Kamis, 29 Agustus 2013

[Resensi 12 Menit] Perjuangan “Hanya” Demi 12 Menit



Judul : 12 Menit
Pengarang : Oka Aurora
Penerbit : Noura Books
Cetakan : Pertama (Mei 2013)
Jenis : Fiksi
Tebal : xiv + 348 halaman
Harga : Rp. 54.000

Rene adalah seorang pelatih Marching Band handal. Sejak kehadirannya Marching Band yang dilatihnya bisa berkali-kali menggondol kejuaraan. Itulah yang membuat Marching Band Bontang Pupuk Kaltim berjuang keras untuk bisa mendapatkan Rene sebagai pelatihnya. Usaha mereka berhasil dan akhirnya Rene pun meninggalkan ibukota Jakarta dengan segala kelebihannya menuju ke Bontang dengan segala kekurangannya.

Meski anak-anak Bontang memiliki potensi yang tak jauh beda dengan anak Jakarta, tapi anak-anak Bontang tak memiliki kepercayaan diri. Mereka merasa “kecil” hanya karena berasal dari kota kecil. Menjadi tantangan besar bagi Rene untuk bisa membangkitkan kepercayaan diri anak-anak didiknya. Dan itu sungguh tidak mudah!

Masalah bagi Rene bukan hanya itu. Masih banyak permasalahan lainnya yang perlu untuk diselesaikan dan menuntut perhatian Rene, sang pelatih. Elaine, seseorang yang penuh bakat namun ayahnya menentang keras anaknya aktif dalam kegiatan marching band. Tara, seorang anak yang penuh bakat juga, namun karena gangguan pendengaran yang parah dan kondisi psikisnya yang kurang baik seringkali membuat semangatnya naik turun tak karuan. Lahang, seorang pemuda Dayak yang pandai menari dan menjadi andalan tim color guards namun kondisi kesehatan ayahnya membuatnya tak bisa leluasa berlatih.

Di tengah berbagai permasalahan itu, Rene berusaha untuk membangun mimpi anak-anak asuhannya untuk bisa menjadi pemenang dalam Grand Prix Marching Band (GPMB). Sebuah mimpi yang rasanya tak masuk akal, apalagi mengingat kemajuan perkembangan anak didik Rene yang jauh dari memuaskan. Rene berusaha keras melatih anak didiknya dengan disiplin “hanya” demi 12 menit penampilan mereka kelak di ajang GPMB tersebut.

Akankah Rene mampu membangkitkan rasa percaya diri anak-anak didiknya bahwa mereka bisa dan layak untuk menang? Beranikah Elaine tetap ikut marching band meskipun harus melawan ayahnya? Apakah Tara mampu mengatasi segala permasalahan yang membatasinya? Tegakah Lahang meninggalkan ayahnya yang sakit keras demi keinginannya bisa melihat Monas? Bagi yang penasaran dengan endingnya, silahkan baca sendiri novelnya ya?

Sekarang mari kita melihat kekurangan dan kelebihan dari novel ini. Jika bisa disebut sebagai “kekurangan” maka menurutku salah satu kekurangan dari novel ini adalah desain sampulnya (subyektif sekali sebenarnya sih). Menurutku, warnanya terlalu gelap sehingga kurang menggambarkan “kemegahan” sebuah marching band (yang biasanya penuh warna). Selain itu, identitas marching band kurang terwakili oleh stik drum dan alat musik tiupnya (itu namanya terompet bukan sih? Takut salah tulis soalnya).

Munculnya tokoh Rob dalam novel ini kesannya hanya sekedar “tempelan” saja. Rob hanya muncul di bab 5 (The Blue Devils) dan Bab 13 (Kopi Instan). Menurutku jika tokoh Rob ini dihapus sepertinya tak akan mengubah jalannya cerita novel ini. Rob tak terlibat dalam marching band yang dilatih oleh Rene. Dia hanyalah alumni Marching Band Bontang Pupuk Kaltim yang berhasil diterima di Blue Devils, salah satu drum corps terbaik di Amerika. Peran Rob dalam novel ini hanya untuk membuktikan bahwa keberhasilan itu membutuhkan kerja keras, perjuangan dan keteguhan hati. Rasanya, peran itu bisa dilimpahkan pada tokoh-tokoh lainnya : Elaine, Tara ataupun Lahang.

Ada satu bab yang membuatku kebingungan, yaitu Bab 18 (Konser di Atas Perahu). Dalam bab itu diceritakan pertemuan antara Tara dan Rene. Namun, digambarkan bahwa antara Tara dan Rene belum saling mengenal bahkan diceritakan Tara belum terlibat dalam marching band. Baru di akhir bab Rene menawarkan kepada Tara untuk ikut terlibat dalam marching band-nya. Untuk memahami bab itu saja, aku harus bolak balik membacanya. Takut ada yang terlewat olehku. Namun meski aku sudah bolak balik membacanya, aku tak menemukan penjelasan mengapa tiba-tiba muncul bab yang akhirnya menjadi ganjalan bagiku itu.

Terlepas dari kekurangannya, novel ini memiliki banyak kelebihan. Pertama, begitu membaca novel ini aku tak ingin melepaskannya sebelum aku benar-benar menyelesaikannya. Penulis benar-benar mampu memerangkapku ke dalam rasa ingin tahu yang kuat. Itu sebabnya aku bisa menyelesaikannya dalam sekali membaca. Penulis juga mampu membuatku merasa trenyuh dan terharu di beberapa bagian kisahnya.

Daya tarik utama novel ini tentu saja adalah pemilihan marching band sebagai tema. Aku yang tak memiliki pengetahuan tentang marching band, tentu sangat senang saat membaca sesuatu yang baru. Bagiku, sebuah buku akan memiliki nilai plus apabila bisa menambah wawasan dan pengetahuan pembacanya. Novel ini memiliki nilai plus itu. Meskipun di awal aku sempat bingung dengan istilah-istilah dalam marching band, untungnya sudah disediakan glosarium di belakang untuk membantuku memahami arti dari istilah-istilah asing itu. Sungguh salut aku pada Oka Aurora, penulisnya, yang meskipun mengaku buta alat musik, namun berhasil dengan mulus menuliskannya.

Gaya bercerita dengan mengambil sudut pandang orang ketiga cukup “menguntungkan”. Dengan pemilihan sudut pandang ini, menyebabkan penulis bisa leluasa untuk mengeksplorasi berbagai macam tokohnya dengan permasalahannya masing-masing. Sehingga meskipun banyak sekali nama yang muncul di dalam novel ini, namun untuk tokoh-tokoh utamanya memiliki porsi yang cukup besar untuk diketahui latar belakangnya.

Dari segi editing, tergolong sangat rapi. Aku tak menemukan kesalahan ketik di dalamnya, padahal biasanya buku-buku cetakan pertama banyak yang memiliki kesalahan ketik. Namun novel ini adalah salah satu pengecualiannya. Aku suka dengan pemilihan hurufnya, baik itu huruf untuk judul maupun untuk isinya. Besaran font pun bagus, sehingga meskipun buku ini tebalnya lebih dari 350 halaman namun mataku tak terasa capek saat membacanya. Penambahan potongan not balok di atas bab, menambah kuat “identitas” novel ini sebagai novel yang bercerita tentang musik.

Alur maju (hanya sesekali mundur sedikit) memudahkan bagi pembaca untuk mengikuti kisah dalam novel ini. Gaya bahasanya enak diikuti dan kalimatnya tidak berbelit-belit. Banyaknya bertebaran kata-kata motivasi di dalam novel ini membuatnya layak disebut sebagai novel inspiratif apalagi didukung oleh kisah perjuangan anak didik Rene yang benar-benar luar biasa. Salah satu kata-kata motivasi yang aku suka (dan akan aku teruskan pada putriku tercinta) adalah :

“Berapapun waktu yang diberikan, tak seharusnya dihabiskan dengan ketakutan. Karena ketakutan, anakku, tak akan pernah menyambung hidupmu. Yang akan menyambung hidupmu, hanyalah keberanian.” (hal. 104)

Akhirnya, aku memberinya nilai 3,5 dari 5 bintang. Dan, kini aku tak sabar ingin melihat filmnya dengan tak lupa mengajak putriku tercinta agar termotivasi dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan.

57 komentar:

  1. mba Reniiiii...
    lama gak mampir2 siniiiii....
    mohon maap lahir batin dulu sebelumnya yaaaahh...*cipika cipiki*

    BalasHapus
  2. artikel yang sangat indah sekali kak

    BalasHapus
  3. mbaaaa...
    memang jarang yah, novel yang membahas marching band sebagai tema nya...
    unik juga siiiiih...

    udah lama nih aku gak beli novel baruuu, kebanyakan nonton drama korea soalnya..hihihi...ntar coba cari deh :)

    BalasHapus
  4. dari segi tema novel ini belum pernah dibuat orang sebelumnya tentang marching band dan juga tentang anak-anak Kalimantan, dan bagaimana mereka mewujudkan mimpi mereka. Thanks Reni sudah mereview novel yg berbeda ini

    BalasHapus
  5. Semoga di filmnya nanti cerita yang kurang nyambung atau tempelan bisa dikemas secara rapi agar yang nggak "mudengan" seperti saya ini nggak harus mikir berat

    BalasHapus
  6. Ini refrensi dari sebuah tulisan buku diatas ya mbak?

    BalasHapus
  7. tak ada kata2 yang terucap lagi hanya " KEREn "

    BalasHapus
  8. aku suka semangatnya.
    jangan merasa kecil walau dari kota kecil.

    BalasHapus
  9. rajinnya mbakku ini baca novel hehehe kalau aku skrg cukup komik aja mbak hihihi tapi duluu aku suka sekali dengan novel detektif sherlock home sejenisnya, setebal apapun pasti kubabat habis hehehe

    BalasHapus
  10. @Bibi Titi Teliti >> Mbak Erriiii... senengnya ditengokin lagi nih. Apa kabar mbak? Maaf lahir batin juga ya? *cipika cipiki*
    Soal novel, emang temanya berbeda dan ini sangat menarik sekali mbak.
    Ayo dong beli novel, jangan melototin Lee Min Ho terus mbak hehehe

    @Ade >> terimakasih yaa..

    @Ladyinthemirror >> wah ini mbak Ina dan mbak Erri janjian ya mampir kesini? Hehehe...
    Bener mbak, kisah tentang anak2 Kalimantan emang belum banyak diungkap. Yang sering kan Papua dan Belitung :)

    @Marsudiyanto >> Pak Mars juga pengen nonton filmnya? Ajak2 aku ya Pak? hehehe

    @Abed Saragih >> Iya, tulisan di atas adalah resensi dari novel 12 menit itu

    @Beni Saputra >> terimakasih banyak

    @Nurmayanti Zain >> alhamdulillah, terimakasih banyak

    @Attayaya >> bener banget, semoga berkat novel ini anak2 dari kota kecil gak perlu merasa rendah diri lagi

    @Aulawi ahmad >> aku kok malah kurang suka sherlock holmes ya? aku suka hercule poirot hehehe

    BalasHapus
  11. Jadi penasaran pengen baca bukunya

    BalasHapus
  12. artikel yang sangat indah sekali mbak

    BalasHapus
  13. Semoga di filmnya nanti cerita yang kurang nyambung atau tempelan bisa dikemas secara rapi agar yang nggak "mudengan" seperti saya ini nggak harus mikir berat

    BalasHapus
  14. iya betul mba, si Rob itu ngapain juga muncul gak nyambung begitu :)

    novel ini keren, sekeren review mb Reni deh. semoga masuk dalam 'lirikan' Nourabooks ya mba *ehemm

    BalasHapus
  15. Sepertinya akan banyak kisah motivasi di sini. 12 menit yang singkat tapi untuk mewujudkannya butuh perjuangan yang panjang.

    BalasHapus
  16. Saya baru beli bukunya, tapi bukan buat dibaca sendiri, wkwkwk, melainkan buat hadiah. Jadi kesimpulannya, ya belum baca. Jadi tentang perjuangan mewujudkan mimpi menjadi juara marching band ya... Menarik :) Jadi ingat seorang teman yang sekolah di SMA Tarakanita dan ikut marching band-nya terus beberapa kali juara hingga diundang ke pawai bunga di Pasadena. Kebayang deh serunyaaa... Tapi latihannya juga berat.

    BalasHapus
  17. calon menang lagi nih, kayaknya...

    BalasHapus
  18. tema yang unik ya mbak, jadi penasaran ...
    sejenis temanya sama laskar pelangi ya mbak,.,

    BalasHapus
  19. ditunggu filmnya nich hehehehe.....

    Salam persahabatan selalu dr MENONE

    BalasHapus
  20. wuiiih kata-katainspirasinya mengagumkan...
    Bontang bukanlah kota kecil, Bontang hanya berpenduduk kecil saja....
    padahal Bontang adalah kota yg bagus juga....
    gak macett....
    :)

    BalasHapus
  21. @Leyla Hana >> ayo mbak baca bukunya juga... seru banget lo.

    @Keke Naima >> sudah ketemu bukunya, mbak?

    @Agus Herbal >> terimakasih atas apresiasinya.

    @rida >> aku juga penasaran di film nanti cerita yang kurang nyambung itu akan jadi spt apa, soalnya buku itu kan dibuat dari skenario film mbak.

    @yadi >> thanks a lot/

    @Uniek Kaswarganti >> Aamiin... makasin banget. Semoga review mbak Uniek juga termasuk yg dilirik Nourabooks yaaa...

    @Niken Kusumowardhani >> bener banget mbak, dalam buku ini banyak sekali kisah motivasinya.

    @Miss G >> Wah yang dapat hadiah buku ini dari Mbak G pasti seneng banget... secara buku ini emang keren mbak. Begitulah, latihan yang sangat berat memberikan imbalan kemenangan yang manis :D

    @Lieshadi >> Aamiin... semoga punya mbak Lies juga bisa menang. Aamiin.

    @Puteriamirillis >> ya, mirip2 Laskar Pelangi, hanya jika Laskar Pelangi lebih fokus ke sekolah, kalao 12 Menit fokusnya kegiatan luar sekolah, mbak.

    @Yanuar catur >> hadeeehhh meskipun tebel, tapi karena asyik gak terasa lo, tahu2 udah kelar aja bacanya :D

    @Kabar Timnas >> Aaamiin... terimakasih doanya.

    @Menone >> Salam persahabatana kembali... Yuk kita sama2 tunggu launching filmnya :)

    @Dihas Enrico >> Bontang dianggap kota kecil, karena perbandingannya Jakarta. Bontang juga dianggap kota kecil, karena letaknya di Pulau Kalimantan. Itu asumsi dari pengarangnya sepertinya.

    BalasHapus
  22. mbak reni jagonya review deh pokoknya...sukses trs ya mbak :)

    BalasHapus
  23. Wah bagus banget nich hasil resensinya. Sangat kritis sekali. Salut saya :)

    BalasHapus
  24. @Mbak Lusi >> belum baca ya mbak? Semoga sempat baca suatu saat nanti, bagus soalnya :)

    @Mbak Enny >> belum jago mbak... aduh, jangan membuatku tersipu dong hehehe

    @Mbak Ririn >> masih belajar membuat resensi nih mbak... syukurlah kalau bisa dinikmati :)

    BalasHapus
  25. salam kenal mbak reni, tidak maksimal BW jadi belum banyak mengenal bloggers termasuk mbak reni, maafkan....
    wah mbak tfs untuk resensinya....saya skarang susah mencari waktu baca buku..maklum kerja kalo sampai rumah udah full untuk anak mbaca sedikit aja anaknya ngerecokin dan cari perhatian.....hahhejadinya yang ada sesi bercerita..:)

    BalasHapus
  26. Iya juga ya mak, warna sampulnya jadi 'agak' terkesan suram jadinya :)

    BalasHapus
  27. Inspiratif sekali ya, mbak cerita.....

    BalasHapus
  28. @Mama Kinan >> aku juga harus bisa meluangkan waktu utk sesi Shasa bercerita mbak. Itu juga yang membuatku juga gak bisa rajin blogwalking selama ini :)

    @Noe >> jika sampulnya lebih 'ngejreng' sepertinya asyik ya mbak

    @Jiah Al Jafara >> iya... semua perjuangan itu cuma demi 12 menit saja

    @Hariyanti Sukma >> menurutku memang sangat inspiratif mbak. Semoga mbak ada kesempatan membaca novelnya :)

    BalasHapus
  29. Tulisan yang sangat bagus, penuh makna dan ada kata mutiara yang bisa membuat saya jadi termotivasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang di dalam novel tsb banyak quote yang menginspirasi

      Hapus
  30. wah dah lama ga baca novel, resensi bagus nih... tuk mulai baca novel lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Novel ini sangat aku rekomendasikan Mas. Bagus kok.

      Hapus
  31. termkash sudah mampir di Perpust MTsN Garut, mbak Reni.
    Baca resensi ini, jadi ingin beli nih buat koleksi perpust nya. Setuju, covernya cenderung cocok buat misteri petualangan, gitu. (hehe ... sok tau)
    Oh mau difilmkan juga, ya?
    Mbak reni makin mantep aja nih tulisannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi covernya menurut Teh Annie spt misteri petualangan ya?
      Kabarnya buku ini diangkat dari skenario film... Aku jadi penasaran dg filmnya.
      Kalau gak salah yg jadi Rene si Titi Rajo Bintang, Teh.

      Hapus
  32. 12 menit kirain sapa? Hehe ternyata mbak yg satu ini ....

    Kayaknya lagi rajin banget review buku ya mbak, apalagi ada proyek nih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang akhir2 ini aku sedang rajin hilir mudik dg nama 12 Menit hehehe
      Makasih ya sudah mampir :D

      Hapus
  33. Resensi yg menarik. Jadi penasaran juga mau baca bukunya. Lama tidak maen ke sini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah mampir kesini lagi.
      Semoga sempat baca bukunya yg penuh dg motivasi ini ya

      Hapus
  34. Dibalik kesuksesan pasti ada motivator yang hebat!

    BalasHapus
  35. begitu menarik reviewnya mbak Reni seakan membaca sampai habis novel ini, bagaimana kabarnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kabar baik, Bang. Senengnya Bang Munir mampir kesini lagi. Semoga reviewnya tidak mengecewakan :)

      Hapus
  36. Wah, sepertinya bukunya bagus, yaaa...

    Saya dulu pernah berkompetisi dengan Marching Band Bontang Pupuk Kaltim, Mbak, dalam Grand Prix Marching Band (GPMB), Jakarta.

    Saat itu mereka juara. Mereka memang hebat, hehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu dia salah satu yang aku suka dari novel ini... karena novel ini diangkat dari kisah nyata! Semoga saja novel dan juga filmnya nanti benar2 bisa menginspirasi bangsa kita.

      Hapus
  37. Saya itu gak bisa bikin resensi mak, kadang terlalu terbuka kadang terlalu singkat :(

    ajarin ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba lagi aja Mak... pasti bisa. Aku aja masih rajin belajar buat resensi sampai sekarang :)

      Hapus
  38. minta izin untuk baca2 artikel diblog ini, salam perkenalan ya bu, semoga terjalin panjang tali silaturmi

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)