mau mengubah kesalahan itu menjadi sebuah keberhasilan. Atau tetap mengubur diri dan merenungi kesalahan itu tanpa sadar ia sudah membuat kesalahan kedua, yaitu dgn tidak berbuat apa-apa dan hanya merenung saja...

    BalasHapus
  4. Ga ada yang namanya salah pilih. Itu hanya sebuah pembelajaran bahwa setiap keputusan yang kita ambil punya konsekuensinya sendiri-sendiri. Dan yang menjadi permasalahannya adalah apakah kita sanggup menerima konsekuensi tersebut.

    BalasHapus
  5. Renungan renyah yang mencerahkan.
    dipagi week end yang menyenangkan.
    nice posting.

    BalasHapus
  6. Met pagi mbak..
    hidup memang penuh dengan pilihan. namun sekalinya kita salah memilih bukan berarti tak ada kelanjutan dari semua itu. hidup akan terus berjalan, yang penting adalah bagaimana caranya agar kita tidak melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Salah itu biasa kok, namanya juga manusia

    :)

    BalasHapus
  7. memang hidup ini pelik,tergantung dari masing2 individunya dlm menghadapi suatu polemik.justru jaman sekarang ini lebih banyak yg tidak sanggup menghadapi suatu masalah yg dia anggap berat :)

    BalasHapus
  8. Inilah hidup kita harus menjalaninya dengan berani dan ulet,intinya dengan sabar kita hadapi.Lika-liku hidup sudah menjadi bumbu penyedap untuk kita nikmati.

    BalasHapus
  9. Iya mbak, hidup adalah pilihan, kita dibekali dengan nafsu dan akal untuk memilih jalan hidup kita

    BalasHapus
  10. aku sempat menyesal memlih keputusan menikah dan menjadi ibu rumah tangga Namun ternyata mungkin ini jalan yang terbaik diberikan Tuhan untukku

    BalasHapus
  11. setuju mbak, tiada gunanya menyalahkan diri sendiri atupun takdir, berusaha dan berdoa selalu semoga menjadi jalan..

    BalasHapus
  12. setiap keadaan pasti ada hikmahnya ya, tergantung kita bisa mengambilnya apa nggak....

    BalasHapus
  13. Setuju. Kitalah yang bisa menjadikan hidup kita bahagia atau tidak, semuanya ada di pikiran kita.

    BalasHapus
  14. aq setuju tuch sama komentarnya mbak fanda.... setiap manusia pasti pernah membuat kesalahan..... bener tuch... :D

    BalasHapus
  15. Bila kau merasa cemas dan gelisah akan sesuatu, masuklah kedalamnya. sebab ketakutan menghadapinya lebih mengganggu daripada sesuatu yang kautakuti itu sendiri.

    BalasHapus
  16. Manusia untuk berubah perlu sebuah kesalahan. Dari kesalahan itulah dia akan berfikir lbih dan lebih baik lagi untuk ke depannya

    BalasHapus
  17. Kadang kita menyesal apa yang sudah terjadi, merasa keputusan itu salah
    tapi sebenernya itulah jalan terbaik yang ditunjukkan oleh Tuhan

    BalasHapus
  18. sungai yang diarungi dapat membuatmu kuat.
    tp, sungai yang hanya kamu pandangi dapat melemahkan hati...

    mngkn spt itulah hidup..

    *saya setuju dgn pendpat, bubur kalau sudah ditambahi suwiran ayam, cakwe, kedelai, dan kuah kaldu kan jd nikmat...iya gak mbak... :D

    BalasHapus
  19. banyak jalan menuju roma, banyak pula jalan dan cara untuk menuju kebahagiaan, tiada guna kita menyesal lebih baik kita berserah diri padaNya dgn slalu melakukan yg terbaik:)

    BalasHapus
  20. hidup memang sebuah pilihan mbak... tak ada gunanya menyesali pilihan yang sudah diambil... yang terpenting tetap menatap ke depan dan biarlah yang tertinggal di belakang menjadi pelajaran yang semakin memperkokoh diri... salam terkasih...

    BalasHapus
  21. menyesal emang ga ada gunanya, hanya menambah beban hidup saja.. yg penting adalah menyikapi yg ada di depan mata..

    BalasHapus
  22. hidup penuh liku-liku..

    ada suka ada duka..

    (hayo tebak mba, ini lagu dangdutnya sapah??hehhee..pagi2 nana dah ngedangdut..)

    BalasHapus
  23. Mantap mbak ... kita memang selalu bisa (kalau mau) belajar dari pengalaman orang lain. Atau membagikan pengalaman berharga kepada teman, semoga teman itu mendapat pencerahan.

    Senangnya punya sahabat yang care seperti mbak reni.

    BalasHapus
  24. hidup harus memilih
    hal ini akan kulakukan tak lama lagi
    semoga bahagia di bumi
    bahagia di akhirat

    tengkyu for sharing

    BalasHapus
  25. ya mbak, hidup memang sebuah pilihan, jadi tergantung kita. mau milih bahagia, sedih, dll. semua tergantung kita sendiri :)

    BalasHapus
  26. bener tuh; nasi udah menjadi bubur ayam spesial,, saya pesan 1 deh, plus ice lemon tea-nya ya,,

    he.. he..

    BalasHapus
  27. nice poem mba reni....

    seperti biasanya

    BalasHapus
  28. benar mba...
    saya setelah membaca dan memahami semua penggalan kata yang di tulis mba di atas, sungguh sangat bermakna, dan saya yakin jika ada orang yang bernasib sama (sedang menyesali kesalahan yg di perbuat) ketika di amambaca tulisan yang berarti ini... 1000% jiwa, rasa, dan semangat dia akan muncul kembali ke langit ke tujuh... saya sangat terharu dan bersukur bisa membaca artikel ini...

    salam dari informasi peternakan ayam

    BalasHapus
  29. salam sobat
    benar mba,,kita hanya menjalani hidup ini,,apabila terjadi kehidupan yang tidak sesuai dengan hati kita,,,ya kita harus menikmatinya....
    selalu mengikuti saja jalan hidup ini....yang sudah ditentukan oleh ALLAH.SWT.

    BalasHapus
  30. benar mbak .. hidup memang pilihan..harus pintar-pintar dalam memilih tujuan hidup...

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)