Rabu, 15 Januari 2014

Cerita tentang sebuah voucher hadiah

Halo sobat blogger semua... apa kabar? Sudah lama nih aku gak ngeblog dan membiarkan kedua blogku terlantar lagi. Kali ini, penyebab absennya aku ngeblog bukan karena kesibukanku di kantor, tapi buku-buku telah mengalihkan duniaku. Hehehe.... Yups, kebetulan beberapa saat terakhir ini aku memang sedang punya banyak stok buku yang menggoda untuk aku baca. Akibatnya, untuk sementara urusan blogging terkalahkan deh.

Ups..., maaf kok jadinya malah curcol gak jelas gitu. Padahal kan niat awalnya aku ingin berbagi cerita tentang sebuah voucher hadiah. Bagi yang ingin tahu ceritanya, boleh nyimak pengalamanku selasa (14 Januari 2014) kemarin. Oke, mari kita mulai aja ceritanya.

Kemarin, aku dan Shasa berencana untuk menukarkan voucher yang kami miliki. Kebetulan aku punya selembar voucher Gramedia IDR 100,000 hadiah dari lomba #ReviewAkhirTahun. Dan Shasa punya 2 lembar voucher belanja dari sebuah pusat perbelanjaan di Madiun yang masing-masing sebesar IDR 50,000.

Mumpung kemarin libur, dan kami berdua tak ada acara maka kami pun memutuskan untuk membelanjakan voucher kami. Pertama, kami menuju Gramedia. Dari awal aku berniat untuk membeli novel The Cuckoo's Calling dengan menggunakan voucher Gramedia itu. Urusan di Gramedia tak butuh waktu lama, karena sangat mudah menemukan novel yang sedang hangat diperbincangkan itu.


voucher gramedia utk Novel The Cuckoo's Calling

Setelah dari Gramedia, kami segera menuju ke sebuah pusat perbelanjaan yang tak jauh dari Gramedia. Sesampai di sana, Shasa segera memilih 2 potong pakaian (1 kaos lengan panjang warna putih biru dan 1 blus lengan panjang warna biru) yang akan dibelinya dengan menggunakan kedua voucher miliknya.

Kami pun lantas menuju tempat kasir untuk membayar kedua pakaian itu. Tak lupa aku menyerahkan kartu member dan juga 2 lembar voucher itu. Saat kasirnya memasukkan data voucher itu, muncul masalah!

  • Kasir : "Maaf bu, apakah salah satu voucher ini baru Ibu dapatkan?"
  • Aku : "Tidak mbak, dapatnya barengan kok."
  • Kasir : "Ini hadiah dari natal kemarin kan, Bu?"
  • Aku : "Iya...."
  • Kasir : "Kok gak muncul datanya ya, Bu? Maaf, saya cek dulu ke dalam. Ibu harap menunggu."

Aku dan beberapa pembeli lain pun akhirnya menunggu kasir itu kembali. Yang kuingat saat itu, ada 2 orang bapak-bapak yang juga antri di depan kasir bersamaku. Setelah menunggu beberapa saat, kasir itu kembali dengan sorang wanita muda. Dan, wanita muda itu (yang belakangan kuketahui namanya Lastri) mendekatiku sambil membawa kedua voucher milikku.

  • Lastri : "Maaf Bu, ini voucher milik Ibu?"
  • Aku : "Ya, mbak"
  • Lastri : "Ibu, dapat voucher ini pas natal kemarin?"
  • Aku : "Iya...."
  • Lastri : "Gini Ibu, dalam catatan kami voucher Ibu bernomer 74 dan 75. Nah, yang 74 sudah dipakai."
  • Aku : "Lho..., kok bisa? Padahal saya baru makai vouchernya sekarang, mbak."
  • Lastri : "Sepertinya voucher yang satu lagi ini lengket dengan voucher nomer 75, Bu. Makanya gak ada datanya di tempat kami."
  • Aku : (Bingung dan malu karena saat itu makin banyak orang yang berkerumun di depan kasir) "Maksudnya bagaimana, mbak?"
  • Lastri : "Jadi, harusnya voucher Ibu yang nomer 74 dan 75, sementara yang satu ini tidak terdata dalam catatan kami. Karena sepertinya, vocher yang satu ini nempel di voucher no 75 saat diserahkan pada Ibu. Sementara voucher yang nomer 74 sudah dibelanjakan."
  • Aku : "Wah, saya gak tahu mbak soal nomer voucher itu. Karena kemarin waktu dapat hadiah voucher itu, saya ya hanya diberi 2 lembar itu. Saya gak ngecek lagi. Kan yang menyerahkan voucher itu kemarin juga pegawai disini."
  • Lastri : "Ya sudah, kalau gitu saya akan cek dulu ya, Bu. Ibu bisa menunggu dulu."
  • Aku : "Saya harus menunggu dimana, mbak?"
  • Lastri : "Mari ikut saya, Bu. Maafkan atas ketidaknyamanan ini."

Aku (dan Shasa) pun lantas buru-buru mengikuti Mbak Lastri itu. Jengah juga jadi pusat perhatian banyak pengunjung saat itu. Kami pun diajak ke kantor mereka, dan aku dipersilakan menunggu di dalam. Ada seorang mbak yang duduk di sana sambil menghadap komputer. Dia menanyakan padaku tentang apa yang terjadi. Aku pun menceritakan padanya kejadiannya, sejak Shasa mendapatkan voucher belanja itu.

Jadi, dulu pas Natal Desember kemarin, aku, Shasa dan suami pergi jalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan. Karena nominal belanjaan kami saat itu cukup banyak, kami mendapat kesempatan untuk mengambil sebuah hadiah yang digantung pada sebuah pohon natal. Shasa yang kami minta untuk mengambil salah satu kotak yang tergantung di pohon natal itu. Dan ternyata setelah kotak hadiah yang dipilih Shasa dibuka oleh petugasnya, isinya tertulis : Voucher IDR 100,000.

Petugas itu mengucapkan selamat kepada Shasa atas hadiahnya. Selanjutnya, aku diminta menyerahkan KTPku kepada petugas itu untuk mengurus vouchernya. Aku diminta menunggu. Tak berapa lama kemudian dia datang kembali, menyerahkan kembali KTPku dan menyerahkan 2 lembar voucher yang masing-masing nominalnya IDR 50,000. Saat itu, kami tak memeriksa voucher itu lebih lanjut karena memang gak tahu kalau ada nomer kodenya segala. Setelah menyimpan voucher itu, kami mengucapkan terimakasih dan berlalu. Sedangkan cerita lanjutannya, seperti yang aku ceritakan di atas itu.

Mbak yang mendengar ceritaku itu cuma manggut-manggut, dan sambil tersenyum dia memintaku untuk sabar menunggu karena voucherku sedang dilacak. Saat menunggu itu, aku sempat telpon suamiku untuk bercerita padanya tentang apa yang terjadi dengan voucher hadiah kami. Setelah berapa lama menunggu, mbak Lastri muncul lagi di hadapanku. Dia membawa kertas yang berisi catatan tentang hadiah voucher yang berhasil dimenangkan pengunjung. Di situ dituliskan kalau vouher nomer 74 dan nomer 75 keluar barengan sebagai hadiah bagi pemenang voucher IDR 100,000. Selanjutnya, dia menunjukkan catatan transaksi pembelian, bahwa voucher nomer 74 sudah dibelanjakan pada tanggal 3 Januari 2014 jam 9 malam lewat beberapa menit.

  • Lastri : "Ibu yakin tak belanja kesini pada tanggal 3 Januari jam 21 lewat?"
  • Aku : "Setelah natal kemarin saya belum belanja lagi kesini, mbak. Lagian, jam 9 malam emangnya sini masih buka?"
  • Lastri : "Masih buka, karena jam belanja untuk pegawai memang malam, Bu."
  • Aku : "Lantas, bagaimana caranya mbak mengetahui siapa yang belanja saat itu?"
  • Lastri : "Kalau belanjanya dengan menggunakan kartu member, kan mudah kami melacaknya nanti."
  • Aku : "Kalau ternyata dia belanja tanpa menggunakan kartu membernya, bagaimana?"
  • Lastri : "Kami akan tetap cari tahu, Bu. Kasirnya akan kami tanya, karena kode transaksi ada pada kami. Kami yakin kasirnya ingat. Apalagi biasanya yang belanja malam juga tidak banyak."
  • Aku : "Saya kemarin kan menerima voucher itu begitu saja dari petugas disini, saya gak ngecek karena memang gak tahu kode-kode nomernya."
  • Lastri : "Iya Bu, mungkin yang menyerahkan pada Ibu tahu bahwa vouchernya ternyata 3 lembar, padahal harusnya 2 lembar. Mungkin, yang selembar diambil untuk dirinya sendiri, Bu. Memang, saya sempat kehilangan 1 voucher dan saya bingung saat itu."
  • Aku : "Lantas, bagaimana ini mbak?"
  • Lastri : "Saya akan tetap melacaknya. Saya minta alamat rumah Ibu dan juga nomer HP Ibu. Besok Ibu akan saya hubungi lagi. Voucher Ibu saya tahan dulu, tapi voucher ini tetap milik Ibu. Maaf untuk ketidaknyamannya."

Akhirnya, aku dan Shasa pun hanya menggunakan 1 lembar voucher dulu. Shasa terpaksa merelakan melepas blus lengang panjang warna biru yang tadi dipilihnya. Setelah belanja, kami pun segera pulang. Sesampainya di rumah, aku baru bercerita secara lengkap pada suamiku tentang kejadian tidak menyenangkan yang barusan kami alami.

Sorenya, aku dapat telepon dari pusat perbelanjaan itu. Mereka akan datang ke rumahku untuk menukar voucherku (yang tidak terdata itu) dengan uang IDR 50,000. Saat mereka datang ke rumah, yang menemui mereka adalah suamiku. Sebelum menerima uang itu, suamiku meminta penjelasan dan kepastian bahwa orang yang memakai voucher nomer 74 sudah diketahui. Jika masalah itu belum tuntas, suamiku menolak menerima uang pengganti voucher itu, karena kebetulan suamiku kenal dengan salah satu pimpinan pada pusat perbelanjaan itu. Utusan dari pusat perbelanjaan yang ditugaskan ke rumah kami mengatakan bahwa "tersangkanya" sudah diketahui dan sudah dipanggil. Namun, mereka enggan untuk menjelaskan siapa pelakunya. Akhirnya, setelah urusan selesai mereka pamit pulang dan sekali lagi menitipkan permintaan maaf untukku lewat suamiku.

Jadi..., begitulah cerita yang agak kurang menyenangkan yang kualami kemarin bersama Shasa. Semoga aku tak akan mengalami hal-hal seperti itu lagi. Malu banget rasanya, dikira "nilep" voucher belanja seperti itu. Hadeehhh...

40 komentar:

  1. Nah..akhirnya Mbak Reny posting lagi.. kangen deh dah lama gak baca tulisannya yang ringan namun bagus... Hehe...jengah juga ya Mbak menghadapi ketidak-nyamanan seperti itu... btw, selamat ya Mbak sdh memenangkan hadiah voucher....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak, akhirnya sempat juga posting setelah beberapa hari tenggelam dalam keasyikan membaca buku.
      Terima kasih banyak ya mbak sudha mampir kesini :)

      Hapus
  2. Voucher belanja juga ternyata bisa disalahgunakan ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga semula gak mengira kalau ternyata voucher juga bisa disalahgunakan mbak.

      Hapus
  3. wah bisa ya ada kejadian voucher udah terpakai. saya sering bgt pakai voucher carrefour dari kantor karena memang hadiah tahunan. tapi alhamdulillah belum ada kejadian kayak gitu. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyiknya yang tiap tahun dapat voucher carrefour dari kantor.... :D

      Hapus
  4. waduh kok bisa begitu ya mbak, semoga tidak terulang lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga gak menyangka dapat pengalaman tak menyenangkan spt itu mbak.. dan tentu saja aku juga gak ingin mengalami kejadian spt itu lagi. hehehe

      Hapus
  5. hehe, jadi kikuk ya mba karena ada kesalahan kayak gitu :D

    tapi seneng deh bisa dapet voucher

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang jelas malu plus mangkel banget saat itu...
      Hadeehhh, jangan sampai kejadian lagi deh.

      Hapus
  6. ada aja ulah orang indonesia, hihihih

    BalasHapus
  7. Syukurlah mak ... akhirnya beres ya :) .. ikut senang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... walau sempat malu dan menunggu cukup lama, akhirnya beres juga masalahnya.

      Hapus
  8. voucher2 itu memang harus dijaga baik2 ya Mak. Ada aja yg usil saking pintarnya nyari data no voucher >.<
    Alhamdulillah dapat gantinya.

    Btw... Shasa, nama lengkapnya siapa? Keponakan saya nama lengkapnya Kansha, dipanggil Shasa, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kemarin sudah merasa menjaga dan menyimpan voucher baik2 sih sebenarnya... tapi rupanya ada yg memanfaatkan voucher sebelum sampai di tanganku. hehehe

      Hapus
  9. Alhamdulillah, vouchernya masih diserahkan juga ya, Mba. Hadiahku banyak yg ga terpakai karena berbagai alasan, hehe... Kemarin dpt voucher eh udah kadaluarsa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau voucherku yang dari hadiah review... langsung dikirim kok sama penyelenggaranya dan tak nunggu lama voucher itu sudah sampai di tanganku :)
      Eh, kok bisa dapatnya voucher kadaluarsa sih? Wah, gak niat banget yang ngasih voucher.

      Hapus
  10. Mungkin enggak mau masalahnya diketahui umum ya mbak, bagaimanapun karyawan nakal bisa menurunkan kredibilitas toko tsb. Jadi inget masih punya voucher hadiah, Wah jangan2 udah angus per 31 Des lalu ya? :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga yakin kalo memang pelakunya memang karyawan mereka sendiri, sehingga mereka berusaha untuk menutupi berita itu.

      Ayo buruan di cek voucher hadiahnya... jangan sampai kadaluarsa.

      Hapus
  11. modus serupa itu bisa bikin org emosi ya Mbak.
    Untungnya sistemnya sdh on line dengan sistem data base yg terintegrasi ya Mbak, jd bs dengan mudah di cross check

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya untungnya transaksi dilakukan dg menggunakan komputer sehingga semua data ada di sana : tanggal belanja, jam belanja, data kartu member, jenis belanjaan... sehingga bisa dilacak. Tapi malunya ituuuu.... :(

      Hapus
  12. waduh ribet sekali ya ternyata mengurusi voucher 100 ribu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener2 gak sangka ketemu masalah spt itu hehehe

      Hapus
  13. kok bisa begitu ya mbak, semoga tidak terulang lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... tentu saja aku juga tidak berharap hal spt itu akan terulang lagi :D

      Hapus
  14. Syukurlah mak akhirnya beres .

    BalasHapus
  15. Kalau saya mengalami peristiwa bu Reni ... mungkin saya tidak bisa se sabar Bu Reni ...
    Enggak enak sekali kita seolah disangka "nilep" voucher
    ribet banget urusannya

    semoga nggak kejadian lagi ya Bu

    salam saya Bu Reni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... jadi malu baca komen Om NH nih. Om kan gak liat wajahku waktu kejadian itu. Kalo kata Shasa sih wajah Ibu jutek banget saat itu... hehehe. Iyalah, siapa juga rela dipermalukan seperti itu? Gara-gara voucher 50rb... malu dan ribet banget urusannya.

      Hapus
  16. aku deg degan bacanya.. syukurlah kalaua terungkap. ups.. jadi inget aku masih punya vocer 200ribu buat belanja di matahari dan belum aku pake karena aku liat expirednya sampai desember 2014... hmm

    BalasHapus
  17. Hai Mba, aku lama ga main kesini, dan ternyata dirimu juga sedang malas update gegara teralih perhatian pada buku2 yaaa? :)
    Wah, sungguh sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan ya, mba, jadi dapat pelajaran juga untuk memeriksa kode yang tertera jikalau suatu saat nanti dpt voucher, hehe. Trims sharingnya, Mbak Ren!

    BalasHapus
  18. heheh.. cerita vochernya belibet banget mbakk...

    salam kenal..

    BalasHapus
  19. kok bisa dapatnya voucher kadaluarsa sih? Wah, gak niat banget yang ngasih voucher.

    BalasHapus
  20. kesimpulannya itu pegawainya sendiri yang curang ya
    membelikan voucher hadiah orang dipake sendiri,
    hadeh
    sabar ya mbak
    tapi kan lumayan sudah digantiin
    hehehe

    BalasHapus
  21. aku nggak tau bisa sesabar mbak Reni kl ketemu masalah sama

    BalasHapus
  22. wah, kalo aku jadi mbak udah agak marah tu ke karyawannya hehe.
    moga gak terulang lagi ya..

    BalasHapus
  23. Kalau saya dan suami yang mengalami mungkin sudah pergi ndak usah tukar voucher ehehe.

    Tapi Shasa masih beruntung ya, bisa mendapatkan uang ganti voucher, meskipun sebelumnya harus kecewa ndak jadi beli baju. :)

    BalasHapus
  24. voucher 50ribu urusannya jadi panjang gitu banget ya mba, kalo aku pasti udah aku tinggal tuh gak sabaran hahahaaa...

    BalasHapus
  25. Lihat masa aktif voucher careefour dimana

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)