Kesibukan Shasa semenjak masuk SMA mau tak mau membentuk pemahaman baru tentang gambaran sekolah masa kini. Pemahaman tentang gambaran sekolah masa kini tersebut tak hanya muncul dalam benakku, namun juga di benak suamiku dan juga kedua belah pihak orang tua kami (baca : kakek nenek Shasa).
Setiap hari, kami melihat Shasa yang super sibuk, bahkan kesibukannya mengalahkan kami yang bekerja. Shasa selalu memilih berangkat pagi ke sekolah. Kurang lebih jam 6.15 WIB sudah harus berangkat dia. Pulang sekolah sih harusnya jam 14.00 WIB, tapi itu tak terjadi tiap hari. Seringkali pulang sekolah Shasa langsung kerja kelompok atau ikut ekstra kurikuler di sekolah. Selain itu, Shasa punya jadwal les di lembaga bimbingan belajar (bimbel) pada malam hari. Pulang dari ikut bimbel, Shasa masih harus berkutat dengan beragam pekerjaan rumah yang harus dikerjakan mandiri (bukan berkelompok).
Untuk bimbel ini, Shasa membuat perbedaan saat SMA ini. Sejak SD sampai SMP, Shasa bukan termasuk anak yang suka ikut les di lembaga bimbel. Dia lebih suka belajar sendiri, karena menurutnya belajar di lembaga bimbel kurang efektif karena muridnya banyak, jadi berisik. Saat SD dan SMP, Shasa baru mau ikut bimbel saat mendekati ujian nasional. Namun begitu masuk SMA cerita berbeda. Baru sebulan mengikuti KBM di sekolah, Shasa memintaku untuk mendaftarkannya ikut les di lembaga bimbel.
Salah satu alasan Shasa ikut bimbel adalah agar dia mendapat 'penjelasan' materi sekolah yang memadai. Shasa yang baru mencicipi kurikulum 13 di bangku SMA ini ternyata kaget. Dulu waktu SMP dan kurikulum 13 diberlakukan di sekolahnya, Shasa yang saat itu kelas VIII tidak merasakannya, karena kurikulum 13 hanya diberlakukan bagi siswa baru di kelas VII. Sehingga siswa-siswa kelas VIII dan IX masih menggunakan KTSP.
Dengan berlakunya kurikulum 13, guru-guru di sekolah Shasa hanya memberikan sedikit materi sebagai pengantar. Selanjutnya, siswa-siswa yang diharapkan untuk lebih aktif menggali sendiri materinya. Itu sebabnya Shasa minta didaftarkan di lembaga bimbel. Shasa merasa tak cukup mampu dan tak cukup punya waktu untuk belajar sekaligus memahami materi tanpa ada penjelasan yang cukup dari orang lain. Itu sebabnya aku hati-hati memilih bimbel agar benar-benar memenuhi harapan Shasa.
Kesibukan Shasa yang juga membuat kami prihatin tersebut rupanya dikeluhkan ibuku pada seorang kenalannya. Kemarin Ibu bertemu dengan kenalannya yang kebetulan juga seorang guru SMA, namun bukan guru di SMA Shasa. Pada kenalannya itu Ibu menceritakan gambarannya tentang repotnya dan beratnya sekolah masa kini akibat melihat kesibukan Shasa setiap hari.
Menanggapi cerita itu, kenalan Ibu menyampaikan gambaran sekolah masa kini yang berbeda. Kenalan Ibu itu bercerita bahwa sekolah (SMA) tempat dia mengajar berbeda dengan SMA tempat Shasa bersekolah. Walaupun sama-sama menggunakan kurikulum 13, namun di sekolah kenalan Ibu itu semua guru masih diwajibkan memberikan materi yang mencukupi untuk semua siswanya.
Kenalan Ibu itu bahkan menambahkan kalau siswa-siswa di SMA Shasa memang pintar akibat dari ikutan bimbel, karena guru-gurunya hanya memberikan materi seperlunya saja. Berbeda di sekolah tempat kenalan Ibu itu mengajar, siswa-siswanya belum terlalu membutuhkan ikut bimbel karena penjelasan materi sudah mencukupi disampaikan guru-guru di sekolah. Kalau soal kesibukan kerja kelompok, ekstra kurikuler dan juga tugas harian (PR) siswa-siswa di sekolahnya sama sibuknya dengan siswa-siswa di sekolah Shasa.
Selanjutnya, kenalan Ibu itu menceritakan "nilai positif" dari makin sibuknya anak-anak dengan beragam tugas sekolah. Menurutnya setiap kali diadakan razia di berbagai kafe atau klab malam, murid-murid dari SMA tempatnya mengajar dan dari SMA Shasa tak ada yang terjaring razia. Kesibukan mereka karena urusan sekolah mau tak mau telah 'menghabiskan' waktu mereka untuk melakukan hal-hal tak berguna lainnya.
Cerita dari kenalannya itu membuat Ibu merubah gambaran sekolah masa kini yang harus 'dilengkapi' dengan bimbingan belajar jika ingin 'berhasil'. Bagaimanapun juga kebijakan dari para pengambil keputusan di dunia pendidikan, khususnya sekolah sangat berperan. Namun kalau gambaran sekolah masa kini yang memiliki fasilitas yang bagus dan nyaman untuk siswa-siswanya, pernah kubaca ada sekolah di bekasi yang seperti itu. Kalau SMA Shasa sih secara fasilitas belum sepenuhnya memenuhi gambaran sekolah masa kini yang modern, luas dan nyaman karena lahannya yang memang terbatas.
Bagaimanakah gambaran sekolah masa kini yang ada di benakmu, sobat?
Setiap hari, kami melihat Shasa yang super sibuk, bahkan kesibukannya mengalahkan kami yang bekerja. Shasa selalu memilih berangkat pagi ke sekolah. Kurang lebih jam 6.15 WIB sudah harus berangkat dia. Pulang sekolah sih harusnya jam 14.00 WIB, tapi itu tak terjadi tiap hari. Seringkali pulang sekolah Shasa langsung kerja kelompok atau ikut ekstra kurikuler di sekolah. Selain itu, Shasa punya jadwal les di lembaga bimbingan belajar (bimbel) pada malam hari. Pulang dari ikut bimbel, Shasa masih harus berkutat dengan beragam pekerjaan rumah yang harus dikerjakan mandiri (bukan berkelompok).
Untuk bimbel ini, Shasa membuat perbedaan saat SMA ini. Sejak SD sampai SMP, Shasa bukan termasuk anak yang suka ikut les di lembaga bimbel. Dia lebih suka belajar sendiri, karena menurutnya belajar di lembaga bimbel kurang efektif karena muridnya banyak, jadi berisik. Saat SD dan SMP, Shasa baru mau ikut bimbel saat mendekati ujian nasional. Namun begitu masuk SMA cerita berbeda. Baru sebulan mengikuti KBM di sekolah, Shasa memintaku untuk mendaftarkannya ikut les di lembaga bimbel.
Salah satu alasan Shasa ikut bimbel adalah agar dia mendapat 'penjelasan' materi sekolah yang memadai. Shasa yang baru mencicipi kurikulum 13 di bangku SMA ini ternyata kaget. Dulu waktu SMP dan kurikulum 13 diberlakukan di sekolahnya, Shasa yang saat itu kelas VIII tidak merasakannya, karena kurikulum 13 hanya diberlakukan bagi siswa baru di kelas VII. Sehingga siswa-siswa kelas VIII dan IX masih menggunakan KTSP.
Dengan berlakunya kurikulum 13, guru-guru di sekolah Shasa hanya memberikan sedikit materi sebagai pengantar. Selanjutnya, siswa-siswa yang diharapkan untuk lebih aktif menggali sendiri materinya. Itu sebabnya Shasa minta didaftarkan di lembaga bimbel. Shasa merasa tak cukup mampu dan tak cukup punya waktu untuk belajar sekaligus memahami materi tanpa ada penjelasan yang cukup dari orang lain. Itu sebabnya aku hati-hati memilih bimbel agar benar-benar memenuhi harapan Shasa.
Kesibukan Shasa yang juga membuat kami prihatin tersebut rupanya dikeluhkan ibuku pada seorang kenalannya. Kemarin Ibu bertemu dengan kenalannya yang kebetulan juga seorang guru SMA, namun bukan guru di SMA Shasa. Pada kenalannya itu Ibu menceritakan gambarannya tentang repotnya dan beratnya sekolah masa kini akibat melihat kesibukan Shasa setiap hari.
Menanggapi cerita itu, kenalan Ibu menyampaikan gambaran sekolah masa kini yang berbeda. Kenalan Ibu itu bercerita bahwa sekolah (SMA) tempat dia mengajar berbeda dengan SMA tempat Shasa bersekolah. Walaupun sama-sama menggunakan kurikulum 13, namun di sekolah kenalan Ibu itu semua guru masih diwajibkan memberikan materi yang mencukupi untuk semua siswanya.
Kenalan Ibu itu bahkan menambahkan kalau siswa-siswa di SMA Shasa memang pintar akibat dari ikutan bimbel, karena guru-gurunya hanya memberikan materi seperlunya saja. Berbeda di sekolah tempat kenalan Ibu itu mengajar, siswa-siswanya belum terlalu membutuhkan ikut bimbel karena penjelasan materi sudah mencukupi disampaikan guru-guru di sekolah. Kalau soal kesibukan kerja kelompok, ekstra kurikuler dan juga tugas harian (PR) siswa-siswa di sekolahnya sama sibuknya dengan siswa-siswa di sekolah Shasa.
Selanjutnya, kenalan Ibu itu menceritakan "nilai positif" dari makin sibuknya anak-anak dengan beragam tugas sekolah. Menurutnya setiap kali diadakan razia di berbagai kafe atau klab malam, murid-murid dari SMA tempatnya mengajar dan dari SMA Shasa tak ada yang terjaring razia. Kesibukan mereka karena urusan sekolah mau tak mau telah 'menghabiskan' waktu mereka untuk melakukan hal-hal tak berguna lainnya.
Cerita dari kenalannya itu membuat Ibu merubah gambaran sekolah masa kini yang harus 'dilengkapi' dengan bimbingan belajar jika ingin 'berhasil'. Bagaimanapun juga kebijakan dari para pengambil keputusan di dunia pendidikan, khususnya sekolah sangat berperan. Namun kalau gambaran sekolah masa kini yang memiliki fasilitas yang bagus dan nyaman untuk siswa-siswanya, pernah kubaca ada sekolah di bekasi yang seperti itu. Kalau SMA Shasa sih secara fasilitas belum sepenuhnya memenuhi gambaran sekolah masa kini yang modern, luas dan nyaman karena lahannya yang memang terbatas.
Bagaimanakah gambaran sekolah masa kini yang ada di benakmu, sobat?
sekolah dibekasi bagus2..
BalasHapussekarang sekolah memang banyak yang bagus (swasta) tapi ya gitu :( mahal huhuhu
Iyaaa bener, semakin bagus maka semakin mahal pula ya biayanya hahaha
Hapuskurikulum 13 rasanya seperti mempersiapkan siswa untuk "siap" jika menjadi mahasiswa mak Ren, aku rasa seperti itu. Ah, jamanku dulu pakai KTSP jadi santai kayak di pantai hehhee..
BalasHapusMungkin juga gitu kali ya Pi... tapi kasihan banget liat shasa yg ga pernah istirahat itu
Hapusyach itulah dilema kur 13 mbak :))
BalasHapusenakan jaman aku sekolah SD-SMP dulu...sebelum kurikulum 2004 diberlakukan :D
Jaman aku sekolah dulu juga ga seberat sekarang... santai banget malah
HapusJaman aku sekolah dulu juga ga seberat sekarang... santai banget malah
Hapuskurikulum 2013 membuat anak-anak aktif dan kreatif tapi ada juga orang tua yang gak suka karena kerseringan bikin ini itu mbak :)
BalasHapusShasha pinter pasti bisa mengikuti ya mbak
Iyaaa banyaknya tugas itu yg membuat shasa ga pernah beristirahat
HapusIyaaa banyaknya tugas itu yg membuat shasa ga pernah beristirahat
Hapussekolah di Surabaya gratis utk yg negeri..tp untuk yg swasta harus merogeh kocek dalem2 :) hehehe
BalasHapusDi madiun sekolah negeri juga gratis kok hehehe
HapusDi madiun sekolah negeri juga gratis kok hehehe
Hapusmemang masa sekolah sibuk banget mbak ren, waktu saya masih sekolah dan kuliah juga gitu...
BalasHapustapi ternyata makin lama makin sibuk yaa anak anak... adek sepupu masih krucil SD juga udah sibuk banget perasaan..
cuma tetep aja masih sibukan saya emang *eh curhat
Sekolahnya anak sekarang ngalahin pekerja aja. Pergi pagi pulang sore. Tas sekolahnya aja berat banget kayak orang pindahan aja. Mulai dari buku2 sampai bekal makan siang.
BalasHapuspengen dapet pendidikan bagus aja biayanya mahal benget untuk sekarang ini..
BalasHapusartikel bermanfaat
BalasHapusLebih banyak manfaatnya ya, Mbak. Tapi ya..itu. Anak emang pasto capek banget. Aku ngelihat sepupuku yang kini SMA juga gitu. Sampai rumah sore2 terus krn ikut bimbel di luar.
BalasHapusSekolah sekarang jadwalnya padat ya mba, positifnya anak2 waktuya dimaksimalkan untuk hal2 positf, karena ada anak (ngga smeua) yang kalo kurang kerjaan bisa ke negatif larinya. Tapi jadi kurang waktu untuk kegiatan lainnya misal sosialisasi di sekitar rumah, itu sih yang kulihat kalo di kompleksku, mau memberdayakan pemuda untuk aktif bikin kegiatan kompleks atau jadi relawan pengajar di masjid, orang tuanya bilang ngga sempet karena pulangnya sampe sore.
BalasHapusIya sekolah di Bekasi fasilitasnya lengkap banget, keren ya. Sekolah anakku masih belum seperti itu :D
BalasHapus