Aku merasa sangatlah penting untuk menjadikan media sosial sebagai media yang nyaman. Bukan saja nyaman untuk diri kita sendiri, namun juga bagi orang lain. Disadari atau tidak, media sosial sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dewasa ini. Tak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa sehari tanpa media sosial maka hidup terasa sepi.
Pernyataan seperti di atas tak bisa dianggap lebay atau berlebihan juga sebenarnya. Media sosial atau yang biasa disingkat menjadi medsos merupakan sarana atau alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi atau berkomunikasi secara online melalui internet. Itu sebabnya jika manusia yang merupakan makhluk sosial kehilangan kesempatan untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain, maka akan terasa ada yang kurang dalam hidupnya.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Manusia butuh untuk selalu berhubungan dengan orang lain. Dan kecanggihan teknologi telah membantu dan memudahkan manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Dewasa ini banyak jenis media sosial yang dapat digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Berkat media sosial, manusia bisa saling terhubung kapan saja dan dimana saja seakan tak ada batas ruang dan waktu. Itulah sebabnya dari hari ke hari manusia makin lekat dengan berbagai jenis media sosial yang ada seperti berbagai jenis forum, facebook, twitter, instagram, tumblr dan sejenisnya. Media sosial bukan saja telah menjadi sarana interaksi yang disukai, namun juga sebagai sarana untuk menegaskan eksistensi seseorang.
gambar dari wikipedia
Namun sayangnya akhir-akhir ini media sosial bukan lagi tempat yang nyaman untuk dikunjungi. Bahkan yang aku tahu beberapa orang teman memilih untuk menjauh sejenak dari hiruk pikuk yang terjadi di media sosial. Mereka mundur karena mereka menganggap tak ada lagi cara yang bisa digunakan untuk menjadikan media sosial sebagai media yang nyaman. Maklum saja, media sosial belakangan ini memang tak lagi memberikan kenyamanan karena banyaknya caci maki, kemarahan dan kebencian bahkan fitnah di sana.
Aku melihat bahwa sepertinya banyak orang merasa punya hak untuk menilai kehidupan orang lain. Banyak orang merasa punya hak dan tak segan untuk menghina, menghujat dan menjelekkan orang lain. Seandainya yang mereka sampaikan tentang orang lain itu benar, tetap saja tindakan mereka kurang benar karena mereka tak menghormati hak orang lain. Apalagi jika yang mereka sampaikan tentang orang lain itu salah…, wah lebih berbahaya lagi.
Sekarang ini, baik fans/followers ataupun haters sama-sama telah membabi buta dalam memanfaatkan media sosial seenak mereka sendiri. Fans/followers akan memuji dan menyanjung idolanya setinggi langit, seolah sang idola adalah sosok sempurna tanpa cacat cela. Dan jika sang idola dikritik ataupun dihujat, fans/followers tak segan membela idolanya membabi buta dan menuduh si penghujat adalah haters yang harus dilawan.
Sementara haters memandang orang yang tak disukainya sebagai sosok yang penuh cacat dan cela, tanpa ada kebaikan sedikitpun. Apapun perilaku, gerak gerik dan ucapan orang yang dibenci itu tetap akan terlihat salah dan menyebalkan. Jika ada fans yang memuji-muji orang yang dibencinya itu, sang haters langsung panas hati dan melontarkan berbagai kritik, cemooh, hujatan kepada idola sang fans. Bahkan mereka tak segan mengatakan para fans tersebut sebagai orang yang bodoh, budak sang idola dan sebagainya. Intinya, antara follower dan hater sama-sama suka memberikan komentar negatif pada orang lain.
Seperti itulah media sosial yang ada saat ini. Saling serang antara fans dan haters itu bukan saja terjadi di kehidupan artis dan tokoh-tokoh politik, namun juga terjadi di seputaran pertemanan kita. Semua itu benar-benar telah membuat media sosial berubah menjadi tempat yang panas karena banyaknya sindiran, caci maki, hujatan. Kata-kata kasar yang penuh provokasi (dan mungkin juga kebohongan) tentu saja membuat gerah bagi orang-orang yang membacanya.
Mereka lupa bahwa media sosial adalah milik bersama, yang akan dibaca oleh banyak orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita. Kata-kata yang kurang pantas, penuh hasutan ataupun kebencian akan terbaca dan terekam oleh orang lain. Bagi yang mengetahui kebenarannya, tentu saja akan kesal dan marah. Sementara bagi orang yang tak tahu kebenarannya, mungkin lama kelamaan akan terhasut dan percaya begitu saja atas informasi yang tidak benar seperti itu.
Sampai kapan semua ini akan berlangsung? Atau jangan-jangan justru akan semakin menjadi-jadi karena mereka merasa aman melontarkan berbagai macam makian, hujatan dan fitnah tersebut dengan bersembunyi di balik identitas palsu atau anonim? Mungkin mereka berpikir keberadaan dan identitas mereka aman tersembunyi di dunia maya.
Jangan salah ya, sudah ada lo artis yang berhasil 'menemukan' dan 'menangkap' hatersnya yang sudah keterlaluan dan membawanya ke kantor polisi. Walau sudah bersembunyi, bukan berarti dunia maya tak bisa dilacak. Ingat juga kasus akun bayaran yang aktif menyebarkan berita bohong dan memprovokasi di twitter yang berhasil diseret ke meja hijau, walau sudah bersembunyi di balik identitas anonim.
Kalau dipikirkan dengan jernih, sebenarnya apa yang akan mereka dapatkan dengan mengumbar kemarahan, kebencian dan kebohongan melalui media sosial? Yang ada justru hati mereka tak akan tenang karena terisi penuh dengan kebencian. Orang-orang yang mereka bela mati-matian belum tentu mengenal mereka dan mengucapkan terimaka kasih. Sementara mereka malah menanggung dosa dan kesalahan dari orang-orang yang mereka caci maki, mereka hujat dan mereka fitnah.
Media sosial adalah gambaran dari interaksi dan komunikasi manusia di dunia maya. Jika media sosial justru penuh dengan hal-hal yang berbau negatif, maka seperti itulah gambaran hubungan manusia dewasa ini. Apakah hubungan seperti ini menjadi etika baru kita dalam berinteraksi dengan orang lain? Apakah hubungan seperti ini yang akan diwarisi oleh generasi penerus bangsa kita? Dimana ‘wajah’ bangsa kita yang dulu dikenal santun, ramah dan penuh toleransi?
Marilah kita bersama berbenah diri. Akan jauh lebih menyenangkan jika media sosial dapat makin memperat silaturahmi dan makin memperluas jejaring sosial kita. Akan jauh lebih menyejukkan jika media sosial menjadi sarana kebersamaan yang memberi manfaat. Akan lebih bermanfaat jika media sosial menjadi tempat yang mampu merengkuh semua pihak. Bagaimanapun juga… kita semua adalah satu, Bangsa Indonesia.
Jadi tunggu apa lagi? Marilah kita mulai dengan menjadikan media sosial sebagai media yang nyaman dan bermanfaat untuk bersilaturahmi dan berkomunikasi.
Pernyataan seperti di atas tak bisa dianggap lebay atau berlebihan juga sebenarnya. Media sosial atau yang biasa disingkat menjadi medsos merupakan sarana atau alat yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk berinteraksi atau berkomunikasi secara online melalui internet. Itu sebabnya jika manusia yang merupakan makhluk sosial kehilangan kesempatan untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain, maka akan terasa ada yang kurang dalam hidupnya.
Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain. Manusia butuh untuk selalu berhubungan dengan orang lain. Dan kecanggihan teknologi telah membantu dan memudahkan manusia dalam berhubungan dengan orang lain. Dewasa ini banyak jenis media sosial yang dapat digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Berkat media sosial, manusia bisa saling terhubung kapan saja dan dimana saja seakan tak ada batas ruang dan waktu. Itulah sebabnya dari hari ke hari manusia makin lekat dengan berbagai jenis media sosial yang ada seperti berbagai jenis forum, facebook, twitter, instagram, tumblr dan sejenisnya. Media sosial bukan saja telah menjadi sarana interaksi yang disukai, namun juga sebagai sarana untuk menegaskan eksistensi seseorang.
gambar dari wikipedia
Namun sayangnya akhir-akhir ini media sosial bukan lagi tempat yang nyaman untuk dikunjungi. Bahkan yang aku tahu beberapa orang teman memilih untuk menjauh sejenak dari hiruk pikuk yang terjadi di media sosial. Mereka mundur karena mereka menganggap tak ada lagi cara yang bisa digunakan untuk menjadikan media sosial sebagai media yang nyaman. Maklum saja, media sosial belakangan ini memang tak lagi memberikan kenyamanan karena banyaknya caci maki, kemarahan dan kebencian bahkan fitnah di sana.
Aku melihat bahwa sepertinya banyak orang merasa punya hak untuk menilai kehidupan orang lain. Banyak orang merasa punya hak dan tak segan untuk menghina, menghujat dan menjelekkan orang lain. Seandainya yang mereka sampaikan tentang orang lain itu benar, tetap saja tindakan mereka kurang benar karena mereka tak menghormati hak orang lain. Apalagi jika yang mereka sampaikan tentang orang lain itu salah…, wah lebih berbahaya lagi.
Sekarang ini, baik fans/followers ataupun haters sama-sama telah membabi buta dalam memanfaatkan media sosial seenak mereka sendiri. Fans/followers akan memuji dan menyanjung idolanya setinggi langit, seolah sang idola adalah sosok sempurna tanpa cacat cela. Dan jika sang idola dikritik ataupun dihujat, fans/followers tak segan membela idolanya membabi buta dan menuduh si penghujat adalah haters yang harus dilawan.
Sementara haters memandang orang yang tak disukainya sebagai sosok yang penuh cacat dan cela, tanpa ada kebaikan sedikitpun. Apapun perilaku, gerak gerik dan ucapan orang yang dibenci itu tetap akan terlihat salah dan menyebalkan. Jika ada fans yang memuji-muji orang yang dibencinya itu, sang haters langsung panas hati dan melontarkan berbagai kritik, cemooh, hujatan kepada idola sang fans. Bahkan mereka tak segan mengatakan para fans tersebut sebagai orang yang bodoh, budak sang idola dan sebagainya. Intinya, antara follower dan hater sama-sama suka memberikan komentar negatif pada orang lain.
Seperti itulah media sosial yang ada saat ini. Saling serang antara fans dan haters itu bukan saja terjadi di kehidupan artis dan tokoh-tokoh politik, namun juga terjadi di seputaran pertemanan kita. Semua itu benar-benar telah membuat media sosial berubah menjadi tempat yang panas karena banyaknya sindiran, caci maki, hujatan. Kata-kata kasar yang penuh provokasi (dan mungkin juga kebohongan) tentu saja membuat gerah bagi orang-orang yang membacanya.
Mereka lupa bahwa media sosial adalah milik bersama, yang akan dibaca oleh banyak orang, bahkan oleh orang-orang terdekat kita. Kata-kata yang kurang pantas, penuh hasutan ataupun kebencian akan terbaca dan terekam oleh orang lain. Bagi yang mengetahui kebenarannya, tentu saja akan kesal dan marah. Sementara bagi orang yang tak tahu kebenarannya, mungkin lama kelamaan akan terhasut dan percaya begitu saja atas informasi yang tidak benar seperti itu.
Sampai kapan semua ini akan berlangsung? Atau jangan-jangan justru akan semakin menjadi-jadi karena mereka merasa aman melontarkan berbagai macam makian, hujatan dan fitnah tersebut dengan bersembunyi di balik identitas palsu atau anonim? Mungkin mereka berpikir keberadaan dan identitas mereka aman tersembunyi di dunia maya.
Jangan salah ya, sudah ada lo artis yang berhasil 'menemukan' dan 'menangkap' hatersnya yang sudah keterlaluan dan membawanya ke kantor polisi. Walau sudah bersembunyi, bukan berarti dunia maya tak bisa dilacak. Ingat juga kasus akun bayaran yang aktif menyebarkan berita bohong dan memprovokasi di twitter yang berhasil diseret ke meja hijau, walau sudah bersembunyi di balik identitas anonim.
Kalau dipikirkan dengan jernih, sebenarnya apa yang akan mereka dapatkan dengan mengumbar kemarahan, kebencian dan kebohongan melalui media sosial? Yang ada justru hati mereka tak akan tenang karena terisi penuh dengan kebencian. Orang-orang yang mereka bela mati-matian belum tentu mengenal mereka dan mengucapkan terimaka kasih. Sementara mereka malah menanggung dosa dan kesalahan dari orang-orang yang mereka caci maki, mereka hujat dan mereka fitnah.
Media sosial adalah gambaran dari interaksi dan komunikasi manusia di dunia maya. Jika media sosial justru penuh dengan hal-hal yang berbau negatif, maka seperti itulah gambaran hubungan manusia dewasa ini. Apakah hubungan seperti ini menjadi etika baru kita dalam berinteraksi dengan orang lain? Apakah hubungan seperti ini yang akan diwarisi oleh generasi penerus bangsa kita? Dimana ‘wajah’ bangsa kita yang dulu dikenal santun, ramah dan penuh toleransi?
Marilah kita bersama berbenah diri. Akan jauh lebih menyenangkan jika media sosial dapat makin memperat silaturahmi dan makin memperluas jejaring sosial kita. Akan jauh lebih menyejukkan jika media sosial menjadi sarana kebersamaan yang memberi manfaat. Akan lebih bermanfaat jika media sosial menjadi tempat yang mampu merengkuh semua pihak. Bagaimanapun juga… kita semua adalah satu, Bangsa Indonesia.
Jadi tunggu apa lagi? Marilah kita mulai dengan menjadikan media sosial sebagai media yang nyaman dan bermanfaat untuk bersilaturahmi dan berkomunikasi.
betul banget mbak seaiknya medsos gak saling ribut ya
BalasHapusNamanya media ya mbak..sebenernya kalo digunakan untuk kebaikan ya hasilnya baik tapi klo dipake untuk mencaci maki ya hasilnya bikin si empunya jelek juga
BalasHapusJadi sebel liat TL ya, Mbak. :D
BalasHapusMending ngerumpi, ngesosial di grup wasap. Whahaha
iya, sekarang media sosial kurang nyaman. Padahal seharusnya menjadi tempat untuk kita bersosialisasi dengan baik
BalasHapusiya mbakkkkk bener bikin yang enak2 dan positf aja ya medsos ntuh
BalasHapusBeginilah kondisinya ya bu.. apalagi krna medsos itu umumnya dipakai oleh remaja jd masih labil dan ikut-ikutan
BalasHapussaya setuju sekali, jangan ribut atau berselisih di medsos, lebih baik kita damai, sharing ilmu, pengalaman dll itu lebih bermanfaat.
BalasHapusdi dunia maya banyak orang berlagak seperti singa, mengaum. tapi di dunia nyata seperti anak kucing, yang mengeong saja nyangkut di tenggorokan.
BalasHapusdi dunia maya banyak orang berlagak seperti singa, mengaum. tapi di dunia nyata seperti anak kucing, yang mengeong saja nyangkut di tenggorokan
BalasHapus