Kenangan MOS Shasa ini harusnya sudah aku tulis bulan lalu. Namun karena memang akhir-akhir ini kegiatan bloggingku menurun drastis, maka catatan ini baru bisa aku buat sekarang. Terlambat sih sebenarnya, tapi tak mengapa… setidaknya aku masih punya catatan tentang kenangan MOS Shasa saat masuk SMA.
Shasa menjalani MOS (dan Pra MOS) mulai hari Jumat 24 Juli 2015 sampai dengan Rabu 29 Juli 2015 (hari Minggu pun tetap masuk). Jadi total waktu pelaksanaan MOS adalah selama 6 hari. Begitu banyak kelengkapan MOS yang harus disiapkannya. Mulai dari baju atasan putih dan bawahan hitam, tas dari kantong beras, papan nama, topi wayang dan buku harian.
Soal baju sudah tak ada masalah, karena memang mudah untuk mendapatkan baju putih hitam seperti itu. Dan kebetulan aku dan Shasa punya beberapa atasan putih jadi tak repot. Hanya untuk bawahan hitam, karena aku dan Shasa sama-sama tak punya rok panjang hitam, jadi kami harus membelinya.
Papan nama harus dibuat di karton tebal. Aku memakai karton pembatas minuman mineral. Karton itu harus ditutup pakai warna kuning (sesuai warna yang disepakati di kelompok MOS masing-masing). Trus pada karton itu harus ditulis ‘nama suci’ dan juga nama kelompoknya. Shasa memilih ‘nama suci’ : Marsha suka beramal. Oya, papan nama itu harus 2 buah, karena harus dipasang di dada dan di punggung. Selanjutnya, untuk menggantungkan papan nama itu harus pakai tali rafia merah. Untung semua bahannya mudah didapat (^_^).
Kenangan MOS Shasa akan bertambah jika kami mengenang bagaimana repotnya kami mempersiapkan tas dari kantong beras. Kami menemukan kantong beras dari plastik yang gambarnya wayang. Bagus dan cocok untuk tas MOS. Karena kantong plastiknya bening, maka dalamnya aku kasih kantong beras yang anyaman itu. Tapi ternyata… menjahitnya susah sekali, apalagi saat kantong beras yang anyaman itu mulai lepas-lepas anyamannya. Untunglah akhirnya setelah bersusah payah menjahit (dibantu Ibu) akhirnya jadi juga tas MOS keren untuk Shasa.
Buku harian juga harus bersampul kuning, sama seperti papan namanya. Namun, di sampul bagian depan harus ditempeli 6 buah foto ukuran 3x4. Foto itu harus berwarna dan isi foto itu adalah peserta MOS dan salah satu orang tua yang berpelukan. Selanjutnya keenam foto itu harus disusun di sampul dengan dan membentuk huruf “A”.
Untuk topi wayang tidak dikerjakan sendiri, namun dikerjakan beramai-ramai 1 kelas. Ada panitia yang selalu mendampingi peserta MOS dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok seperti itu. Shasa dan teman-temannya sampai malam mengerjakan topi wayang itu. Hasilnya… cukup memuaskan juga hehehe.
Setiap peserta MOS mendapatkan buku panduan MOS. Isi buku panduan tersebut antara lain jadwal kegiatan MOS, Struktur organisasi sekolah, pengurus OSIS, pengurus Pramuka, pengurus MPK, mars sekolah dll. Selain itu ditulis juga tentang aneka kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah.
Setiap hari usai pulang MOS, Shasa selalu kerja kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakan berke. Selain itu ada juga tugas yang harus dikerjakan sendiri. Untuk mengerjakan tugas-tugasnya itu Shasa terpaksa harus bergadang setiap malam. Bahkan Shasa harus rela tidur pukul setengah satu dini hari.
salah 1 tugas Shasa, foto dg streaming acara TV yang harus direkap
Shasa sendiri sangat menikmati MOS di sekolahnya. Walau memang kelelahan secara fisik, namun Shasa merasa enjoy. Acara MOS di sekolah diisi dengan presentasi berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Ini adalah kesempatan bagi masing-masing pengurus ekskul untuk pamer prestasi dan menjaring anggota baru. Selain itu ada presentasi tentang profil sekolah, pengenalan guru-guru sekolah dan pengenalan lokasi sekolah, untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan pada sekolah.
Acara lain adalah penyuluhan HIV/AIDS oleh petugas dari dinas kesehatan. Penyuluhan narkoba dari kepolisan dan ada juga pendidikan karakter oleh guru sekolah. Pembentukan mental tangguh oleh panitia MOS. Selain itu ada juga presentasi bimbingan konseling oleh guru BK. Namun, dari semua acara yang ada, Shasa paling suka saat melihat penampilan StandUp Comedy dan juga pementasan teater.
Walaupun melelahkan, namun Shasa bisa menikmatinya. Oya, Shasa ditunjuk sebagai perwakilan peserta MOS yang pada saat upacara pembukaan dan penutupan MOS maju ke depan untuk penyematan tanda peserta. Sayang tidak ada foto dokumentasinya. Syukurlah, tak ada praktek perploncoan dalam pelaksanaan MOS di sekolah Shasa. Rupanya edaran dari Menteri Pendidikan Nasional ampuh juga untuk mencegah praktek perploncoan selama pelaksanaan MOS.
Kenangan MOS Shasa ini sungguh tak akan terlupakan! (^_^)
Shasa menjalani MOS (dan Pra MOS) mulai hari Jumat 24 Juli 2015 sampai dengan Rabu 29 Juli 2015 (hari Minggu pun tetap masuk). Jadi total waktu pelaksanaan MOS adalah selama 6 hari. Begitu banyak kelengkapan MOS yang harus disiapkannya. Mulai dari baju atasan putih dan bawahan hitam, tas dari kantong beras, papan nama, topi wayang dan buku harian.
Soal baju sudah tak ada masalah, karena memang mudah untuk mendapatkan baju putih hitam seperti itu. Dan kebetulan aku dan Shasa punya beberapa atasan putih jadi tak repot. Hanya untuk bawahan hitam, karena aku dan Shasa sama-sama tak punya rok panjang hitam, jadi kami harus membelinya.
Papan nama harus dibuat di karton tebal. Aku memakai karton pembatas minuman mineral. Karton itu harus ditutup pakai warna kuning (sesuai warna yang disepakati di kelompok MOS masing-masing). Trus pada karton itu harus ditulis ‘nama suci’ dan juga nama kelompoknya. Shasa memilih ‘nama suci’ : Marsha suka beramal. Oya, papan nama itu harus 2 buah, karena harus dipasang di dada dan di punggung. Selanjutnya, untuk menggantungkan papan nama itu harus pakai tali rafia merah. Untung semua bahannya mudah didapat (^_^).
Kenangan MOS Shasa akan bertambah jika kami mengenang bagaimana repotnya kami mempersiapkan tas dari kantong beras. Kami menemukan kantong beras dari plastik yang gambarnya wayang. Bagus dan cocok untuk tas MOS. Karena kantong plastiknya bening, maka dalamnya aku kasih kantong beras yang anyaman itu. Tapi ternyata… menjahitnya susah sekali, apalagi saat kantong beras yang anyaman itu mulai lepas-lepas anyamannya. Untunglah akhirnya setelah bersusah payah menjahit (dibantu Ibu) akhirnya jadi juga tas MOS keren untuk Shasa.
Buku harian juga harus bersampul kuning, sama seperti papan namanya. Namun, di sampul bagian depan harus ditempeli 6 buah foto ukuran 3x4. Foto itu harus berwarna dan isi foto itu adalah peserta MOS dan salah satu orang tua yang berpelukan. Selanjutnya keenam foto itu harus disusun di sampul dengan dan membentuk huruf “A”.
Untuk topi wayang tidak dikerjakan sendiri, namun dikerjakan beramai-ramai 1 kelas. Ada panitia yang selalu mendampingi peserta MOS dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok seperti itu. Shasa dan teman-temannya sampai malam mengerjakan topi wayang itu. Hasilnya… cukup memuaskan juga hehehe.
Setiap peserta MOS mendapatkan buku panduan MOS. Isi buku panduan tersebut antara lain jadwal kegiatan MOS, Struktur organisasi sekolah, pengurus OSIS, pengurus Pramuka, pengurus MPK, mars sekolah dll. Selain itu ditulis juga tentang aneka kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah.
Setiap hari usai pulang MOS, Shasa selalu kerja kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakan berke. Selain itu ada juga tugas yang harus dikerjakan sendiri. Untuk mengerjakan tugas-tugasnya itu Shasa terpaksa harus bergadang setiap malam. Bahkan Shasa harus rela tidur pukul setengah satu dini hari.
salah 1 tugas Shasa, foto dg streaming acara TV yang harus direkap
Shasa sendiri sangat menikmati MOS di sekolahnya. Walau memang kelelahan secara fisik, namun Shasa merasa enjoy. Acara MOS di sekolah diisi dengan presentasi berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Ini adalah kesempatan bagi masing-masing pengurus ekskul untuk pamer prestasi dan menjaring anggota baru. Selain itu ada presentasi tentang profil sekolah, pengenalan guru-guru sekolah dan pengenalan lokasi sekolah, untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan pada sekolah.
Acara lain adalah penyuluhan HIV/AIDS oleh petugas dari dinas kesehatan. Penyuluhan narkoba dari kepolisan dan ada juga pendidikan karakter oleh guru sekolah. Pembentukan mental tangguh oleh panitia MOS. Selain itu ada juga presentasi bimbingan konseling oleh guru BK. Namun, dari semua acara yang ada, Shasa paling suka saat melihat penampilan StandUp Comedy dan juga pementasan teater.
Walaupun melelahkan, namun Shasa bisa menikmatinya. Oya, Shasa ditunjuk sebagai perwakilan peserta MOS yang pada saat upacara pembukaan dan penutupan MOS maju ke depan untuk penyematan tanda peserta. Sayang tidak ada foto dokumentasinya. Syukurlah, tak ada praktek perploncoan dalam pelaksanaan MOS di sekolah Shasa. Rupanya edaran dari Menteri Pendidikan Nasional ampuh juga untuk mencegah praktek perploncoan selama pelaksanaan MOS.
Kenangan MOS Shasa ini sungguh tak akan terlupakan! (^_^)
berati sekarang praktek perpeloncoan sudah hampir tidak ada y mbak?
BalasHapusg kayak jaman saya kemaren,,,,begitu kerasa perpeloncoannya
Iyaa syukurlah... acara MOS di sekolah sih aman2 saja, hanya saja tugas-tugas yang mereka berikan untuk dikerjaka di rumah benar-benar melelahkan
Hapusorientasi untuk anak perlu juga y mbak,
Hapusbiar anak2 nanti g terkejut dengan kehidupan sma
dimana tugas lebih banyak dari smp,hehe.
Bener sekali... ternyata memang setelah pelajaran mulai... Shasa sering harus begadang karena tugas2 sekolah banyak dan juga ternyata kerja kelompok banyak
HapusItu foto Shasha dengan siapa mba Ren yang ada enam itu? Ibunya pasti ikut heboh ya di masa2 MOS ini hehehe
BalasHapusItu foto Shasa denganku hehehe....
HapusHehehhee jadi inget curhatmu tentang capeknya sasha setiap malam pulang mos
BalasHapusIya mbak Ade... saat itu gak hanya Shasa yang capek, emaknya ikutan capek juga soalnya ikutan nemenin bergadang sih.
HapusDi foto kayak kakak adek aja mbak reni sama shasa :).
BalasHapusSemoga kedepannya MOS bisa lebihbaik lagi ya mbak. ndak usah bawa atribut2 yang kebanyakan susah didapatkan
Aamiin.... semoga ke depan MOS benar2 memberikan manfaat bagi siswa baru untuk lebih mengenal sekolah baru mereka :)
HapusSepertinya tahun ini Ospek lebih baik daripada tahun kemarin disebagian besar sekolah. Keren..
BalasHapusSepertinya seperti itu... ya semoga tahun2 yang akan datang semakin baik :)
Hapusperjuangan shasa ya utuk ikut MOS tapi Allhamdulillah shasa happy
BalasHapusPerjuangan banget dek Lia hehehe.... bener2 capek pokoknya
HapusHai Marsha, eh sudah daa marsha duluan sebelum yang sama bear itu ya....hehee, temanya wayang ya Mba?
BalasHapusMasha and the bear ya? hahaha... iya nih shasa sudah sering diledekin spt itu dek Astin.
HapusKebetulan aja nemu kantong beras yang bergambar bima, tokoh wayang. Jadi pas banget dg topi yang dipakainya
MOS SMA kmn kaka taz plg2 keluar air mata...pertama kalinya sklh di sekolah negri rupanya bkn dia kaget. SD atau SMP gak ada MOS... hihihiii bundanya cm bisa pukpuk dia dan membantu menyiapkan keperluannya. Shasa udah besar y mba...semakin cantik :)
BalasHapusSemoga sekarang kaka Tazkia sudah bisa menyesuaikan diri di sekolah negeri Mbak Irma. Butuh penyesuaian memang mbak.
HapusItu topinya apiik, Mbak. Pas dipakai Shasha mesti ayuu bangeet. Baru pernah lihat, mos pakai topinya topi wayang. . .
BalasHapusItu topi kerja borongan dek Idah... jadi ga rapi gitu buatnya hehehe.
HapusTapi ga apa2 yang penting ga rusak sampai MOS selesai :D
Gak kerasa Sasha udah gedeee.... Dan seneng banget bacanya, excited banget ya MOS nya. Gpp lah banyak tugas gitu, melatih kreativitas dan terutama gak ada plonco.
BalasHapusWah bu, saya juga bingung napa gak bisa masuk blogroll hikz mungkin langsung http://hujanpelangi.com kali yaaa
Iyaaa sudah jadi gadis remaja sekarang Shasaku.... waktu terasa cepat sekali berlalu yaa...
HapusKalau ditulis dlm blogroll update tulisanmu ga bisa muncul. Entah mengapa :(
itu topinya masih ada :D
BalasHapusSekarang sudah ga ada.... barusan dibuang hehehe
HapusHuaaa...itu bikin tasnya kecehhh... Ngedenger cerita mb reni sama mb lianny pas mos anak2nya jadi bayangin...nanti anakku mos e kayak apa ya --"
BalasHapusKece gimana to dek echaaa... ga rapi gitu looo...
HapusSemoga pas Raffi nanti MOSnya sudah benar2 tertata, mendidik dan bermanfaat ya
Ada wayang2annya juga, pesti seru ya acaranya
BalasHapusSeru sih... kata Shasa hehehe
HapusBisa jadi contoh untuk sekolah lain...Jangan sampai deh kejadian lagi Mos yang tidak ada makna edukasinya...tapi masih banyak kegiatan mos yang tidak mendidik :(
BalasHapus