Minggu, 20 Januari 2013

#3 Review : The Soloist

Steve Lopez tak pernah membayangkan suatu hari hidupnya akan berubah setelah pertemuannya yang tak terduga dengan seorang gelandangan. Ada sesuatu yang berbeda pada diri gelandangan itu bila dibandingkan dengan gelandangan lainnya. Selain kemampuannya dalam memainkan biola, ada ada keanggunan dan harga diri di balik penampilannya yang dekil, kumuh dan acak-acakan.

Awalnya, Steve kagum dengan kemampuan Nathaniel Ayers ~gelandangan itu~ dalam memainkan alat musiknya yang meski rusak tapi mampu menghasilkan suara yang bagus. Tapi kemudian instingnya sebagai reporter dan kolomnis surat kabar Los Angeles Times membuatnya tertantang untuk menuliskan kisah di balik sosok musisi jalanan itu.

Kolom yang ditulisnya tentang Nathaniel itu rupanya merebut perhatian banyak orang. Seiring dengan berjalannya waktu, kian banyak kolomnya memuat kisah masa lalu Nathaniel, kian banyak juga rahasia masa lalu musisi jalanan itu yang berhasil diketahui Steve.

Ternyata, Nathaniel dulunya adalah siswa yang berbakat dan menjanjikan pada sekolah musik klasik elit : Juilliard. Hanya orang-orang yang luar biasa berbakat dalam musik saja yang bisa masuk ke sekolah itu. Kerja keras, tekanan dan tuntutan yang tinggi membuat banyak siswa tak mampu menahannya sehingga banyak yang terganggu jiwanya. Nathaniel salah satunya.

Nathaniel didiagnosa menderita skizofrenia. Hal itu membuat Nathaniel harus melepaskan impiannya sebagai musisi hebat dan keluar dari Juilliard. Meski awalnya Nathaniel menjalani pengobatan, namun belakangan Nathaniel memilih untuk tidak mau lagi melanjutkan pengobatan dan memilih hidup bebas dengan menggelandang.

Seiring berjalannya waktu, persahabatan antara Nathaniel dan Steve pun tercipta. Bukan hanya Nathaniel yang mengalami perubahan dalam hidupnya dari persahabatan itu tapi Steve pun merasakan perubahan dalam hidupnya. Steve yang tak pernah membayangkan bisa bertindak sebagai pekerja sosial, ternyata bisa melakukannya demi seorang Nathaniel.

Hasrat Steve untuk dapat membuat Nathaniel mau menjalani perawatan kembali dan mendapatkan kesembuhan kembali sangat besar. Steve sangat ingin agar Nathaniel dapat menjadi musisi hebat. Namun ternyata jalan untuk membantu Nathaniel keluar dari dunianya yang telah puluhan tahun dijalani itu sangat berat. Perlu kesabaran dan ketabahan luar biasa. Harapan yang baru bersemi seringkali harus hancur lebur sesaat kemudian. Benar-benar membuat frustrasi.

*******

Memang ini bukanlah buku baru. Mungkin sudah banyak yang membaca buku ini. Atau mungkin sudah banyak yang tahu kalau buku ini diangkat dalam film yang dibintangi oleh Jamie Foxx dan Robert Downey Jr. Tapi aku sendiri baru bisa membeli dan membaca buku ini setelah aku menemukan buku ini di dalam tumpukan buku obral beberapa waktu lalu.. hehehe.

Sungguh mengharukan membaca buku ini. Salah satu poin plus dari buku ini adalah bahwa apa yang ditulis di dalamnya adalah kisah nyata. Tak terbayangkan bahwa persahabatan yang tulus bisa muncul dari seorang kolumnis terkenal dari sebuah surat kabar Los Angeles Time dengan seorang gelandangan yang skizofrenic. Persahabatan yang murni antara lelaki mapan kulit putih dengan seorang musisi jalanan tanpa harapan berkulit hitam.

Membaca buku ini, aku ikut merasakan rasa bahagia, bangga dan haru yang dirasakan Steve atas kemajuan ~meskipun sangat kecil~ yang diperoleh Nathaniel. Namun, aku juga bisa ikut merasakan rasa marah, sedih, putus asa bahkan frustrasi atas hal-hal tak terduga yang tiba-tiba muncul dan menghancurkan harapan yang baru tercipta.

Sungguh mengharukan bahwa anak dan istri Steve bisa menerima dan mendukung persahabatan yang tak biasa itu. Walau sepertinya Nathaniel yang lebih diuntungkan, namun sejatinya Steve juga mendapatkan banyak hal  berharga dalam hidupnya melalui persahabatan unik itu.

Dan, aku menikmati membaca tiap lembar pengalaman yang dialami Steve bersama Nathaniel ini.


Judul : The Soloist
Penulis : Steve Lopez
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Terbit : Tahun 2010
Tebal : 367
Harga : Rp. 59.800 (disc. 40%)




21 komentar:

  1. nggak kebayang jika baca langsung kisah persahabatan yang tak biasa itu
    mbak *pengen baca langsung bukunya*

    BalasHapus
  2. yg begini ini yg disebut persahabatan yg tulus ya mbak, terutama Steve. Secara materi mungkin dia tidak diuntungkan, tp seamngat utk mengembalikan Nathaniel pd cita2nY saya acungi jempol :)

    BalasHapus
  3. angkat tangan ah bu kalo soal buku
    apalagi 300 halaman ++
    ampuuun...

    BalasHapus
  4. Mba Reni..
    Sepertinya novel yang menarik banget nih mba..

    Samar samar ceritanya hampir mirip kayak finding forrester, aku nonton film nya sih..

    Penulis novel terkenal kulit putih, sahabatan sama siswa kulit hitam miskin tapi berbakat...

    Dan diem diem kagum ama mba reni yang rajin nge review novel di blog..

    Kalo mba reni liat kategori di blog ku, ada kategori book & movie, dulu sempet pengen rutin nge review...tapiiii...ya gitu deh...hihihi...

    Susah emang kalo si males dipiara..hihihi...

    BalasHapus
  5. jadi pengen baca novelnya.. kayaknya menarik... :)

    BalasHapus
  6. @Ely Meyer >> emang menarik sekali persahabatan yang "tidak biasa" antara Lopez dan Natthaniel itu mbak.

    @Zaffara >> Bener banget mbak Winny, perrsahabatan mereka tulus karena tak muncul keinginan mereka untuk saling memanfaatkan.

    @Rawins >> makanya aku aja yang baca, Kang Rawins tinggal baca review-nya hehehe

    @Bibi Titi Teliti >> Nah aku malah belum baca yg finding forrester mbak Erri. Aduh, aku review novel sedang rajin aja sekarang.. biasanya sih habis baca angsung tutup buku hehehe. Ayo mbak, buat review lagi utk buku dan film.

    @Arif Chasan >> memang menarik kok, gak rugi deh bacanya.

    BalasHapus
  7. belum baca nih saya Mbak, boleh pinjam gak? hehehh

    akhirnya happy ending kan Mbak?

    BalasHapus
  8. @Diah >> ending ceritanya ngegantung tuh.. entah kalau di film bagaimana. Sungguh membuat penasaran...

    BalasHapus
  9. kangen baca novel lagi nih mbak, mbak reni hebat masih sempat banyak baca ya

    BalasHapus
  10. @Lidya-Mama Cal-Vin >> mumpung lagi seneng mbak... hehehe jadi ya disempet-sempetin. :D

    BalasHapus
  11. review yang luarbiasa sehingga membuat saya ingin membaca bukunya :)

    BalasHapus
  12. @BlogS of Hariyanto >> yang luar biasa itu bukunya dan pengarangnya hehehe

    BalasHapus
  13. Hmm.. ampun kk 367 halaman, ga sanggup bacanya..

    BalasHapus
  14. @caNNfuk[cot]com >> kalau sudah asyik baca lupa kok kalau yg dibaca lebih dari 300 halaman hehehe

    BalasHapus
  15. Waah sy suka sekali bc novel,kaya'nya novel yg menarik ya mba' :)
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  16. @Dewi >> iya sih, menurutku menarik utk dibaca. Salam kenal kembali dan makasih sudah mampir disini :)

    BalasHapus
  17. wow mantabh reviewnya....
    tahu benar tentang bahasa indonesia...
    :)

    BalasHapus
  18. @Dihas Enrico >> makasih banyak.. :)

    BalasHapus
  19. Saya juga penggemar novel mbak. Berhubung ndak mampu beli ya ngrental dulu. Itu dulu. Skrg kan banyak web yang baik hati upload novel. ya lumayan dahaga saya bs terobati. Nitip mb yang ingin cek ongkir JNE reguler origin madiun di www.jne-mt-haryono.blogspot.com

    BalasHapus
  20. wah. ini buku yang sempat aku baca beberapa tahun lalu. kebetulan keponakanku dapet gratis saat menjadi audience di Kick Andy.
    Aku langsung saja pinjam, kebetulan aku sedang mudik ke Jogja.
    Sayangnya berhubung aku mudik cuma sebentar yang mana di sana padat jadwal, aku hanya sempat baca sepertiganya.
    Sialnya lagi, novelnya gak boleh di bawa ke jakarta. hahahha..
    tapi memang ini novel bagus banget, aku gak sabar mau pinjam lagi hehhe >.<

    BalasHapus
  21. hmm kisah nyata ya. jadi penasaran sama isi bukunya.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)