Senin, 04 September 2017

Mahar yang penuh makna

Kalau menurut Wikipedia mahar atau yang biasa disebut mas kawin adalah harta yang diberikan oleh pihak pengantin laki-laki (atau keluarganya) kepada pengantin perempuan (atau keluarga dari mempelai perempuan) pada saat pernikahan. Di beberapa daerah ada juga mahar yang diberikan oleh pihak pengantin perempuan.

Pada umumnya, mahar yang biasa diberikan berupa uang, perhiasan atau seperangkat alat sholat. Namun kulihat banyak orang lebih senang memberi mahar berupa perhiasan dengan berat tertentu yang disesuaikan dengan tanggal pernikahan.

Selain itu, yang menjadi favorit adalah mahar berupa uang dengan jumlah tertentu yang biasanya disesuaikan dengan tanggal pernikahan. Menjadi sensasi yang mengasyikkan mengumpulkan uang pecahan tertentu agar jumlahnya atau angkanya bisa sesuai dengan tanggal pernikahan. Apalagi jika kemudian uang-uang tersebut diatur dengan sangat indah dan menarik.




Nah, berbeda dengan mahar pada umumnya, Bapakku dulu waktu menikah dengan Ibuku pada tahun 1970 dulu memberi mahar yang unik dan berbeda. Mahar itu berupa Buku Sarinah karangan Ir. Soekarno, mantan Presiden pertama Republik Indonesia. Sarinah adalah pengasuh Soekarno sejak kecil dan Sarinah adalah orang yang banyak memberikan nasehat dan banyak berperan dalam pembentukan pola pikir dan kepribadian Soekarno. Seperti ini penampakan buku Sarinah tersebut.


Ternyata Bapak punya maksud tertentu memberikan buku Sarinah tersebut sebagai mahar pernikahan kepada Ibuku. Bapak mengatakan bahwa Bapak ingin Ibu bisa menjadi sosok seperti Sarinah, yaitu wanita yang penuh pengabdian, setia dan tidak neko-neko. Sebagai pengasuh Soekarno, memang sosok Sarinah adalah pengasuh yang penuh pengabdian pada majikannya. Walau Sarinah tidak pernah meninggal, mungkin Bapak melihat sosok Sarinah yang setia dengan pekerjaan dan juga majikannya. Selain itu Sarinah memang tidak pernah neko-neko dan banyak tingkah seperti perempuan jaman sekarang ini.

Seperti itulah sosok istri yang didambakan oleh Bapak, sehingga bapak memberikan mahar buku tersebut agar Ibu belajar dari Sarinah dan dapat meniru Sarinah. Kalau menurut Bapak, Ibu berhasil menjadi Sarinah dalam hidup Bapak. Meski Ibu juga wanita yang bekerja, namun Ibu penuh pengabdian kepada Bapak. Ibu juga setia dan tidak neko-neko. Sampai-sampai Bapak terlihat sangat tergantung pada Ibu dan sangat takut kehilangan Ibu.

Itu cerita tentang sebuah mahar yang aku punya. Dan beberapa waktu lalu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2017, Mbak Ade Anita baru saja menikahkan putra sulungnya, Ibam. Tentunya mbak Ade juga yang sibuk menyiapkan mahar dan juga seserahan yang dibutuhkan dalam pernikahan putranya tersebut. Bahkan mbak Ade menghias sendiri seserahan yang akan diberikan kepada pengantin perempuan.

Aku jadi penasaran.., apakah kira-kira ada makna di balik mahar yang diberikan Ibam kepada Danti ya?

2 komentar:

  1. Kalau mahar dulu nggak neko-neko sih mbak, seperangkat alat sholat. Yang neko-neko dulu sempat minta buku buat seserahan hehehe

    BalasHapus
  2. wah mahar raissa itu lho mba buat mupeng he he he

    Mba Reni apa kabarnya nih

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)