Jumat, 07 Desember 2012

Sarapan tak terlupakan

Alhamdulillah..... akhirnya aku buka blog ini lagi setelah sekian lama terbengkalai. Duh, blogku ini kian hari kian tak terawat saja. Aku telah benar-benar kehilangan semangat untuk ngeblog selama beberapa bulan terakhir ini.

Namun kali ini aku ingin berbagi cerita tentang sarapanku kemarin pagi. Sebenarnya sarapanku kemarin itu tak berbeda dari sarapan yang biasanya. Hanya saja, ada sesuatu yang membuat sarapanku kemarin itu berbeda dan jadi tak terlupakan.

Kemarin saat sarapan, tiba-tiba saja Shasa nyeletuk begini : "Bu, pokoknya sekarang apapun yang ibu siapkan untuk sarapan aku gak akan komplain. Apapun yang ibu siapkan aku seneng. Aku masih untung karena ibu mau menyiapkan makanan buatku."

Aku kaget karena tiba-tiba Shasa bicara seperti itu. Apalagi sebelumnya tak ada kejadian apa-apa, kok tiba-tiba saja Shasa bicara seperti itu. Dengan rasa penasaran aku bertanya pada Shasa, "Lo, kenapa kok tiba-tiba bicara seperti itu ? Ada apa ?"

Shasa kemudian bercerita tentang teman sekelasnya yang bernama Hardi. Rupanya Hardi ini selama ini "tersia-siakan" di dalam keluarganya. Hardi ini adalah anak nomor 2 dari 3 bersaudara. Sehari-hari dia berangkat dan pulang sekolah dengan naik sepeda. Setiap hari, sekolah Shasa pulang sekolah pukul 14.00. Nah, biasanya Hardi sampai ke rumah dalam keadaan lelah dan lapar, namun di rumah tak ada makanan yang disiapkan untuk Hardi makan siang. Seringkali yang "tersisa" adalah nasi putih. Kalaupun "beruntung" Hardi masih bisa menemukan sisa sayur yang harus dipanasinya sendiri kalau dia mau makan. Menurut Hardi (seperti yang diceritakan Shasa) bahwa makanan seringkali sudah "dihabiskan" oleh kedua orang tuanya dan juga kedua saudara kandungnya.

Bukan itu saja, orang tuanya sangat keras dan membuat aturan agar Hardi tak boleh pulang terlambat. Kalaupun dia sampai rumah terlambat, maka Hardi pasti tak akan dijinkan masuk ke rumah dan terpaksa harus berdiam diri di musholla yang ada di seberang rumahnya. Itu sebabnya Hardi sering kerepotan kalau ada acara tugas kelompok yang dilakukan setelah pulang sekolah.

Dulu saat Hardi masih SD, suatu hari Hardi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok. Saat hendak pulang, ternyata hujan turun dengan lebatnya. Hardi pun terpaksa menunggu hujan agak reda, agar saat dia bersepeda pulang dia tak basah kuyub. Apa mau dikata, hujan tak kunjung henti dan karena takut terlambat sampai rumah, Hardi pun nekad menerobos hujan demi bisa segera sampai di rumah.

Sayangnya, tetap saja Hardi terlambat sampai di rumah. Walaupun hanya terlambat beberapa menit, Hardi sudah tak dibukakan pintu oleh kedua orang tuanya. Padahal di luar masih hujan. Akhirnya, dalam kondisi basah kuyub dan kelaparan Hardi terpaksa harus berdiam diri di musholla seberang rumah.

Aku trenyuh sekali mendengar kata-kata Shasa. Padahal selama ini Shasa nyaris tak pernah kehabisan makanan. Bahkan seringkali aku dan ayahnya mengalah apabila kami tahu Shasa suka dengan makanan itu, ataupun jika Shasa ingin makan lebih banyak. Sementara Hardi hanya untuk sekedar makan pantas saja, sulit sekali.

Setelah terdiam beberapa lama, akhirnya aku baru bisa mengeluarkan kata-kata. "Jadi, setelah mendengar cerita Hardi ini Shasa merasa sangat beruntung ya?" 

"Iya, makanya aku gak akan protes lagi apapun yang Ibu masak untuk makanku." 

Aku tersenyum lega. Aku memang sehari-hari catering (dari Senin sampai Sabtu) untuk makan siang dan malam kami sekeluarga. Tapi, untuk sarapan setiap pagi dan khusus hari Minggu aku memang meluangkan waktu untuk memasak makanan untuk keluargaku. Tetapi, terkadang di saat Shasa kumat manjanya terkadang dia "rewel" minta makan sesuatu yang kebetulan tidak tersedia di meja makan.

"Makanya, bukankah dari dulu Ibu sudah sangat sering menasehati : Makan apa yang ada. Dinikmati, disyukuri. Karena tak setiap orang bisa makan 3 kali sehari. Banyak orang yang makan seadanya. Jadi, setelah mendengar sendiri kebenaran kata-kata Ibu pada diri Hardi, Shasa baru merasa apa yang Ibu katakan benar ya?" 

Shasa menganggukkan kepala dan tersenyum padaku. Ah, sarapan kemarin pagi benar-benar tak akan terlupakan olehku. Shasa telah belajar dari teman-temannya, semoga saja bisa membuatnya menjadi bijak. Dan aku sangat berharap agar Hardi bisa mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sepantasnya dia terima dari kedua orang tuanya. Diam-diam aku bermaksud untuk memberikan bocoran kisah Hardi ini pada salah satu guru Shasa dan memintanya untuk meneruskan kisah Hardi ini pada guru Bimbingan dan Konseling. Semoga saja, pihak sekolah dapat mengulurkan tangan memberikan bantuan pada Hardi. Aamiin....

32 komentar:

  1. apa salah Hardi ya mbak :(
    tapi di sini juga ada sih, dan klo gak liat kisah ini langsung wlo subjeknya berbeda, sulitmemahami adaorang tua/saudarakandung yang gak welcome sama saudara/anak kandung sendiri.

    semoga Hardi baik2 saja, dalam kesusahannya, ternyata dia telah mendapatkan porsi pahala karena Shasa jadi tersadarkan.

    BalasHapus
  2. kasihan sekali si hardi. masa' orang tua bisa begitu ya ke anak. kasian bnget padahal anak2 kan sedang masa pertumbuhan. semoga masalahnya dapat cepat teratasi

    BalasHapus
  3. ya allloooohhhhh
    aku masih sering manja dengan mencari makanan di luar, tidak mau menikmati dan mensyukuri yang ada di rumah....

    BalasHapus
  4. Shasa sungguh sudah sangat peka ya, dan bisa memetik hikmah dari kejadian yg dia dengar.

    mba ku,...aku juga kangen *hug*
    makasih dukungannya mba :)

    BalasHapus
  5. mba Reniiiii... aku kangen dirimu dan postinganmu! #peluk dulu ah..

    IH, kok ada org tua yang sejahat itu ya mba? Tega banget membiarkan anaknya menderita... anak ga pernah minta dilahirkan, ga pernah berniat untuk menyulitkan dan menyusahkan orang tuanya. Orang tua lah yang punya andil melahirkan mereka, membuat mereka hadir di dunia ini. Maka sudah seharusnya mereka mengurus dan menyayangi mereka selayaknya anak. Bukan dibuat seperti itu...
    Ih, jadi geram banget deh sama org tuanya Hardi itu...

    Bener tuh mba, coba mba bocorkan aja kisah ini pada guru Shasha dan minta mereka bicara dg guru konselingnya, mudah2an bisa menjembatani agar Hardi terselamatkan. Kasian banget.

    Salam sayang untuk Shasa ya mba... sungguh halus dan peka perasaannya. :)

    BalasHapus
  6. yaa allah masih ada yaa bu, orang tua yang kejam sama anaknya, padahal kan itu anaknya sendiri, sedih niar bacanya.

    Semoga ada bantuan yaa bu dari sekolahnya, orangtuanya jgua diberikan pelajaran sma allah #eeh :D

    Shasa pinter deh sekarang #peluk tium :*

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum Ibu"wah menarik ya ceritanya"Hardi tlh memberikan insfirasi buat Shasa"semoga Shasa tambah berbakti pada kedua orangtua,oya Ibu blogku sekarang di ARTICLE ARPAN sudah tdk bisa dibuka lagi karena diBanned sama Mbah Google'alasannya krn pake domain CO.CC"sekarang saya baru buat lagi yg baru namanya http://arpan-blogger.blogspot.com/

    BalasHapus
  8. Halo mbak Reni...
    Sampai juga saya disini... hehehe...

    Wah... saya jadi pengen kenal sama keluarga Hardi. Perlu ditatar tuh ortunya...

    Shasa pinter bisa mengambil hikmah dari peristiwa temannya.

    BalasHapus
  9. Masya Alloh, kok ada orang tua yang begitu tega pada anaknya, parahnya justru kedua orang tua. Ini ada semacam keganjilan dalam pikiran saya. Kenapa dengan Hardi kok sampai segitunya diperlakukan berbeda dengan saudara lainnya. Semga kedua orang tua hardi segera tersadarkan.

    Apa kabar Mbak Reni, semoga seluruh keluarga dilimpahkan keberkahan, aamiin

    BalasHapus
  10. shasa anak yg cerdas, semoga bsa tertular dari ibunya... Hehe udah lama baru mampir kesini lagi. Apa kabar mbaak??

    BalasHapus
  11. shasa semakin pintar sekarang dan pandai bersyukur.
    tapi kasian hardi, kok tega sekali ya orang tuanya.

    malam mbak reni. alhamdulillah saya sehat. mbak reni sendiri gimana kabarnya? sibuk terus ya mbak sampai si blog jarang dibersiin?

    BalasHapus
  12. Terharu mbak baca kisah si hardi, moga Allah selalu melindunginya..amiin.
    btw apa kuabare mbak ? ayooo semangaat ngeblog lagi, sepii loooh tanpa temen2 blog yg dulu hehehe

    BalasHapus
  13. shasha hebat nih kadang2 aku juga suka beli maanan loh mbak padahal udah masak

    BalasHapus
  14. Wah, shasa sudah makin pitar aja sekarang mbak hehehe...
    Tuh ortunya hardi kejam bener ya mbak?

    BalasHapus
  15. Sasha pasti udah besar sekarang ya Mbak tidak terasa dan dia jadi anak yang care ama sesama syukurlah

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah.....Shasa mendapatkan pembelajaran yg luar biasa.
    Ada ide nih utk Shasa; gimana kalo Shasa dgn beberapa teman punya kencelengan "Peduli Sahabat", dimana kencelengan itu diisi setiap hari dgn menyisihkan uang jajan Shasa dan teman2 dan kemudian di buka setiap minggu atau tiap bulan, kemudian diserahkan utk teman shasa yg kurang beruntung itu.

    BalasHapus
  17. wah Shasa anak yang pintar belajar dari orang disekelilingnya :)
    selalu bersyukur ya Shasa agar alloh melipat gandakan semua yang kamu syukuri , amin

    BalasHapus
  18. Shasa anak yang sholeh dan pintar , mudah mudahan selalu di beri kesehehatan :) amin
    semoga Hardi mendapatkan kehidupan yang layak dan perhatian dari orang tuanya seperti Shasa yah , amin

    BalasHapus
  19. waah, lama banget kemana aja mba???
    :D

    BalasHapus
  20. duh...kejam sekali ya orangtua si hardi...tega banget memperlakukan anaknya seperti itu ya, kayaknya musti di laporan ke komnas anak tuh mbak.

    BalasHapus
  21. Selamat datang dalam dunia blogging lagi mba...

    Banyak belajar saya dari anak kecil. Hanya sebuah omongan dan kata-kata buah hati bisa banyak belajar dan mendapatkan hikmah yang banyak pula.

    Mohon bantuannya Mba untuk mengKLIK G+1 dalam artikel saya mengenai IPHONE 5 GADGET IMPIAN semoga mba berkenan membantu.
    Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan mba atas bantuannya ini

    BalasHapus
  22. Kalau kita menengok ke bawah tentu akan banyak pelajaran yang dapat kita petik bahwa ternyata kita lebih beruntung dan itu memang patut kita syukuri.
    Dengan demikian Sasha pun mendapatkan satu pelajaran yang berharga yaitu rasa syukur setelah melihat kenyataan temannya yang seperti itu.

    BalasHapus
  23. lama nggak kesini bu..
    lama banget :p

    eh iya, makanan ntu seperti sebuah amalan yang musti diambil,
    kalo nggak abis sepertinya rugi tuh.

    makanya musti di hargai setiap titik beras yang kita makan pagi2 nut

    BalasHapus
  24. Halooo mbak, lama tak jumpa hehe. Jumpa we durung tau og ya...
    Shasa hebat.
    Anak kecil emang gampang terketuk hatinya gitu ya :D

    BalasHapus
  25. Hardi yang malang, bersyukur ya mbak . Sasha sudah peka pada kesusahan orang lain....

    BalasHapus
  26. mbak sekali-sekali hardi disuruh ke rumah anda aja buat makan siang bareng sama shasa juga, kasian. pasti dia juga jarang makan enak

    BalasHapus
  27. horee, akhirnya ada cerita Mbak Reni lagi disini .. :)

    Orang tua Hardi terlalu keras ya, sampai anaknya seperti itu. Duh ..

    BalasHapus
  28. Sepakat mba Ren, harus 'dibocorkan' ke para guru di sekolah, kesian bgt Hardi :(

    Tapi ya alhamdulillah jg jadinya Shasa mengerti dan lebih bersyukur ya mba^^

    BalasHapus
  29. makasih banyak atas semua info nya gan,,,,,,,

    BalasHapus
  30. wah, kasian banget ya temennya shasa itu mbak.

    Memang kalau gak dapet cerita langsung dari orang yang kita kenal kadang apa yang kita dapatkan itu menjadi sesuatu hal yang biasa, padahal yang biasa itu menjadi luar biasa ditangan orang lain. Contohnya ya makanan ini, hmm...

    BalasHapus
  31. peraturan ketat dirumah sebenarnya bagus, dalam artian mendisiplinkan anak.

    tapi ada kejadian gini. malah anak itu mencuri2 kesempatan agar bisa bebas dari auran tersebut, maka sebaiknya antara peraturan dan kasih sayang perhatian musti setimbang :D

    BalasHapus
  32. rasa syukur memang terkadang timbul saat kita melihat org lain bernasib lebih malang dari kita. semoga kita bisa senantiasa bersyukur......

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)