Senin, 16 Februari 2009

Ibu Rumah Tangga

Ternyata, belum semua wanita bangga akan predikatnya sebagai Ibu Rumah Tangga. Seorang teman pernah berkata kepadaku, bahwa sebenarnya dia ingin sekali bekerja seperti wanita-wanita lainnya. Alasannya sih sederhana saja, malu kalau hanya berpangku tangan di rumah saja dan ngurusin urusan remeh temeh keluarga. Temanku itu menganggap bahwa apa yang dilakukannya selama ini di rumah tidaklah penting dan hanya dipandang sebelah mata.

Semuanya berawal dari acara reuni sekolah. Dalam acara reuni itu, temanku itu merasa minder saat bertemu dengan teman-temannya yang lain dan ditanya "kerja di mana ?". Apalagi saat itu teman-temannya menceritakan tentang sukses yang telah mereka raih dari dunia kerja. Banyak teman-temannya yang sudah menduduki jabatan penting dengan gaji yang sangat bagus. Terus terang, temanku tadi sangat iri dan ingin bisa juga mengaktualisasikan dirinya seperti teman-temannya yang lain.

Karena itulah, aku jadi ingin menuliskan tentang peranan Ibu Rumah Tangga di dalam keluarga. Dan tulisan ini aku dedikasikan buat teman yang telah mencurahkan isi hatinya padaku itu serta bagi wanita-wanita lain yang telah mendapatkan peran istimewa sebagai Ibu Rumah Tangga.

Sesungguhnya, peran dan kedudukan wanita dalam Islam sangat istimewa. Islam memberikan tempat bagi kaum wanita untuk tetap berada di rumahnya. Untuk mendapatkan surga-Nya kelak, para istri cukup berjuang di rumah tangganya dengan ikhlas. Tetesan keringat dari istri yang kerja di dapur dinilai sama dengan darah mujahid di medan perang. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW, ''Setiap jerih payah istri di rumah sama nilainya dengan jerih payah suami di medan jihad.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Walaupun apa yang dilakukan seorang ibu di rumah sepertinya hanya hal-hal yang sepele, dan seringkali juga tidak mendapatkan "penghargaan" akan tetapi fungsi seorang ibu rumah tangga sangatlah penting. Harus diakui bahwa yang berperan sangat besar dalam pembentukan pribadi sebuah generasi adalah ibu.

Sampai-sampai ada pepatah yang mengatakan wanita/ibu adalah tiang negeri. Pepatah itu mengandung maksud bahwa jika wanita/ibu rusak maka rusak jualah rusaklah negerinya. Hal tersebut dikarenakan wanita/ibu adalah orang yang mendidik pertama dari generasi yang dilahirkannya.

Dari buaian kasih seorang ibu jugalah pertumbuhan suatu generasi berawal. Ibu juga yang bertanggung jawab akan pendidikan anaknya, sehingga diharapkan akan muncul generasi-generasi berkualitas dan bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Tanggung jawab ibu sebagaimana di atas sangatlah berat. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW, ''Seorang istri pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.'' HR Bukhari dan Muslim).

Agar bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, maka seorang ibu harus pandai dan cerdas. Akan lebih baik kalau seorang ibu pernah mengenyam pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Meskipun ilmu yang didapat dari bangku kuliah tidak dimanfaatkan untuk bekerja, tapi bisa dimanfaatkan untuk mendidik anaknya. Kebiasaan berpikir ilmiah selama berada di bangku kuliah akan sangat membantu dalam mendidik anak.

Seorang ibu memang harus cerdas dan berkualitas, sebab kewajiban mengurus anak tidak sekedar memberi makan. Seorang ibu juga harus memiliki bekal ilmu yang cukup untuk membimbing dan mendidik anaknya dengan benar, penuh kasih sayang dan kesabaran. Selain itu ibu diharapkan juga membekali anak-anaknya dengan nilai dan norma agama agar anak mampu terjaga dari hal-hal buruk di sekitarnya.

Seorang wanita yang berprofesi sebagai ibu Rumah Tangga mempunyai waktu yang tak terbatas untuk mendidik dan menemani anak-anaknya untuk tumbuh dan berkembang. Tak akan ada satupun perkembangan anak-anaknya yang terlewatkan oleh seorang Ibu Rumah Tangga. Hak istimewa inilah yang tak mampu dimiliki oleh wanita-wanita yang, dengan alasan masing-masing, harus keluar rumah dan mencari nafkah.

Memang ada banyak alasan apabila seorang wanita memilih untuk bekerja di luar rumah. Memang ada banyak yang harus mereka korbankan dengan pilihannya itu. Akan tetapi, bagaimanapun juga saat mereka kembali ke rumah mereka tetaplah Ibu Rumah Tangga yang mempunyai kewajiban sebagaimana Ibu Rumah Tangga lainnya. Malah, wanita-wanita yang bekerja di luar rumah telah memikul tanggung jawab ganda : sebagai pencari nafkah dan sebagai Ibu Rumah Tangga. Tentu saja kapasitas mereka sebagai Ibu Rumah Tangga akan jauh berbeda bila dibandingkan dengan wanita yang 100% mengabdikan diri untuk keluarga sebagai Ibu Rumah Tangga.

Jadi, sedapat mungkin seorang wanita yang bekerja di luar rumah harus pandai-pandai mengatur waktunya untuk tetap memberikan perhatian kepada keluarganya. Dengan demikian diharapkan agar anak-anaknya tetap mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan dari seorang ibu. Memang berat, tapi untuk menyelamatkan generasi yang akan datang jalan itu tetap harus ditempuh.

Hidup adalah jalan yang sudah diatur-Nya untuk kita lalui. Rasanya tak perlu menyesali apa yang sudah digariskan-Nya untuk kita. Tinggal bagaimana kita menerima dan mensyukurinya dan menjadikannya sebagai sebuah berkah yang tak ternilai.

Semoga temanku itu (dan wanita-wanita lainnya) kini bisa tersenyum bangga sebagai Ibu Rumah Tangga.

2 komentar:

  1. Setuju Mbak ..

    Keberhasilan seorang suami, adalah karena seorang istri dibelakangnya.

    itu yang memacu saya untuk akhirnya tetap aktif di rumah, dan melupakan semua impian impian saya di luar. Namun, tetap, saya menggunakan waktu waktu kosong dengan aktivitas2 yang bisa dilakukan seriring sejalan dengan rumah tangga.

    Tetap belajar, mencari ilmu demi pengembangan diri dan membuka wawasan, sehingga tak ketinggalan informasi.

    Bahkan banyak wanita yang bekerja/Wanita karier, mendekatkan ke saya, ketika reuni, mencoba untuk belajar ber wirausaha. Jadi sembari dirumah, bisa mengontrol keluarga, juga menghasilkan.

    Ternyata banyak juga wanita karier yang mendambakan bisa tenang mengayomi rumah tangganya namun juga menghasilkan. Menurutku itu soal rumput tetangga lebih hijau saja. Sejauh mana kita rajin menyiramnya, rumput kita juga tetap hijau .. he he.

    So apapun aktivitasnya, Seorang wanita harus tetap bisa eksis dalam dunianya sendiri. Yang Wanita karier tak bisa melupakan kewajibannya dalam keluarga. Sementara yang ibu rumah tangga, tak boleh melepaskan semangatnya untuk tetap mengembangkan diri dan mencari ilmu seluas luasnya.

    Toh mencari pendapatan dan aktualisasi diri tak musti di kantor. Di rumah juga bisa ... he he

    Loh kok nulisnya jadi kepanjangan begini???
    Tapi aku suka tulisan tulisan mbak .. yang sederhana, namun berkembang sangat indah. Bravo mbak, aku belajar banyak ...

    BalasHapus
  2. @kuyus : Aduh pujian mbak Kuyus ini membuatku jadi tersipu-sipu. Makasih banget yach. Aku malah suka tulisan mbak Kuyus yg lancar mengalir. Kita sama-sama belajar ya ?? Oya, makasih juga atas semua komentar2 yg membangun selama ini. Tetap semangat !!

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)