Rabu, 19 Mei 2010

Kekerasan vs Kelembutan

Beberapa hari yang lalu, saat aku datang ke blognya Bang Munir, aku sangat terkesan dengan postingannya yang berjudul : Cinta yang Merubah Hati Seseorang. Betapa dahsyatnya cinta, sehingga seorang mantan preman bisa bertekuk lutut pada cinta tulus dan penerimaan dari seorang wanita biasa. Bahkan, sang mantan preman itu bisa benar-benar menjadi pribadi baru yang baik dan berubah 180 derajad dari pribadinya yang lama. Subhanallah...

Yang membuat aku kagum adalah karena cerita itu bukanlah sekedar cerita fiksi karya Bang Munir, namun sebuah kisah nyata yang benar-benar terjadi. Menurutku kisah hidup itu sangat luar biasa, maka aku segera menyarankan pada Bang Munir untuk mendaftarkan postingannya itu dalam Kontes Blog Berbagi Kisah Sejati yang diselenggarakan blognya Mbak Anazkia.

Memang, tanpa adanya hidayah dari Allah maka perubahan seperti yang dikisahkan Bang Munir itu juga tak akan terjadi. Namun tetap saja peristiwa itu telah membuktikan bahwa 'teori' tentang kekerasan yang dapat dikalahkan oleh kelembutan terbukti nyata dan bukan isapan jempol belaka. Memang semua membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama, sehingga tanpa ketulusan dan kesungguhan hati perubahan yang diharapkan tak akan dapat terwudud. Seperti batu yang dapat dilubangi oleh tetesan air terus menerus selama berhari-hari.

Ada sebuah kisah yang dapat kembali menguatkan kita bahwa kekerasan dapat dikalahkan oleh kelembutan. Mungkin kisah ini bukan kisah baru namun tak ada salahnya aku menuliskannya lagi disini untuk kembali menyegarkan ingatan kita. Kisah ini berjudul "Kera di Pucuk Pohon Kelapa" dan.... inilah kisah itu :

Ada seekor kera yang sedang berada di pucuk pohon kelapa. Dia tak sadar jika sedang diintai oleh tiga angin besar, yaitu : Angin Topan, Tornado dan Angin Bahorok. Rupanya ketiga angin itu sedang bertaruh tentang siapa yang bisa menjatuhkan kera itu dari pohon kelapa dalam waktu yang paling singkat.

Angin Topan sesumbar bahwa dia hanya membutuhkan waktu 45 detik. Angin Tornado yang tak mau kalah dengan Angin Topan mengatakan bahwa dia hanya membutuhkan waktu 30 detik. Angin Bahorok tersenyum mengejek kedua temannya dan mengatakan bahwa hanya dalam waktu 15 detik dia akan dapat menjatuhkan kera itu.

Akhirnya pertarungan pun dimulai. Yang pertama kali menunjukkan kemampuannya adalah Angin Topan. Dia langsung meniup pohon kelapa dengan sangat kencang. Kera yang sedang ada di pohon kelapa terkejut bukan main. Begitu merasa ada angin besar datang, kera itu segera berpegangan erat-erat pada pohon kelapa. Beberape menit berlalu, tapi ternyata kera itu masih bertahan di pohon kelapa. Angin Topan pun menyerah.

Selanjutnya Angin Tornado unjuk kemampuan. Dia berusaha meniup pohon kelapa lebih kencang lagi. Angin yang semakin besar membuat kera itu semakin kuat berpegangan pada pohon kelapa. Kembali kera itu mampu bertahan di pohon kelapa dan Angin Tornado pun menyerah.


gambar diculik dari sini

Selanjutnya, tak ingin kalah seperti kedua angin terdahulu, maka Angin Bahorok berusaha meniup pohon kelapa sekuat tenaga. Si kera pun semakin kencang memeluk pohon kelapa dan kembali berhasil bertahan. Akhirnya, ketiga angin besar itu mau tak mau harus mengakui kehebatan sang kera.

Kejadian itu rupanya disaksikan oleh Angin Sepoi-Sepoi. Dia kemudian mengatakan pada ketiga angin besar itu bahwa dia pasti bisa menjatuhkan kera itu. Ketiga angin besar itu tertawa mendengar perkataan Angin Sepoi-sepoi, karena ketiga Angin Besar saja tak bisa melakukannya apalagi angin yang kecil.

Tanpa banyak bicara, Angin Sepoi-sepoi pun langsung meniup ubun-ubun kera itu. Kera itu pun merasakan hawa dingin dan segar menerpanya, dan tak lama kemudian  kera itu merasakan kantuk menyergapnya. Tak lama kemudian kera itu pun tertidur. Begitu pegangannya pada pohon kelapa terlepas, maka kera itu pun langsung jatuh.

Banyak hikmah yang dapat diambil dari kejadian itu. Yang pertama adalah untuk mengalahkan kekerasan hati akan lebih efektif dilakukan dengan kelembutan. Yang kedua, bahwa ternyata kita dapat lebih kuat saat dihadapkan dengan penderitaan dan kesulitan. Sementara jika kita dihadapkan pada kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan ternyata seringkali kita terlena.

44 komentar:

  1. batupun lama-lama berlobang terkena tetesan air...ihiir..btw, suka tamplatenya, top!

    BalasHapus
  2. Mantab sekali ceritanya, pelajaran bagi kita semua bahwa kekerasan atau kekuatan dapat diatasi dengan kelembutan!

    BalasHapus
  3. aku gak suka kekerasan :(
    baru dibentak aja aku langsung nangis hehehe *cengeng ya namanya*

    BalasHapus
  4. Andai setiap manusia didunia ini [setidaknya di Indonesia] bisa mengaplikasikannya ya mbak? Duh..pasti damai deh bumi

    BalasHapus
  5. ::: wah,,, sangat berjiwa sosial yah ^_^ karena senang sekali sharing dan rekomendasi... ^-^v

    ::: iyah benar kalau kelembutan itu adalah salah satu rahasia yang Allah punya untuk menyentuh hati terdalam kaum keras sekalipun ^_^

    ::: aku membawa hadiah tentang berbagi, tentang perduli http://wiedewriter.blogspot.com/2010/05/dimanakah-wanita-penadah-koin-itu.html

    BalasHapus
  6. hehe cerita si monyet, sempaet aku posting di blogku juga......

    BalasHapus
  7. waah ada pelajaran besar dibalik kelembutan angin sepoi itu ya mbak :)

    BalasHapus
  8. wah.... dapet pelajaran baru nih... mampir ke blog aku ya mba di tulisan-citra.blogspot.com

    BalasHapus
  9. yups....dengan kelembutan hati yang keras seperti batu karang...pasti akan luluh juga....

    BalasHapus
  10. yups, kelembutan bisa mengalahkan kekerasan,
    tapi kasian ya, monyetnya jatuh, hohoho..

    BalasHapus
  11. emang keren kisah yg ditulis Bang Munir kemarin

    BalasHapus
  12. kisah yang menyentuh mbak.. merubah tidak harus dengan kekerasan

    BalasHapus
  13. tul, walaupun butuh kesabaran yg luar biasa tuh

    BalasHapus
  14. hal kecil vs hal besar

    pendek komenku ya

    BalasHapus
  15. sangatlah mungkin untuk keindahan akan menampakan wajahnya di dunia ini jika semua orang menyelubungi dirinya dengan kelembutan.

    BalasHapus
  16. Dalam.. dalam sekali, apa ini tidak diikutkan dalam lomba?

    BalasHapus
  17. di dalam kelembutan tersimpan sebuah misteri yg sulit dipecahkan..
    *ngomong opo iki aku??*
    hhe..

    trus monyetnya mati nggak mbak jatuh??

    BalasHapus
  18. hahahahahahah... keranya keenaken jadi tertidur yah...

    BalasHapus
  19. Yups Mbak, yang lembut itu enak, yang keras; ganas... :-)

    BalasHapus
  20. aduh mbak terimakasih banyak tulisan saya dipromosikan disini , aku tuh kekurangan dalam segi bahasa mbak gaya bertutur nya sederhana sekali nggak ada kata-kata hiasan, terimakasih ya mbak atas usulnya kemarin

    BalasHapus
  21. kisah yg menakjubkan mbak. iya, saya jg baca postingannya bang munir itu. sangat menyentuh.
    kadang sesuatu memang harus dihadapi dengan kelembutan...

    BalasHapus
  22. sangat inspiratif...!!!

    awas, bahaya kelembutan

    BalasHapus
  23. cerita dan pengalaman yang menarik... saya jadi terkesan membacanya...!

    BalasHapus
  24. Benar mbak kelembutan bisa mengalahkan kekerasan..sama dgn taktik panglima perang negeri china yang mengalahkan musuhnya dgn kelembutan dalam tanda kutip

    BalasHapus
  25. Cinta memang mempunyai daya magis yang luar biasa untuk mengubah dunia. Jika saja cinta dan kelembutan ini menjadi dasar setiap tindakan maka damailah dunia ini.

    BalasHapus
  26. Mba kita tukeran link yah trus aku follow..

    BalasHapus
  27. enak sekali itu mahluk tidur diatas pohon

    BalasHapus
  28. hmmm, jdpengen ngerasain angin sepoi-sepoi,pasti bikin ngantuk,hehehe...

    BalasHapus
  29. salam sobat
    benar mba Reni.
    hanya dengan kelembutan yang lebih efektif mengalahkan kekerasan hati,karena bila dilawan sama2 keras tambah runyam.

    BalasHapus
  30. kata mbahku gini, sekeras2nya tulang klo di presto jadi empuk juga ... eh salah, kelembutan membawa kedamaian dalam hidupppppppp...... enaknan klo ada yang lembut2 asal jangan lelembut wae :)

    BalasHapus
  31. balik lg, mba, hehe,,saya ngga punya kesibukan mbak, lg males posting aja,hehe...

    BalasHapus
  32. Ternyata angin sepoi yang semilir dan menyegarkan dapat 'mengalahkan' angin topan, tornado dan bahorok. Kata orang bijak mendapatkan kenikmatan, kesenangan dan kebahagiaan adalah cobaan. Mendapatkan penderitaan dan kesulitan adalah juga cobaan. Dikala mendapatkan kesenangan kita bersyukur dan diwaktu mendapatkan penderitaan kita bersabar. Semoga kisah diatas dapat kita ambil hikmahnya. Trims sharingnya.

    BalasHapus
  33. baru denger pertama kali nih cerita kayak gitu... bagus, bagus, bagus^^

    BalasHapus
  34. setuja banget zaman sekarang kekerasa udah gak zaman harus dengan kelembutan dan logica dan pemikiran yang matang

    BalasHapus
  35. daniledan like this (pake jempol)

    BalasHapus
  36. pelajaran buat menghadapi hari ini mbak
    thx :)

    BalasHapus
  37. yah sebab batu kalau diadu dengan batu pasti bakal ada yang hancur yah mbak. saya jadi inget dengan pepatah sederhana bagaimana melubangi sebongkah batu yang keras dengan tetesan air, pasti suatu saat berongga jua

    BalasHapus
  38. iseng banget tuh angin ya mbak hehehehe, btw emang disaat enak kita sering terlena n disaat duka kita berusaha bertahan dgn segala kemampuan, tq dah berbagi :)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)