Minggu, 06 Maret 2011

Keterbukaan anak

Sejak Shasa kecil aku berusaha untuk menumbuhkan kepercayaannya kepadaku. Tujuanku adalah agar Shasa mau senantiasa terbuka kepadaku. Aku ingin dia tak ragu-ragu untuk menceritakan semua masalah yang dialaminya. Bagiku, cerita Shasa sangat penting bagiku untuk memantau perkembangannya.

Memang awal-awalnya sulit bagi Shasa untuk mengerti mengapa aku selalu saja menagihnya menceritakan pengalamannya dalam hari itu. Namun aku berusaha terus mendorongnya untuk selalu terbuka padaku. Tentu saja selain itu aku juga berupaya menumbuhkan kepercayaan Shasa kepadaku.

Setiap kali dia mendapatkan masalah dan menceritakannya padaku, aku akan berusaha membantunya. Jika aku berhasil memberikan solusi, pada saat itulah kepercayaan Shasa kepadaku makin bertambah. Pada saat-saat seperti itu, selalu saja aku katakan pada Shasa bahwa untung saja dia cerita, jadi aku bisa membantunya. Kalau dia tak cerita, mungkin saja masalahnya akan berlarut-larut dan tak ada solusi.

Semua itu akhirnya membuat Shasa secara sukarela berbagi cerita padaku, tanpa perlu aku tagih lagi (seperti dia kecil dulu). Kepercayaan Shasa padaku sudah makin mantap. Dia sudah bisa merasakan bahwa aku memposisikan diri sebagai temannya yang siap membantunya jika dia mendapat kesulitan dan siap menghiburnya saat dia sedih.

Saat yang paling tepat (bagi Shasa) berbagi cerita padaku adalah menjelang tidur. Dia selalu berkata, "Ma, aku punya cerita lho. Nanti malam sebelum tidur aku cerita deh. Mau kan?" Aku tentu saja menyambut dengan suka cita ajakannya untuk mendengarkan ceritanya itu. Seremeh apapun ceritanya, sangat penting artinya bagiku.

Terkait masalah di sekolahnya dan perang terbuka teman-temannya di FB (seperti yang aku ceritakan di sini) seperti inilah percakapan antara kami.

+ Apa yang ditulis teman-temanmu ini tak baik lho. Masak memaki-maki lewat FB seperti ini? Mama yakin banget, pasti orang tua teman-temanmu ini gak tau kalau anak-anaknya nulis seperti ini di FB.
x Kok gitu Ma?
+ Iyalah, kalau orang tuanya tahu... pastilah anak-anak itu sudah dinasehati bagaimana menghadapi masalah di sekolahmu itu. Bagaimana harusnya bersikap. Tidak akan ngomel-ngomel di FB seperti ini.
x Untung saja aku selalu cerita sama Mama ya? (sambil memeluk dan menciumku)
+ Ya, untung aja Shasa cerita. Kalau Shasa gak cerita kan Mama gak tau masalah di sekolah Shasa. Nah, setelah Mama tau kan Mama bisa langsung mengambil tindakan dan melaporkannya kepada Dinas P&K. Nyatanya, laporan Mama langsung ditanggapi dan Kepala Sekolah serta guru-gurumu dipanggil.
x Iya ya Ma, kalau aku gak cerita kan Dinas P&K gak bakalan manggil guru-guruku dan Kepala Sekolah ya?
+ Betul.... Makanya itu, jangan lupa untuk cerita apa saja pada Mama. Mama pasti akan berusaha membantu. Bagaimanapun kan Mama punya pengalaman lebih banyak daripada Shasa. Oya Sha, temanmu buka FB dari mana sih?
x Dari warnet Ma.. Biasanya saat pulang sekolah mereka mampir ke warnet dulu.
+ Lho, jadi teman-temanmu itu gak buka internet dari rumah to? Jadi orang tuanya gak tau dong kalau mereka punya FB?
x Ya mestinya gak tahu lah....
+ Shasa gak boleh lho ya buka internet di warnet. Kalau mau buka internet dari rumah saja, jadi ibu bisa ngawasin. Soalnya banyak hal yang gak baik juga di internet. Anak-anak yang belum tahu pasti akan mudah terbawa hal yang gak baik itu. OK?
x Oke Mam... (berpelukan)

Keterbukaan anak bagiku sangat penting..., apalagi dalam dunia yang kian 'terbuka' seperti sekarang ini. Kita akan sulit mengontrol perkembangan anak-anak dengan makin terbukanya dunia maya bagi anak-anak. Semoga saja aku masih mendapatkan kepercayaan Shasa untuk mendengarkan segala hal yang dialami dan dirasakannya. Amin.

27 komentar:

  1. senangnya ibu dan anak bisa berdialog seperti ini , anakku semoga bisa mencontoh shasa dan mbak

    BalasHapus
  2. Biasanya anak cewek lebih terbuka sama ibunya, tapi Rizky anakku juga selalu cerita sama mamanya biasanya diperjalanan pulang aku jemput dia dari TK mengaji atau penitipan, dia bilang temannya ada yang ngamuk di sekolah, ada yang ngga ngerjain PR, trus tentang nilai matematikanya yg dapat 100, biasanya yang baik-baik saja ttg dia, he..he...tapi aku ngga kalah akal aku suka cek sama gurunya, gurunya pasti melaporkan kalau ada masalah, baiasanya sambil santai aku nasehatin, biasa Rizky itu kan anaknya suka ngambeg, tapi berkat komunikasi tiga arah, orang tua, guru, dan anak masalah cepat teratasi.

    BalasHapus
  3. semoga nanti istri ku seperti mbak reni yng bisa mendidik anak dengan baik

    BalasHapus
  4. Setuju mbak, itu juga yg diterapkan oleh orangtuaku dulu. Hingga sekarang, gak sulit untuk cerita apa saja ke mamaku. Toh, dengan menceritakan semua hal dalam sehari, kita akan bisa tidur dengan hati plong kan?

    BalasHapus
  5. Tampilan baru ya mba? Sukaaaa, lebih kalem dan adeeemm :) maaf baru bisa berkunjung lagi.

    Nanti kalau punya anak aku juga mau sedekat itu sama anak2ku. Seperti aku dan mama, seperti mba reni dan shasha. Jadi seperti sahabat abadi.

    BalasHapus
  6. senengnya punya bunda seperti mba Reni :)

    BalasHapus
  7. iya mba, jadi orang tua sekaligus sebagai teman tentu menyenangkan dan anak akan dekat dengan kita.

    BalasHapus
  8. Indahnya jika keterbukaan itu bisa selalu dijadikan pegangan untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama, apalagi antara orangtua dan anak. Anak menjadi tidak sungkan karena orangtua begitu memahami masalah yang menimpa mereka tanpa merasa digurui

    BalasHapus
  9. Ya ... seharusnya emang begitu ya , mbak...
    smg kita slalu jadi panutan bagi anak2 kita.

    BalasHapus
  10. iya tan.... aku ama bundaku jg gitu lho.... meski aku anak cowok...
    tp kita suka curhat2an kok.....

    BalasHapus
  11. dengan keterbukaan akan saling memahami ya...... saluttttt bisa ditiru nich....

    salam persahabatan selalu dr MENONE

    BalasHapus
  12. Anakku meski seorang laki2......tp kami akrab banget deh...ia suka curhat dan terbuka dgku drpd dg ayahnya....sampai hr ini, tiap mau tidur mlm atau wkt mkn mlm kita suka bahas kegiatan dlm hari itu....

    BalasHapus
  13. wah makasih mbak, moga ilmu nya bisa saya terapkan kalo ntar saya punya anak... he

    BalasHapus
  14. untungnya sashanya terbuka yah bu... gimana kalo enggak?? Bisa kayak temen-temennya dan masalahnya semakin pelik... saltu juga sama ibu mencoba menjadi teman bagi sasha... ^^

    BalasHapus
  15. gimana ya caranya punya pemikiran kayak anak-anak lagi yang polos dan terbuka..:)

    BalasHapus
  16. Saya orang yang kurang sabar mba.. gimana caranya biar bisa sabar seperti mba reni yah, meski saya belum berkeluarga, ada adik saya yang masih smp, khawatir ada masalah yang tidak saya ketahui disekolahnya..

    BalasHapus
  17. saluutt bangett buat Mbak Reni dan Shasa, jarang loh kedekatan yang seperti ini, Mbak bisa jadi sahabat, teman sekaligus ortu tuk Shasa... senangnyaa :)

    BalasHapus
  18. susah tuh bu bisa memposisikan diri sebagai teman anak. kadang kitanya bisa, anaknya susah untuk terbuka. sebaliknya ada yang anaknya bisa, malah ortunya yang risih. semoga lebih banyak lagi orang tua yang bisa seperti bu reni neh...

    BalasHapus
  19. waaaaah sama mbak, mama tempat curhat yang paling the best deh, dan penyimpan rahasia terbaik :).... mudah mudahan klo yanti jadi ibu nanti bisa kayak gitu juga ya... ^__^ hee salam untuk shasa....

    BalasHapus
  20. setuju harus ada komunikasi. apalagi shasa anak perempuan dan sudah semakin besar.

    BalasHapus
  21. betul sekali mbak, dengan memahami kehidupan mereka kita bisa lebih optimal lagi dalam mendidik dan mengarahkan anak-anak

    BalasHapus
  22. Khawatir memang bila anak2 buka internet di Warnet. tp sebagai guru TIK sy tentu tdk akan melrang murid untuk buka internet dan menghimbau agar cari informasi yg penting2 dan jgn membuka yg tidak baik. Memang baiknya sih buka internet di rumah agar ortunya dpt mengontrol, namun tdk semua murid memilikinya.

    BalasHapus
  23. waah aku salut ma mba'...

    saya sendiri hubungan dengan orang tua tidak terlalu terbuka seperti itu--mungkin karena saudara saya banyak (curhat neh). *tentu saja saya tetap mencintai mereka..hehehe.. tapi kadang saya kagum juga sih sama teman saya yang bisa dekat dengan ibu atau ayahnya, yang bisa berbagi cerita dengan terbuka.

    kalau saya mah, serasa hidup di negara yang berlainan, bicara dalam bahasa berbeda.. (beuh, ko jadi curhat lagi).

    pokoknya saya salut...
    Salam kenall
    :')

    BalasHapus
  24. jadi pelajaran yang berharga untuk calon-calon orang tua dan lebih berharga lagi untuk yang sudah menjadi orang tua. Pembelajaran yang menarik mba Reni ...

    BalasHapus
  25. Wah nyimak tulisan obrolan di atas, bisa terbayang kalo bahagia banget ya.. hehe..

    BalasHapus
  26. Saya barusan baca yg cerita Shasa. Kedekatan yang indah Mbak, saya suka;

    BalasHapus
  27. terharu Mbak...

    aku jadikan pelajaran nih
    siap siap menghadapi DIja kelak

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)