Senin, 16 Desember 2013

#19 Review : Pintu Harmonika


Judul : Pintu Harmonika
Pengarang : Clara Ng dan Icha Rahmanti
Cetakan : Pertama (Januari 2013)
Penerbit : PlotPoint Publishing
Tebal : 285 halaman
ISBN : 978-602-9481-10-5
Harga : Rp. 54.000

Ternyata tinggal di ruko itu asyik juga. Itulah yang dirasakan oleh Rizal, Juni dan David. Mereka memiliki kebiasaan yang sama : mengunjungi 'surga' (sebutan untuk sebidang tanah di belakang ruko mereka). Bagi mereka, 'surga' adalah segala-galanya, tempat terindah di dunia. Namun, sejatinya 'surga' itu hanyalah sebidang tanah tak terawat dengan reruntuhan tembok yang dindingnya sudah kusam, cat mengelupas di sana-sini bahkan sudah berjamur. Coretan grafiti ditambah dengan rumput yang tumbuh tinggi dan semak-semak liar membuat tempat yang disebut 'surga' itu tampak menyeramkan, namun tidak bagi Rizal dan teman-temannya itu.

'Surga' adalah tempat pelarian mereka, juga tempat mereka saat ingin menyepi, atau bahkan saat ingin bersenang-senang. Rizal bisa dipastikan sibuk dengan blog dan twitternya. Sementara Juni dan David memilih untuk membaca komik Conan. Meski mereka asyik sendiri-sendiri, namun mereka merasa dekat satu sama lain. Mereka tak hanya dekat seperti sahabat, mereka bahkan sudah seperti saudara. Rizal sebagai kakak tertua, sementara David sebagai si bungsu. Juni yang kebetulan adalah cewek satu-satunya berada di posisi tengah. Mereka saling sayang dan berbagi suka duka bersama. Jika salah satu mendapat masalah, maka yang lain tak segan untuk datang membantu.

Itulah sebabnya, mereka menjadi terusik saat 'surga' yang mereka cintai hendak dijual. Berbagai upaya mereka lakukan untuk menggagalkan usaha penjualan 'surga' mereka. Sebuah usaha yang tidak mudah, apalagi tidak didukung oleh orang-orang di sekitar mereka.

Bagaimanakah akhir dari usaha mereka? Akankah 'surga' mereka dapat terselamatkan?

*****

Pintu Harmonika adalah sebuah novel yang enak dibaca, dengan gaya bahasa yang ringan. Ide yang sederhana tapi dikemas dengan sangat menarik. Kisah yang diangkat tak jauh dari permasalahan hidup sehari-hari, membuatku tak perlu mengerutkan kening saat membacanya. Saat membacanya muncul beragam rasa di hati, antara rasa haru, hangat, sedih, geli dan juga penasaran.

Mungkin bisa dikatakan aku sedikit terlambat membaca buku ini, apalagi filmnya pun sudah beredar. Namun, karena aku belum menonton filmnya, jadi aku sangat menikmati membaca novelnya. Aku tak tahu, apakah filmnya dibuat sama persis seperti novelnya. Untuk menyelesaikan novel ini, aku tak butuh waktu lama, karena begitu aku mulai membacanya aku langsung tergoda menyelesaikannya sesegera mungkin. Aku penasaran dengan endingnya!

Pintu harmonika yang dipakai sebagai judul novel ini dengan tepat menggambarkan setting novel ini. Sebagaimana umumnya, pintu harmonika adalah jenis pintu yang biasa terdapat pada sebuah ruko. Ya, di tempat yang terdapat pintu harmonika itulah kisah dalam novel ini bermula. Dan, aku suka sekali dengan ide pemberian judul Pintu Harmonika ini!

Novel ini terbagi dalam 3 bab yang terbagi untuk masing-masing tokohnya, namun porsi Rizal lebih banyak dibandingkan kedua tokoh lainnya. Masing-masing bab diceritakan dengan mengambil sudut pandang orang pertama. Hanya bedanya, dalam bab 1 (Jurnal [bukan diary] Rizal Zaigham Harahap) digunakan kata ganti "gue". Pada bab 2 (Catatan Harian Seorang Tahanan Rumah Juni Shahnaz) digunakan kata ganti "aku". Sementara pada bab 3 (Catatan David Christian Hadijaja a.k.a David Edogawa) digunakan kata ganti "saya".

Perbedaan penyebutan tokohnya itu rupanya cukup ribet dan menyulitkan. Terbukti, sering muncul inkonsistensi dalam pemakaiannya. Seperti pada halaman 142-143 kata ganti "aku" yang biasa digunakan untuk menceritakan tentang Juni tiba-tiba berubah jadi "gue". Dalam laporan yang ditulis oleh David pun muncul inkonsitensi. Pada halamanan 44-45 David menulis laporan tentang "Kasus Kak Juni" dengan menggunakan kata "aku". Sementara dalam laporan "Asal Usul Surga" ditulis dengan menggunakan kata ganti "saya" (hal. 199-202).

Perubahan penyebutan kata ganti itu muncul lagi saat adegan percakapan. Kata "aku" sering berganti dengan "gue", dan kata "saya" sering berganti dengan "aku". Memang, pemakaian kata "aku" atau "gue" secara umum tak akan dipakai jika yang diajak bicara lebih tua atau orang yang dihormati. Namun seseorang yang biasa menyebut dirinya sebagai "aku" terasa aneh jika tiba-tiba saat berkomunikasi (secara lisan atau via SMS) dengan teman sebayanya tiba-tiba berubah menjadi "gue".

Tak banyak typo dalam novel ini sehingga itu tak mengurangi kenyamanan membaca. Dari sedikit typo yang ada, yang paling banyak adalah pengulangan 2 kata yang sama dalam 1 kalimat, ada juga 2 kata yang tergabung jadi satu karena tak diberi spasi, dsb. Juni yang terbiasa menyebut Rizal dengan sebutan Suhu atau Master, jadi terasa janggal saat tiba-tiba Juni menyebutnya sebagai Rizal (hal. 159). Selain itu, di ending cerita ada kisah tentang surat yang ditulis oleh Mama David untuk David. Dalam suratnya, Mama menyebut dirinya sebagai "Mama" namun tiba-tiba 2 kali berubah menjadi "saya" (hal. 283-284).

Ada beberapa kisah dalam novel ini yang menurutku berbeda satu sama lain. Salah satu contonya adalah cerita versi Rizal dan Juni setelah selesai melakukan operasi PIA 1. Dalam versi Rizal, diceritakan bahwa setelah kembali ke ruko dia mengirim pesan ke Juni untuk mengabarkan keberadaannya dan tak lama kemudian jawaban dari Juni pun masuk (hal. 90-91). Namun, cerita versi Juni berbeda. Digambarkan sesampainya di ruko, Juni segera mengirim pesan ke Rizal untuk mengecek keberadaannya dan 5 menit kemudian jawaban dari Rizal masuk (hal. 175).

Last but not least, ada yang mengganjal tentang ending novel ini. Bagi yang belum baca novelnya dan belum nonton filmnya, aku tak bermaksud spoiler lo ya? Itu makanya, aku akan berusaha untuk tak terlalu terbuka menceritakan hal yang terasa mengganjal bagiku. Ganjalan itu adalah... kapan tepatnya musibah menimpa David.

Oke, inilah beberapa hal yang membuatku tak mampu memahami kapan tepatnya musibah itu menimpa David.
  • Fakta penting : kue malaikat kehilangan senyum karena kesedihan Ibu David (selaku pembuat kue) atas musibah yang menimpa David.
  • Yang kontradiksi : saat pertama Rizal memesan kue malaikat, dia mengetahui bahwa kue malaikat itu tak lagi memiliki senyum. Tapi, saat temannya mengambil pesanan kue malaikat, justru pada saat itulah Mamanya David baru mengetahui kepastian tentang kondisi David yang sebenarnya. Jadi, harusnya saat pertama Rizal memesan kue malaikat, harusnya kue itu masih tersenyum kan?
  • Kepastian tentang kondisi David yang sebenarnya baru diketahui setelah beberapa hari sebelumnya David tak menemukan jawaban mengapa kondisinya yang terasa aneh dan tak biasa. Selain itu David juga tak mendapatkan jawaban mengapa beberapa hari terakhir Ibunya terus menerus murung dan tak peduli padanya.
  • David menemukan fakta tentang kue malaikat yang kehilangan senyumnya sebelum dia mengetahui keadaan dirinya yang sebenarnya. Logikanya, kepastian tentang kondisi David diketahui terlebih dahulu baru kemudian Mama David yang terpukul itu membuat kue malaikat kehilangan senyum, kan?
  • Jadi, selama beberapa hari sebelum kepastian tentang kondisi David yang sebenarnya diceritakan, apa yang terjadi dengan semua keanehan yang terjadi? Kenapa mbak Sri begitu ketakutan, jika dia belum tahu tentang kepastian itu? Selama beberapa hari tanpa kepastian itu, bagaimana kondisi David yang sebenarnya? Dimana dia berada? Jika (masih) dirawat di rumah sakit, kenapa ibunya tak menunggui di rumah sakit?

Semua pertanyaan itu muncul karena satu hal yaitu : mengapa Mama David (baru) menangis histeris saat itu? Bagiku, titik inilah yang membuatku jadi bingung.

Maaf bagi yang belum membaca novelnya atau menonton filmnya, mungkin bingung memahami kelima poin di atas. Namun, bagi yang sudah membaca novelnya, pliss... berilah "pencerahan" buatku agar aku mampu memahami ending novel tersebut.

62 komentar:

  1. Belum pernah baca & belum pernah nonton film-nya. :(
    Setelah baca review-nya, walau ada beberapa kata yang inkonsistensi, pastinya tidak disadari penulis, pasti kisahnya yang menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masalah inkonsitensi muncul... mungkin disebabkan karena pengarangnya 2 orang. Tapi ini juga baru dugaan sih...
      Tapi yang jelas.. novel ini menarik, kalau tidak... tak bakalan difilmkan to?

      Hapus
  2. Review-nya yang sangat menarik. Sayang, belum pernah baca, filmnya juga.
    Rizal, Juni dan David. tiga sahabat sejati, bikin penasaran. Kalau saya boleh menebak endingnya tanah surga itu tidak jadi dijual, diantara Rizal & David ada yang jatih cinta ke Juni. hehe...
    Salam!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau boleh kusarankan... bacalah novelnya dan kemudian berilah pencerahan padaku soal ending yang bagiku memusingkan itu... hehehe #modus

      Oya, soal tebakan ending.... emmm... bener apa gak ya? Kasih tahu gak ya..? hehehe

      Hapus
  3. wah mba Reni jeli sekali, reviewnya lengkap bahkan ajak kita2 iktu berfikir.
    Tapi untuk pertanyaan mba Renni itu mungkin saya hanya akan menjawab 2 point terakhir mbak, yaitu tentang kue malaikat yg kehilangan senyum yg dilihat oleh David sebelum ia mengetahui keadaannya dan ketakutan mbak Sri akan keanehan2 yg dia lihat sebelum mengetahui keadaan David yg sebenarnya.
    Secemen analisaku, mungkinkah penggalan kisah2 itu menunjukkan semacam isyarat/pertanda akan sesuatu yg menyedihkan yg akan terjadi di depan ?
    Bisa jadi kue malaikat itu sebetulnya tersenyum, tapi David melihatnya sebaliknya, tak ada lagi senyum, sebagai cerminan keadaannya.
    Entahlah mbak ...Tapi terima kasih lho, jadi seru serasa main detektif2an hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nulisnya review ya bisanya spt ini sih mbak... kalau yang lain lebih canggih mengulas dari segi teknik penulisan dll... kalau aku membuat review dari kacamata pembaca awam saja... termasuk di dalamnya kebingungan2 dalam memahami cerita heheh...

      BTW, makasih banget sudah berusaha memberikan pencerahan untukku mbak :)

      Hapus
  4. Belum baca mak, coba nanti tak ngubek bukunya dulu di TokBuk ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti kalau mak Icoel sudah beli bukunya, udah kelar baca... jangan lupa memberi pencerahan buatku ya? :)

      Hapus
  5. Eh.. itu filmnya sudah tayang ya?? kayaknya pernah lihat traillernya deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sudah ada filmnya. Tapi aku belum nonton filmnya juga hehehe

      Hapus
  6. Bingung dengan kelima poin itu, tapi review mba Reni selalu detil deh. Cocok banget jadi editor :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga Mak Leyla baca novelnya sehingga bisa memberikan pencerahan padaku dalam waktu tak lama lagi. :D

      Hapus
  7. Review mba Reni selalu detil deh, cocok jadi editor. Penulisnya sudah terkenal semua itu kan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak.. keduanya adalah penulis terkenal. Dan... aku jadi sangat penasaran karena gak mampu memahami endingnya! :(

      Hapus
  8. aku ga sanggup baca ginian mba.. kenapa ya jadi males banget baca buku
    llebih tertarik sama Kdrama, hahaha.. meski ga full ketagihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. KDrama... itulah salah satu yg berhasilkan mengalihkan perhatianku dari buku! *cari kambing hitam* hehhehe

      Hapus
  9. kalau mbak Reni kupas buku, pasti detail sekali... hal2 bagi org lain terabaikan, tidak bagi mbak Reni... Ini kalah deh guru bahasa Indonesia di sekolah -sekolah ..... hehehhehe, nggak salah deh saya berguru dgn mbak Reni. ^_^

    tinggal di Ruko itu ada nggak enaknya, mbak.... capek turun naik tangga, apa lagi kalau sdh kecapian pulang berpergian, melihat kamar masih diatas membuat saya terkulai dulu di anak tangga, dan bisingnya yg nggak tahan mbak karena berada di pusat perniagaan.... jadi ingat masa2 dulu bersama orang tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak juga sih mbak.. kebetulan aja aku penasaran (atau tepatnya gagal paham) tentang endingnya. Jadinya kebingungan sendiri hehehe

      Ternyata mbak Sukma pernah tinggal di ruko to? Baru tahu aku. Sementara tokoh dalam novel itu (Rizal, Juni dan David) seneng2 aja naik turun tangga... mereka kan masih muda dan enerjik hehehe

      Hapus
    2. iya mbak... rumah orang tua yg dulunya rumah biasa, tapi krn berada didaerah perniagaan di bongkar jadi ruko, jadi lantai dasar digunakan oleh ortu utk menjual bahan bangunan, kebayangkan mbak bising dan debunya.

      Hapus
    3. Wah kalau kondusinya spt itu emang bising dan banyak debu mbak hehehe

      Hapus
  10. Wah ternyata menonton filmnya ... terasa lebih ringan ... hahaha

    Dan saya sangat terkagum-kagum dengan pemeran Ibunya David
    (halah salah fokus lagiiiii )

    Tapi serius ... memahami segmen dan settingan di Ruko David dan ibunya memang rada berkerut ... di film sekalipun

    Salam saya
    http://theordinarytrainer.wordpress.com/2013/05/26/pintu-harmonika/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku belum nonton filmnya Om... apakah sama dengan novelnya ya kira2 ?
      Oke, Insya Allah akan segera meluncur ke postingan Om NH tentang pintu harmonika deh. Makasih ya Om.

      Hapus
  11. review nya mayan lengkap nih, kemarin saya mau nonton film nya di bioskop tapi baru beberapa hari udah gak ada -___-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita tunggu aja pemutaran filmnya di televisi ya? hehehe

      Hapus
  12. entahlah, akhir-akhir ini saya jarang baca novel, maaf, menurutku novel-novel jaman sekarang belum bisa menandingi karya-karya penulis jaman dulu seperti Burung-Burung Manyar, Para Priyayi, Pada Sebuah Kapal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh kalau itu beda banget... Yang mas Joe sebutkan itu kan karya sastra yang memang diakui keren. Sementara novel2 yang sekarang banyak terbit itu kan kebetulan semacam teenlit gitu ya? Yg terkesan remaja banget... :D

      Hapus
  13. wah, bacanya teliti berarti, mbak. bagus :) aku belum pernah baca buku atau nonton filmnya. tapi boleh juga nanti dicoba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga aja Indi bisa segera baca dan bisa memberiku pencerahan hehehe

      Hapus
  14. Ini salah satu buku yang masuk list aku, dan jadi kepengen banget bacanya....

    Anyway, ulasannya bagus, Bu... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... ini dia satu lagi orang yang kuharapkan bisa segera membaca novel ini dan segera memberiku pencerahan agar aku tak bingung lagi :D

      Hapus
  15. Baiklah, aku akan mencoba jawab, sesuai dengan ingatan hihihihih

    gini, bu, jadi buku ini ada alur maju mundur.
    1. Fakta penting ini bener
    2. Wah, kedua ini bener2 coba ingat *mana bukunya gak di samping* *ditoyor bu Reni* :D kalau gak salah Rizal beli saat memang lagi berduka, dan diambil sama temen ceweknya itu saat mama david bisa menerima
    3 - 4. Ini alur maju mundur, jadi diceritakan David telah meninggal tapi dia gak menyadari gituh.
    5. Kalo gak salah ada diceritain kenapa David meninggal *duh ingatan oh ingatan*, dan sebenarnya ceritanya dibuat samar tentang kehilangan David. Jadi, menurutku, semua itu udah tau David udah gak ada makanya semua sedih, Mbak Sri jadi takut, Mama kehilangan gairah hidup, begitu juga dengan Rizal dan Juni. Nah, kalo gak salah *lagi* Mama David menemukan surat apa ya *duuh beneran ditendang bu Reni*, lalu si Mama bisa move on *eluh kata si Mama putus cinta* >.<

    Bu, sekiranya ini dari diriku yang udah baca dan menyelesaikan buku ini dalam waktu gak biasanya.

    Satu juga, ini yang dinamakan 'lubang' dalam nulis novel duet. Harus benar-benar jeli melihat segala lubang ditambah menyinkron dengan logika. *aduh kata2ku kayak pengamat sastra saja*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Justru saat temannya Rizal mengambil kue itu mamanya David sedang menangis histeris dan dikerubuti oleh staf2nya.

      Fakta tentang David meninggal karena kecelakaan sudah aku pahami, tapi kapan tepatnya David meninggal itu lo yang aku pertanyakan. Jadi gini aku gagal paham soal kapan David meninggal. Karena yang aku tangkap bahwa Mama jadi murung dan gak bergairah karena David meninggal. Mbak Sri menganggap David menjadi hantu dan Mama David memaklumi banget hal itu.

      David heran dan penasaran apa yang terjadi pada dirinya. Dia juga heran dan penasaran akan perubahan sikap mama. Hingga dia melakukan "penyelidikan" dan menemukan bahwa kue malaikat sudah tak lagi punya senyuman.

      Baru keesokan harinya dia mengetahui Mama David yang menangis histeris dan di saat yg sama temannya Rizal datang ambil pesanan kue. Saat itulah David melihat karangan bunga atas kematiannya/

      Jadi, yg aku tanyakan kenapa mamanya David baru histeris pada saat itu padahal sebelumnya dia sudah murung karena David meninggal, hingga kue malaikat pun ikut2 kehilangan senyum. Mbak Sri pun sudah beberapa hari ketakutan karena yakin hantu David ada di rumah itu.

      Yang aku gagal paham, apa sebabnya mama David menangis histeris saat itu? Apakah saat itu baru dipastikan kalau David meninggal? Kalau betul begitu, keadaan David sebelumnya bagaimana? Apakah koma? Kalau koma mengapa Mama tidak ada di rumah sakit menemani David?
      Sebaliknya, jika pada saat itu David benar2 sudah meninggal tapi belum dimakamkan, lantas dimana jenazahnya? Kenapa pada saat berkabung spt itu toko masih buka dan masih berproduksi, mengingat toko dan rumah jadi satu?

      Hapus
  16. Terliti banget Mak :)
    Sy setuju dengan penulisan kata ganti orang pertama. Dalam bahasa lisan kita kan secara spontan kita konsisten mengucap diri kita. Kalo Aku ya Aku kalo Gue ya Gue. Beda kalo yang dihadapi orangtua, tentu memakai kata Saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip... jadi urusan pemakaian kata ganti orang pertama kita sepakat ya Mak. Jadi aku ada temannya...
      Nah, sekarang tinggal kebingunganku soal kapan secara tepatnya David mengalami musibah. Banyak hal yg membuatku bingung mengetahui waktu kejadian itu secara tepat soalnya.

      Hapus
    2. sejak cerita menggunakan david, david udah meninggal mba, cmn dia blum sadar.. makanya setiap david nanya, bibi dan ibunya ga pernah jwb, krn david udah di 'dunia lain'.. wkt david nutup pintu jg, bibi ketakutan, soalnya dlm penglihatan bibi ga ada siapa2 (brarti hantu)
      smoga tercerahkan :)

      Hapus
    3. Sayangnya belum tercerahkan Mbak. Aku tahu soal kematian David, cuma mau nulis secara detil di review gak enak takut dikira spoiler, jadi nulisnya disamarkan begitu.

      Aku masih gagal paham soal kapan David meninggalnya (karena kita tahu dia sudah jadi hantu) dan aku gagal paham mengapa Mamanya David menangis histeris? Padahal sebelumnya dia sudah murung terus dan kue malaikat sudah kehilangan senyum?

      Hapus
    4. Hmm penulisnya kayaknya perlu klarifikasi nih :)

      Hapus
    5. Sedang aku coba mbak... tapi belum ada tanggapan

      Hapus
  17. udah lama tahu buku dan filmnya tapi belum baca n pengen , pengen ada yg minjemin maksudnya heheh sayang belum kesampaian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba mbak Rina tinggal deketan ama aku... pasti saat ini buku Pintu Harmonika sudah bisa dipinjem deh Mbak hehehe

      Hapus
  18. belum pernah baca bkunya... eh.. filmnya udah ada di yutub belum ya? sapatau bisa nonton dari sana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku gak tahu Mak apakah filmnya sudah ada di yutub... aku pilih nonton lewat televisi aja deh.

      Hapus
  19. Mbaaaa...
    waktu baca postingan nya aku emang rada bingung siiih...
    Tapi pas baca komen2 dibawahnyaaa....
    aku jadi malah tambah puyeng iniiih....hihihi.....
    Tanggung jawaaaaab!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk... maafkan aku mbak Erry, bukan maksudku membuatmu bingung :p
      Okelah daripada bingung mendingan nonton KDrama aja
      *gak mau tanggung jawab soalnya* :D

      Hapus
  20. sepertinya seru banget ni buku. kudu buru2 ke Gramdia. serbuu...

    BalasHapus
  21. filmnya udah tayang ya, mba? aku belum baca bukunya, jadi belum bisa komen :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Filmnya sudah diputar sih... tapi aku belum nonton.
      Pliss... buruan baca bukunya dan kita diskusi setelahnya :)

      Hapus
  22. kayaknya unyuuu mbak, jadi pengin baca

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayolah segera dibaca, agar kita bisa diskusi setelahnya :D

      Hapus
  23. Dulu perna baca review disalah satu postingan teman ttg buku ini. Dan entah kenapa ketika di toko buku, saya merasa kurang sreg Bu. :)


    Terima kasih reviewnya Bu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baca buku ini dan sebelumnya sama sekali belum pernah baca reviewnya.. tapi beberapa teman yang ternyata sudah membacanya tak menemukan kejanggalan spt yang aku rasakan.

      Hapus
  24. ternyata karyanya Clara Ng ya mbak, aku terlewat nih belum pernah baca yang ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini karya pertama Clara Ng yang aku baca mbak. :)

      Hapus
  25. saya malah gak tau sama sekali ada film nya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku tahu ada filmnya tapi belum nonton sih hehehe

      Hapus
  26. wah, bacanya teliti berarti, mbak. bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, kebetulan aja aku menemukan kejanggalan itu

      Hapus
  27. belum pernah baca dan nonton. Mau beli, kok, gak jadi terus :D

    BalasHapus
  28. Balasan
    1. Mungkin saja... soalnya ini juga bukan novel terbaru

      Hapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)