Sabtu, 17 Oktober 2009

Tanggung jawab

Albert Einstein pernah berkata bahwa "harga sebuah kebesaran ada di tanggung jawab".

Tanggung jawab sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Bila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang akan memaksakan tanggung jawab itu.

Yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah kesadaran manusia tentang tingkah laku atau perbuatannya baik yang disengaja ataupun tidak disengaja. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya terhadap kepentingan pihak lain. Tanggung jawab ini muncul karena manusia hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam.


Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab merupakan ciri dari manusia beradab. Seorang manusia akan merasa bertanggung jawab jika dia dapat menyadari akibat dari perbuatannya dan menyadari bahwa ada pihak-pihak lain yang juga menerima dampak dari perbuatannya tersebut. Oleh sebab itu, bagi sebagian besar orang, tanggung jawab merupakan sesuatu yang mungkin dirasakan berat yang tak semua orang mampu dan mau memikulnya.

Biasanya, seseorang akan dengan senang hati menerima sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan baginya. Tetapi jika ternyata hal tersebut menuntut tanggung jawab, biasanya banyak orang yang memilih untuk melarikan diri dari tanggung jawab setelah menerima hal yang menguntungkannya terlebih dahulu. Banyak contoh yang menunjukkan hal tersebut di lingkungan kita, salah satunya "jabatan".

Hampir semua orang dengan senang hati jika mendapatan jabatan, apalagi jika jabatan itu adalah duduk di "kursi empuk". Naik jabatan selalu berkonotasi dengan kenaikan gaji, dan semua orang tentu dengan suka cita menerimanya. Namun..., ternyata tak semua orang sanggup menerima konsekuensi dari meningkatnya tanggung jawab seiring dengan meningkatnya jabatannya.

Sebuah kejadian telah membuatku menyadari betapa tak mudah memikul sebuah tanggung jawab. Kebetulan hari Kamis dan Jumat kemarin aku harus dinas lagi ke Surabaya. Seperti sebelumnya, aku berangkat lagi bersama tim yang jumlahnya 10 orang, dengan menggunakan 2 kendaraan dinas. Tim kami yang semuanya masih tergolong muda (ehm... termasuk aku nih hehehe), semuanya masih memiliki semangat yang kuat untuk menjalankan tugas dengan sebaik mungkin.

Sesaat sebelum berangkat, seorang teman (seorang pejabat dari Bagian Hukum) meneleponku dan mengatakan bahwa dia baru saja pulang dari dokter. Aku menanyakan padanya apakah dia jadi ikut pergi ke Surabaya, mengingat kondisinya sedang tidak sehat. Namun dia meyakinkan aku bahwa dia akan baik-baik saja dan siap untuk menjalankan tugas ke Surabaya bersamaku.

Selama perjalanan dia tidak terlalu bersemangat dan lebih banyak diam. Sewaktu kutanyakan apa diagnosa dokter terhadapnya saat dia periksa sebelum berangkat, dia menjawab bahwa dicurigai dia akan terkena cacar air, tapi dokter belum berani memastikan karena memang belum ada tanda-tanda cacar yang muncul.

Selama di Surabaya, dia masih bisa menjalankan tugasnya dengan sangat baik dan berusaha untuk tidak memperdulikan kondisinya. Aku sudah berulang kali menawarkan kepadanya supaya sopir kami berangkat mencarikan obat untuknya atau mengantarnya ke dokter, tapi dia menolaknya. Dia berusaha bertahan untuk bisa menyelesaikan tugasnya.

Sampai akhirnya, pada malam hari, sesaat sebelum makan malam, teman sekamarnya (kami bersepuluh menginap di hotel) mengatakan bahwa kami perlu untuk memanggil dokter. Ternyata demam yang dialami temanku itu semakin tinggi, sehingga akhirnya dia pasrah saat kami memanggilkan dokter untuknya. Namun, setelah diperiksa pun dia tak mau diantar pulang kembali ke Madiun dan ngotot bertahan di Surabaya sampai acara selesai pada hari Jumat.

Sekuat apa pun dia bertahan, akhirnya dia harus menyerah pada kondisi fisiknya yang semakin menurun. Ternyata, diagnosa dokter adalah dia terkena cacar air sekaligus radang tenggorokan..!! Malam itu juga, satu kendaraan dinas kami pulang terlebih dahulu untuk mengantarkan teman kami yang sakit tadi. Terpaksa, dia pulang sendiri dan hanya ditemani seorang sopir, karena kami semua masih punya tanggung jawab pekerjaan yang harus kami selesaikan di Surabaya.

Tanggung jawab yang demikian besar telah ditunjukkannya kepadaku dan kepada teman-teman yang lain. Kalaupun akhirnya dia menyerah, itu semata karena kondisi fisiknya yang tak dapat diajak kompromi dan mengharuskannya untuk beristirahat. Aku jadi membandingkannya dengan kondisi diriku sendiri. Meskipun aku masih pakai 'decker' pada kakiku yang keseleo, tapi sejujurnya tinggal rasa pegal-pegal yang aku rasakan. Aku tak yakin bisa bertahan seperti dia, jika aku yang berada dalam posisinya.

Selama ini aku sering mendengar bahwa anak-anak muda 'jaman sekarang' kurang memiliki rasa tanggung jawab. Pada kesempatan ini aku dapat berkata bahwa itu tidak benar, karena masih banyak anak muda yang bisa memikul tanggung jawab. Jadi, tak sepantasnya karena ada "nila setitik rusak susu sebelanga". Menurutku begitu...

16 komentar:

  1. tanggung jawab memang berat mbak.....bahkan terkadang membuat kita lelah. Dengan menyelesaikan sedkit demi sedikit aku yakin kalo tanggung jawab pasti akan selesai Hanya satu tanggung jawab yang takkan pernah terselesaikan Tanggung jawab pada Tuhan ( Jadi yang pertama nih)

    BalasHapus
  2. benar mbak , tidak semua pemuda melenakan kewajibannya. pun tidak semua pemuda lupa akan tanggung jawabnya.

    tanggung jawab biasanya berbanding lurus dengan beban, semakin berat beban yang diambil maka semakin berat pula tanggung jawab yang diemban.

    bagaimana kita mengejawantahkan beban itu lah yang menjadi patokan seberapa besar tanggung jawab yang mampu diemban.

    good artikel, tulisna yang membangun. terima kasih

    BalasHapus
  3. salut deh sama temannya mbak reni...
    kondisi yg tdk memungkinkan tetap berusaha menjalankan tanggung jawabnya..

    BalasHapus
  4. pertamaxxxx setelah tistirabbani ;))

    BalasHapus
  5. orang yang amanah, sudah semakin langka saja jumlahnya...

    BalasHapus
  6. Assalamualaikum.WR.WB
    Sejujurny mb, setiap org itu dlahirkan dg sbuah tnggung jwb...
    dlm setiap nafas, kedip, gerik, smwny itu dselimuti kwajiban tnggung jwb...
    Tp jujur, memang lho SEBAGIAN BESAR org itu sering ingin angkat tangan Dr tanggung jwb...BANYAK SEKALI ANAK MUDA yg spt itu... Sy sja sering menemui kubangan tman sma sy yg brtingkah hina itu.... Tp, SEBAG.bsR bukan brarti 100 dr 100.... Dan smoga sja kita trmsuk bag.kcilny.....

    BalasHapus
  7. Iya mbak, kebanyakan orang menginginkan kenaikan jabatan karena gajinya bakal naik, fasilitas bertambah. Mereka lupa bahwa dibaliknya, menunggu tanggung jawab yang lebih besar. Tanggung jawab bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat.

    Kelak semua kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawabannya di padang Mahsyar, saat dimana tak ada seorangpun bisa melarikan diri dari tanggung jawab dan tidak bisa berdusta karena mulutnya terkunci dan anggota tubuh lainnya yang akan memberi kesaksian atas apa yang telah dilakukannya selama hidup didunia.

    BalasHapus
  8. Ibarat pohon, semakin tinggi ia tumbuh semakin kencang angin yang menerpanya.
    Sedikit melenceng sich, tanggung jawab besar diiringi pula godaan yang berat. Mantab bu, membangun spirit menunaikan tanggung jawab.

    BalasHapus
  9. yang amanah yang sulit dicari ....
    kebanyakan emang cuma mikirin hal - hal yang duniawi aja ....

    BalasHapus
  10. tanggung jawab memang suatu hal yang harus benar-benar dipegang teguh, ga semua orang bisa begitu mbak :)

    BalasHapus
  11. thanks..nice artikel,
    menyadarkan aq utk lebih bertanggung jawab lg.. :D

    BalasHapus
  12. Tanggung jawab,kalimat yang mudah di katakan tapi susah di jalankan sis :D

    BalasHapus
  13. Tanggung jawab itu bersahaja, dan bernilai mbak. Dengan tanggung jawablah hidup kita terasa bermakna. Nice posting.

    BalasHapus
  14. Tanggung jawab memang perlu mbak, tapi kadang kita perlu memisahkannya antara tanggung jawab kepada tempat kerja, kepada Tuhan dan kepada keluarga. Jangan sampai karena tanggung jawab kepada yg satu, lantas mengorbankan tanggung jawab lainnya yang jauh lebih penting.

    BalasHapus
  15. bener mba... kadang tanggung jawab sering dilihat "o, dia masih muda.. tanggung jawabnya masih kurang"... padahal kan ga gitu ya mba...


    mudah2an saya termasuk kumpulan org2 yang bdertanggung jawab ya mba...

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)