Minggu, 15 Juni 2014

(Bukan) Salah Waktu : Beratnya Memikul Beban Masa Lalu



Judul : (Bukan) Salah Waktu
Penulis : Nastiti Denny
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2013 (Desember)
Kategori : Fiksi
Tebal : viii + 248 halaman
ISBN : 978-602-7888-94-4

Saat Sekar memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya dia dihadapkan pada kenyataan bahwa dia tak cakap menjadi ibu rumah tangga dan justru tergantung pembantu rumah tangganya. Masalah lain muncul saat rahasia tentang perceraian orang tuanya yang disembunyikan Sekar dari suaminya selama 2 tahun pernikahan mereka terbongkar secara tak sengaja. Hal itu tentu saja membuat Prabu (suaminya) kecewa dan sakit hati.

Selanjutnya Sekar dikejutkan oleh informasi tentang masa lalu suaminya. Benarkah Prabu telah memiliki anak sebelum pernikahan mereka? Sanggupkah Sekar dan Prabu menerima masa lalu sebagai bagian dari kehidupan mereka? Ataukah mereka bertahan untuk terus menyembunyikan masa lalu dan menganggapnya tak pernah ada?

Membaca Novel karya Nastiti Denny ini membuatku geregetan. Bagaimana tidak, pembaca sudah langsung dihadapkan pada misteri dan berbagai masalah sejak Bab1! Di bab-bab berikutnya kisah hidup Sekar dan Prabu bukannya makin membaik, namun justru kian memburuk. Meski beberapa masalah dan misteri diurai satu per satu, namun muncul masalah-masalah lainnya.

Penulis pandai mempermainkan emosi pembaca dengan membuat pembaca dibuat geregetan oleh sikap Sekar dan Prabu. Hal ini justru mengikat pembaca untuk bisa mengetahui bagaimana endingnya!

Salut untuk penulis yang mampu meracik kisah rumah tangga dengan menarik, dan mampu menyelipkan pelajaran berharga bagi pembacanya. Meski novel ini menyajikan banyak masalah serius, namun sesekali penulis mampu menyelipkan humor di dalamnya: “Ia baru tahu konspirasi heater dan gasnya hari ini ternyata disponsori oleh obat flu!” (hal. 43).

Quote menarik yang patut dicatat dalam novel ini salah satunya muncul dari penuturan seorang pembantu rumah tangga bernama Mbok Ijah: “Intinya, siapa yang membutuhkan Mbok, ya, Mbok bantu. Urusan masa lalu ndak Mbok pikirkan lagi. Ndak bisa diulang, lalu diperbaiki juga kan? Buat apa dipikir terus. Malah jadi dendam. Ngerusak badan sendiri.” (hal. 135)

Alur maju mundur yang digunakan dalam novel ini sangat membantu pembaca mengetahui masa lalu kedua tokohnya. Sedangkan untuk penampilan novel ini, aku harus angkat jempol. Ilustrasi sampulnya bagus dan bersih. Editingnya rapi tanpa salah ketik di dalamnya. Layoutnya juga bagus.

Kekurangan dalam novel ini adalah inkonsistensi:
  1. Profesi Ayah Prabu. Pada halaman 13-14 dituliskan sebagai direktur di sebuah perusahaan minyak, namun setelah pensiun membuka kantor konsultan dan menjadi pemilik beberap vila di Puncak. Pada halaman 108 sebagai orang yang pernah memegang jabatan penting di Badan Pertanahan.
  2. Pada halaman 19 setelah Sekar marah pada suaminya yang telah 3 malam pulang terlambat, dia berkata berkata bahwa “besok” dia akan jalan dengan Mira, sehinggga tak bisa menemani Prabu makan malam. Namun di halaman 21 diceritakan Sekar senang kemarahannya membuahkan hasil, sehingga 2 hari terakhir Prabu pulang kantor tepat waktu. Dan baru pada hari ketiga (setelah kemarahannya itu) Sekar jalan bersama Mira dan Sisie.
  3. Yasmina dan Sekar adalah 2 orang yang sama (hal. 143) namun di halaman 236 digambarkan bahwa Yasmina dan Sekar adalah 2 orang yang berbeda seolah Yasmina adalah nama anak kedua Bu Yani (adik Langit).

Kemunculan nama Alex 2 kali dalam novel ini juga sempat membuat bingung : sebagai ayah Sekar dan sebagai mantan kaki tangan Seno. Mengapa tak dicarikan nama yang berbeda?

Aku memberi nilai 4/5 untuk novel ini.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Review Novel (Bukan) Salah Waktu yang diselenggarakan oleh Kampung Fiksi bekerjasama dengan Penerbit Bentang Pustaka


11 komentar:

  1. cukup bagus kalau dilihat dari reviewnya mbak, pasti waktu baca jadi penasaran ya karena mundur maju alurnya, untung aja gak cape ya mbak ren hehehe. Jadi inget temenku loh nama ayah dan nama suaminya sama

    BalasHapus
  2. waaah...jadi pengen bacaaa :D...ada yang mau kirimin e-booknya ngg yaaa :D...

    BalasHapus
  3. kisah sekar dan prabu yang sangat menarik..yang terjebak dalam perangkap masa lalu....
    selamat berlomba...semoga menjadi yang terbaik....
    keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)

    BalasHapus
  4. wah, saya juga pernah nge-review buku ini, dan saya juga menyoroti kekurangan buku di bagian inkonsistensi fakta.. ternyata memang inkonsistensinya terlihat jelas banget, ya, sangat disayangkan :)

    BalasHapus
  5. mbak reni kalau buat review mesti ciamik,,,pantesan selalu menang emak satu ini,,satu kata buat mbak reni,,,hebat

    BalasHapus
  6. udah baca review buku ini di blog Mak Uniek, sekarang di sini. Jadi semakin penasaran sama bukunya :)

    BalasHapus
  7. Novel yang mendidik, dalam menjalani hidup ini

    BalasHapus
  8. kalo langsung baca atau di jadikan suatu FTV kayanya seru banget nih bu, saya aja baru baca sedikit ringkasan nya sudah merasa menantang dan ingin membacanya langsung hehe

    BalasHapus
  9. Setiap membaca review2 buku dan novel oleh Mbak Reni, selalu menggelitik hati untuk membaca buku/novel yang direview deh. Keren! Sukses ya, Mbak... Slmt menjalankan ibadah puasa yaaa. Semoga tetap sehat dan penuh semangat!

    Saleum,
    Alaika

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)