Kamis, 10 September 2009

Ketukan di malam hari

Kemarin malam saat waktu menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, aku mendengar ketukan di pintu ruang tamuku. Awalnya aku mendiamkannya, karena kebetulan yang sedang berada di rumah hanya aku dan Shasa. Sementara suamiku saat itu sedang pergi ke sebuah acara, dan belum kembali. Namun.., ketukan itu terus berlanjut, bahkan kudengar juga suara yang memanggil-manggil nama suamiku.


Aku ragu untuk membuka pintu. Namun karena ketukan di pintu masih terus berlangsung, maka dengan perasaan deg-degan aku coba untuk mendekati jendela ruang tamu. Aku akan melihat dulu siapa yang mengetuk pintu sebelum pintu itu aku buka. Saat aku sampai di ruang tamu, ketukan di pintu sudah berhenti. Waktu aku menyibakkan tirai ruang tamu, terlihat punggung seseorang yang hendak beranjak pergi.

Ternyata yang mengetuk pintu adalah salah seorang tetanggaku. Ternyata tetanggaku mengabarkan padaku agar aku segera mengambil kompor malam itu juga. Akhirnya, aku dan Shasa (yang kebetulan belum tidur) berangkat menuju rumah pak RT untuk mengambil kompor itu. Yang antri ambil kompor sudah banyak rupanya. Akhirnya, aku pulang membawa kompor dan sebuah tabung elpiji 3 kg. Huff... lumayan berat juga..!!

Awalnya aku heran mengapa aku mendapatkan jatah kompor dan tabung elpiji itu. Ternyata, seluruh penduduk di RT-ku yang mempunyai Kartu Keluarga berhak mendapatkan 1 paket jatah konversi minyak tanah ke elpiji dari pemerintah. Jadinya, seluruh penduduk di RT-ku mendapatkan juga paket itu, termasuk keluargaku.


Kotaku hanya terdiri dari 3 kecamatan. Yang paling awal membagikan paket konversi minyak tanah ke elpiji kepada warganya adalah Kecamatan Manguharjo. Sementara 2 kecamatan lainnya belum dapat. Anehnya, mengapa pembagian paket itu dilakukan pada malam hari ya ? Apa petugas dari kecamatan diperintahkan untuk membagikan paket itu dalam 1 hari, sehingga malam hari pun tetap dilanjutkan acara pembagian paketnya ?


Konversi atau pengalihan pemakaian minyak tanah ke elpiji ini dilakukan pemerintah karena cadangan gas di dalam perut bumi jauh lebih besar daripada minyak bumi. Komposisi energi dunia ke depan secara pasti juga akan mengurangi porsi minyak dan akan meningkatkan porsi elpiji. Hal ini dikarena gas lebih bersih dan ramah lingkungan dibandingkan minyak. Selain itu pemakaian elpiji untuk rumah tangga dinilai lebih praktis, efisien, lebih bersih dan lebih menyenangkan.


Kabarnya, dalam pelaksanaan konversi minyak tanah ke elpiji ini pemerintah melakukan pengawasan ketat dalam produksi tabung dan kompor gas. Hal ini dimaksudkan agar tabung yang dibagikan secara gratis kepada masyarakat tidak mudah bocor dan terbakar. Namun..., aku sudah sering mendengar berita tentang meledaknya tabung elpiji dan mengakibatkan banyak warga yang menjadi korban. Apakah yang meledak itu terlewat dari pengawasan pemerintah ?


Karena pasokan minyak tanah di beberapa tempat dikurangi, mengakibatkan banyak rakyat yang miskin kebingungan. Meskipun mereka sudah mendapatkan kompor dan tabung gas secara gratis, tapi untuk mengisi kembali tabung itu diperlukan biaya yang tidak sedikit bagi ukuran rakyat miskin. Mungkin juga kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji ini kurang mengena terhadap rakyat miskin, karena terasa memberatkan. Bagaimanapun juga bagi mereka lebih murah memasak dengan menggunakan minyak tanah daripada dengan menggunakan elpiji.


Minyak tanah dapat mereka beli secara eceran, dan lebih mudah mereka bawa. Sementara elpiji tak mungkin mereka beli secara eceran dan tabung gas pun harus mereka bawa kalau mereka akan mengisinya. Minyak tanah tak hanya digunakan masyarakat miskin untuk menyalakan kompor, namun masih digunakan untuk untuk menyalakan kayu bakar sebagai alat memasak mereka. Memang jauh lebih irit dibandingkan dengan penggunaan elpiji.


Mungkin pemerintah punya solusi lain yang lebih mengena terhadap rakyat miskin tersebut. Sementara aku masih heran mengapa aku yang sehari-hari sudah memakai kompor gas ternyata tetap mendapatkan jatah kompor dan tabung secara gratis. Aku memang tidak tahu indikator yang sesungguhnya dipakai sebagai dasar pembagian kompor dan tabung gas secara gratis itu. Apakah benar hanya berdasarkan kepemilikan Kartu Keluarga seperti di RT-ku dan mengesampingkan status sosial ekonomi warganya ? Aku sungguh-sungguh tidak tahu....

25 komentar:

  1. hufff....!tak kira cerita tentang hantu...awalnya jadi tegaang tuh...tak tahunya..eh..
    Mbak reni, salam kenal ya....

    BalasHapus
  2. Ternyata dari dulu sampai sekarang cara kerjanya pemerintah sama saja.
    Ternyata pendataan keluarga yang berhak sangat amburadul sekali.
    any way ... hati-hati tabung gasnya meleduk.
    wakakakaaa

    BalasHapus
  3. wah, kupikir kisah horor. he he he...

    BalasHapus
  4. Mbak Reni, memang betul memakai minyak tanah lebih murah ketimbang memakai elpiji, dalam jangka pendek, tapi tidak dalam jangka panjang. Minyak tanah bikin CO2 lebih banyak, jadi efek pemanasan globalnya lebih berat. Kita memakai elpiji karena memang lebih ramah lingkungan.

    Aku kasihan kalau rakyat harus mengangkat-angkat tabung gasnya sendiri buat mengisi ulang. Lebih baik disediakan distributor tabung gas keliling seperti di kota-kota besar. Memang sistem begini tidak mudah, tapi kan kita harus berpikir jauh ke depan.

    Kalau Shasa sudah besar, mungkin Shasa bisa bikin perusahaan distributor yang melayani pesanan gas keliling ke rumah-rumah di Madiun. :-)

    BalasHapus
  5. kok baru sekarang tokh mbak? padahal udah dari dulu kan orang2 dibagi? klo di kompleks, kami termasuk yg tidak dibagi tabung gas 3 kilo.. jadi kita beli sendiri deh.. lumayan lebih murah dibanding klo beli yg 12 kilo (jadi kita punya tabung yg 12 sama 3 kilo).

    BalasHapus
  6. PEER buat pemerintah dan kita semua, bagaimana mengelola sistem pendistribusian bahan kebutuhan rumah tangga dengan cepat, tepat dan tentu saja dengan mengutamakan keamanan dalam pemakaian,...

    BalasHapus
  7. aduh.. mba... tak kira ada si kunti yg ketuk pintu hehehehe
    wah.. kok kayak gitu aturannya ya?? harusnya bener2 dibagikan kepada orang2 yang memang membutuhkannya dan tidak punya biaya utk mendapatkannya.
    begitu kan, mba?

    BalasHapus
  8. wah mba.......sama mba saya juga dapet....ya saya terima saja...lumayan gratisan heheheee!!!!!

    BalasHapus
  9. Hiks, gitu deh mbak sikon kita ini. Pendataan tidak valid. Yang kasihan, yang membutuhkan mungkin gak dapat, karena terlewatkan. Nice posting.

    BalasHapus
  10. Kok di tempat saya tidak dpt ya?..he..he..
    Oh ya mbak..mgkn Program pemerintah itu merata mbak, utk segala kalangan...

    BalasHapus
  11. mungkin karena yang miskin tidak pernah ngisi lagi,jadi ganti dibagikan ama yang kaya hehehe

    BalasHapus
  12. kalau tempatku sudah sekitar 3 bulan yang lalu mbak... n setiap warga juga kebagian. :)
    mungkin di tempatku masih banyak yang belum pakai kompor gas mbak, jadi di bagi lebih dulu. hehe...

    BalasHapus
  13. Aneh juga ya mbak? Lha wong sdh pake kompor gas malah dikasih lagi. Pdhal di kampung dekat perumahanku ada yg sampe sekrg malah belum dapet.

    Sebaiknya jangan dipake loh mbak, banyak cerita tabungnya meledak.

    Hehehe...ketawa baca usulnya Vicky buat Shasa!! Mungkin yg baik supply gas lbh diperbanyak ya. Itu loh yg pake langganan kayak PDAM. Murah loh!

    BalasHapus
  14. kirain tadi mo bikin cerpen mbak. ternyata bukan ya?

    BalasHapus
  15. koq aku ga dapet ya mbak??? aku pindah erte aja dah kalo gini, mana minyak tanah dah mahal 9000 di oplos pula pake solar... menjengkelkan...

    BalasHapus
  16. heheheh... aku pikir cerita perampokan ato apa gituuu....

    Lumayan dong Bu dapet tabung gas.. Aku juga gak ngerti neh kriteria pembagiannya. Mungkin memang harus sehari kelar kali yaaa....

    BalasHapus
  17. ayak-ayak wae'.... aneh2 sekali yak. padahal di daerah sayah juga masih banyak yg belom dapet bantuan kompor gas dari pemerintah, tapi di sono malah dapet dobel :D

    BalasHapus
  18. pendataan dari tingkat Rt sampe ke kecamatan amburadul..jadinya, misi pembagian tabung gas tidak sampai ke sasarannya :-(

    BalasHapus
  19. kayaknya pemerintah ga punya solusi yang lebih baik selain memaksa rakyat utk beralih gas.
    konversi adalah pilihan kebijakan pemerintah yang paling baik diantara yang ga baik itu kali nyah.

    BalasHapus
  20. wealah...kirain cerita hantu tahunya dapat jatah elpiji gratis, tempatku sudah kurang lebih satu tahun yang lalu mbak dapatnya.

    BalasHapus
  21. Judulnya ngeri, ternyata rejeki.

    Tapi buat Makku satu ini.
    Rejeki juga harus di Kaji.
    Sampai-sampai apa ada misteri.

    Ya,...
    Carut marut Konversi LPG.
    Dari kecurigaan Tender pengadaan Kompor, Pengadaan Tabung.
    Lalu Kwalitas kompor dan Tabung yg di bawah Standar.

    Juga ketersediaan Gas di Pasaran yang sering Hilang.
    Buat apa ada Kompornya kalau Gasnya gak ada.

    Belum lagi Naiknya harga Gas.....

    Pertanyaannya...
    NIAT GAK SIH PEMERINTAH ???

    BalasHapus
  22. ketukan di tengah mlm... neng, anterin akang pipis neng :(
    huehehehehe...

    award sudah terpasang.. terimakasih :)
    maaf atas keterlambatannya :(

    BalasHapus
  23. Maab telat.....
    Iya neh nggak tahu juga, keluargaku juga dapet, tapi udah lama.....kata PAK RT seluruh warga di RT ku juga dapet....
    hmmmm semoga saja lebih baik nantinya peraturan dan distribusinya...Amiiin

    BalasHapus
  24. Ko mbak reni dapet yah? heran lho mbak, masih banyak di pedalaman yang gak dapet. kayaknya, ini bukan penyelesaian. tapi, permasalahan baru :)

    BalasHapus
  25. iya mbak. Ditempat mertuaku juga dapat lagi, padahal kita sudah pakai kompor gas. Yo wis trima aja ..
    Tapi emang lebih irit katanya .. dibanding kompor gas yang gedean. Banyak disuntiknya ..
    Harganya sudah Rp 75 ribu tapi isinya mung sitik ...

    Kalau ditempatku .. malah ndak dapet mbak. Soale, Bogor sudah pakai gas alam. Alhamdulillah lebih aman. Pun lebih irit ...

    Katanya sich .. ini proyek pemerintah memang untuk mengganti minyak tanah yang terbilang sudah langka. Trus pengerjaannya agak dipaksakan demi mengejar target. Jadi .. ada yang bocor dech. Tapi agh gossip jangan difikirin. Sing penting niat baik pemerintah untuk masyarakat kecil ada, walau masih amburadul.

    Ups .. kirain tadi cerita hantu, udah mau tak skip aja, walau penasaran .. ha ha ha

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)