Selasa, 15 Desember 2009

Kejantanan seorang pria

Sebelumnya aku minta maaf kalau judul di atas sudah menggiring teman-teman ke arah yang "khusus". Maaf juga kalau postingan kali ini agak sedikit dikhususkan bagi yang sudah "dewasa". Sungguh, aku sangat tergelitik untuk menuliskannya di sini, jadi yang merasa belum dewasa boleh melewati postingan kali ini... hehehe.

Ada kesan yang tertinggal dalam hatiku setelah aku selesai membaca sebuah rubrik konsultasi psikologi pada sebuah tabloid. Kebetulan, beberapa kali ini aku membaca keluhan yang sama, dan semuanya dari pembaca wanita. Mereka mengeluhkan tentang masalah rumah tangga yang dihadapinya. Masalah itu seputar kehidupan seks.

Mereka menceritakan bahwa pada awalnya kehidupan rumah tangga mereka baik-baik saja. Demikian juga dengan kehidupan seks mereka. Namun, semua berubah setelah beberapa tahun kemudian, karena tiba-tiba rumah tangga mereka seringkali dihiasi dengan pertengkaran yang tiada hentinya.

Pertengkaran itu bermula dari 'menurun'nya minat sang suami dalam berhubungan seks. Bahkan ada beberapa yang mengeluhkan bahwa suaminya sudah mulai bersikap dingin dan menjauh darinya. Penyebabnya adalah sang suami tak lagi mampu mempertahankan kejantanannya, atau bahkan beberapa diantaranya sudah tak lagi mampu memuaskan istrinya.

Hal tersebut tentu saja menyulut pertengkaran dan kecurigaan dari pihak istri. Sang istri merasa suaminya tak lagi memiliki cinta untuknya dan menganggap dirinya tak lagi menarik bagi sang suami. Selain itu sang istri mencurigai sang suami sudah memiliki cinta yang lain dan telah mendapatkan kepuasan dari wanita lain.

Hal tersebut membuatku bertanya-tanya, apakah kecurigaan sang istri itu sudah pernah disampaikan kepada sang suami. Kalau itu sudah dilakukan, maka aku tak heran kalau kemudian timbul pertengkaran di antara mereka, apalagi jika sang suami benar-benar tidak melakukan apa yang dituduhkan istrinya. Namun, kecurigaan itu memang harus diluruskan. Sayangnya seringkali, jika harga diri sudah terluka, maka komunikasi jadi buntu.

Di lain pihak, aku berpikir jika seandainya sang suami benar-benar kehilangan kejantanannya maka dia pasti akan marah jika dituduh telah memiliki wanita lain. Bagi kaum pria, kejantanan adalah suatu kebanggaan dan jika apa yang dibanggakan itu sudah tak lagi dimiliki maka hancurlah harga dirinya. Dalam kondisi seperti itu, kecurigaan sang istri memang makin memperkeruh suasana dan akan memicu pertengkaran di antara mereka.

Menurutku, dalam hal ini perlu keterbukaan dan kedewasaan kedua belah pihak untuk membicarakan masalah tersebut. Penting untuk dicari penyebab masalah dan kemudian dicarikan solusinya. Tentu saja tak mudah melakukannya, apalagi yang dibahas adalah masalah yang sangat sensitif. Selanjutnya diperlukan kebesaran hati untuk menerima 'musibah' tersebut.

Memang tak seorangpun yang mau mendapat musibah seperti itu. Tapi, siapa bisa menolak takdir ? Aku yakin tak seorang pun pernah mengira bahwa dia akan mendapatkan cobaan seperti itu. Apalagi pada awalnya tak ada permasalahan dalam hal kejantanannya. Jika kemudian tiba-tiba kejantanannya tak lagi dapat difungsikan, siapa yang bisa menolak kehendak-NYA ?

Dalam urusan ini, seks bebas yang seringkali dilakukan oleh pasangan-pasangan di luar negeri sebelum menuju jenjang pernikahan rasanya tak mempan juga untuk mengatasi masalah ini. Karena meskipun pada awalnya baik-baik saja, bisa saja suatu kejantanan itu pergi entah kemana. Sayangnya, kejantanan ini tak dapat dilihat dari fisik luar saja. Meskipun seseorang tampak tinggi, besar dan gagah.., bukan berarti tak ada masalah dalam kejantanannya.

Jadi..., bagaimanakah sikap kita jika kita yang terjebak dalam masalah seperti yang dikeluhkan wanita-wanita yang mengadu pada rubrik konsultasi psikologi itu? Apakah kita cukup ikhlas dan sabar menerimanya?

26 komentar:

  1. gimana ya mbak? aku kan belum nikah. hehehe.... tiap lelaki sih emang pengennya selalu kelihatan perkasa di depan istrinya. pun saat di kamar tidur. hehe...
    kalau emang bener2 udah kehilangan kejantanannya, seharuse sang istri mbantu nylesein. berobat ke mak erot, dll. hahaha.... bukannya nuduh yang nggak2. wkwkwk...

    BalasHapus
  2. selamat pagi mba,...

    apa kabar,hmemm...pagi2 udh membahas sesuatu yg agak 'khusus' hihi....

    aku gak bisa komentar mba soalnya aku belum 17 thn hehe,...

    tentu saja kalo sudah menikah harus saling terbuka dan sama2 dicari jalan keluarnya ,si suami jg gak boleh egois dan gengsian kali y mba...ya kalo kejantanannya menurun atau hilang ya cari jalan penyembuhannya bersama.

    konsultasi ke dokter atau psikolog misalnya. hehe,..sotoy aku...*_*

    BalasHapus
  3. hm.......kalau sudah menikah memang harus saling terbuka!!!

    kalau untuk masalah yang khusus ntu! bener kali ya bahwa kehidupan sex juga menjadi bagian yang penting dalam kehidupoan berumah tangga......

    BalasHapus
  4. Sangat dilema memang bila masalh itu terjadi dalam sebuah rumah tangga,tapi sebaiknya memang didiskuskan dengan keterbukaan satu sama lain,setelah saling tahu hanya kesadaran dan kesabaran lah yg harus dilakukan.

    Apa kabarnya mbak ? *_*

    BalasHapus
  5. saya belum cukup umur nih mba, tp saya tetap nekat baca... hehee...

    kalo menurut saya sih bukan masalah kejantanan yg menurun, tp bisa jadi karena sudah berkurangnya keinginan untuk ber"ehem-ehem" dengan sang istri...
    penyebabnya... mungkin krn perlakuan si istri sudah ga semanis sprt waktu jd pengantin baru, karena si istri ngerasa "ah udah jadi suami ini, ga usah bermanja-manja kaya dulu lagi ah, norak...", atau karena si istri udah malas dandan, dan banyak hal lainnya.
    Jadi semuanya ga sepenuhnya salah suami.
    Komunikasi dan saling terbuka yang paling diperlukan dlm hal ini.

    *Maaf ya mba komennya kepanjangan... hehee...*

    BalasHapus
  6. hehehehe.. saya udah belom yah...??? tapi mkau urun rembuk dikit deh... menurut saya urusan keharmonisan ruamah tangga yang menyangkut seks sih sebenernya tidak bisa disalahkan dari pihak cowoknya aja... pihak cewek pun turut berperan juga. mungkin si cowok mulai menurun gairahnya, bisa jadi karebna si cewek juga lho.. namanya umur pasti berpengaruh terhadap keperkasaan lelaki. skarang tinggal bagaimana hal tersebut dikomunikasikan antara kedua belah pihak, siapa tau emang masing2 memiliki kekurangan, dengan adanya komunikasi yang lancar, pasti semua masalah bisa dihadapi.. heheheh.. maaf kalo sotoi...

    BalasHapus
  7. Kita mesti tau dulu penyebabnya. Apakah karena faktor psikologis (hambatan komunikasi dengan istri, tekanan psikis di tempat kerja atau sikap istri) atau karena faktor fisik (cacat, penyakit tertentu, kecelakaan). Tentunya pengobatannya dan perawatannya disesuaikan dengan penyebabnya tersebut

    BalasHapus
  8. Hehehe. Biar kejantanan tetap terjaga, jaga kesehatan, makan makanan sehat, jalin terus kemesraan dengan istri, katanya.....

    BalasHapus
  9. iya mbak...semua masalah rumah tangga termasuk seks harus diselesaikan dengan komunikasi jadi sama2 tahu penyebabnya trus dicari dech solusinya..
    maaf ni mbak baru mampir :)

    BalasHapus
  10. O Clinic, rahasia terjamin wkwkwkwk... :D

    BalasHapus
  11. Nah, ini nich yang paling seru. hehe
    Apalagi ketika soal kejantanan dibahas oleh (maaf)"jenis kelamin" yang berbeda. Terasa lebih solutif.

    Lama rasanya saya ga singgah di sini. Semoga sehat selalu ibu....

    BalasHapus
  12. Wah, buahayya tuh kalo udah gitu ya mbak.

    BalasHapus
  13. Itulah kenapa kemampuan utk memahami satu sama lain itu sangat penting dalam pernikahan. Jadi bukan hanya karena cinta saja. Kita mencintai seseorg tp kalo ia tak mampu memahami kita, bisa jadi masalah ketika kita sudah sama2 mengarungi hidup bertahun2. Cinta bisa saja pupus, tp kalo ada komitmen dan saling memahami, rasanya tak ada persoalan yg ga bisa diatasi

    BalasHapus
  14. He..he bingung mau komeng apa
    aku komeng potonya aja..
    yang moto siapa ya?
    *gag nyambung*

    BalasHapus
  15. Mbak, itu kok ada komeng lebih gak nyambung dari aku ya??
    wong kejantanan pria kok komengnya salam Dangdut sama Lirik lagu?
    paling dia itu kaya Ridho atau Roma ya??

    BERBULU LEBAT!!
    ha...ha..ha

    BalasHapus
  16. wadoohh,, binun mbak.. belom nikah soalnya :D

    BalasHapus
  17. wah...
    kalo aku gimana ya...
    ah...ntar aja deh..tanya istri kalo udah punya...
    hik hik hik...

    BalasHapus
  18. Saya udah cukup umur ko mbak tapi, belum cukup untuk punya suami hehehe.. makasih infonya :) akhirnya, lancar masuk krumah mbak, biasanya macet total :)

    BalasHapus
  19. nice banget infonya mbak ? emang hal tersebut tdk boleh disepelekan bisa berakibat vatal rumah tangga. gmn mbak kabarnya ?

    BalasHapus
  20. salam sobat
    siip nbanget mba,,postingannya.
    kejantanan seorang pria menurut saya bukan dilihat dari tubuh atletis dan berotot,,tetapi perjuangannya,tanggung jawabnya dan perlindungannya terhadap keluarganya.

    maaf baru berkunjung lagi.
    semoga sehat dan sukses selalu mba RENI.

    BalasHapus
  21. wahh... pembahasan 17+ nii..
    sulit mengukur sesuatu jika selalu berdasar pada.. ooooooughhh... mo' ngomong opo tokh aku ini?!??!?! 1:9 ck ck ck... harus ada keterbukan sii baiknya... oalaaaaaahhh... yo wesss sa'mene sek lah...

    maaf baru semped kembali blogwalking sampe di sini... sekali lagi mohon maf :(

    BalasHapus
  22. ehem, ijin baca. sy uda di atas 17 thn loh mbak qeqeqe

    BalasHapus
  23. wah masalah kejantanan hanya bloeh diketahui oleh suami istri itu sendiri

    BalasHapus
  24. hmm..belum married jadi gak ngerti. tapi akan kuingat baik2 deh.

    BalasHapus
  25. Hm, sebenarnya ini ada jalan keluarnya.

    1. Ke psikolog perkawinan. Mereka bisa membereskan masalah ini jika ada miskomunikasi.

    2. Ke dokter umum.
    Memang ada penyakit-penyakit tertentu yang bisa membuat kejantanan jadi lesu. Dan itu bisa diobati secara ilmiah dan murah. Nanti kalau penyakitnya sudah dikendalikan, kejantanan pun bisa kembali.

    Intinya, kalau kedua pihak sama-sama beritikad baik untuk mencari pertolongan, masalah bisa diatasi kok.

    BalasHapus
  26. Jauhkan dulu rasa curiga. Yang terpenting adalah keterbukaaqn dan dukungan dari pasangan. Kebanyakan masalah tsb bersifat psikologis, bukan fisik.Dengan dukungan pasangan, akan meringankan upaya dlm mengatasi masalah tsb.

    Boleh kan urun rembug Mb Reni ^_^

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)