Akhirnya, mau tak mau, suka tidak suka... corona virus disease 2019 atau biasa disingkat dengan covid-19 datang juga di Indonesia sejak Maret 2020 yang lalu. Aku ingat sekali, di awal bulan Maret 2020 itu aku dan kawan-kawan ditugaskan untuk mengikuti Diklat di Yogyakarta. Masing-masing kami saat itu dibekali masker oleh pimpinan dengan alasan kuatir di Yogyakarta corona sudah tersebar.
Benar saja, selama kami seminggu menjalani diklat di Yogyakarta ada berita bahwa ada pasien covid-19 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Kabar tersebut membuat kami semakin berhati-hati, sehingga saat pulang kembali ke Madiun kami semua sudah tak berani lepas masker sejak dari keluar gedung diklat dan selama dalam kereta api. Masker baru kami lepas setelah kami sampai kembali ke Madiun.
Selang 2 hari kemudian, Shasa yang sedang kuliah di Yogyakarta pulang karena ada pengumuman dari pihak kampus bahwa selama 2 minggu ke depan kuliah akan dilaksanakan secara online. Ternyata, terjadi perubahan karena perkembangan kasus pasien covid-19 semakin tinggi. Apalagi guru besar di kampus Shasa juga menjadi korban meninggal dari covid-19 ini. Atas perkembangan itu, kampus Shasa memutuskan untuk melakukan kuliah online sampai akhir semester genap Tahun 2019/2020.
Shasa yang menjalani kuliah online selama beberapa minggu ini mengeluh karena tugas yang luar biasa banyak. Kondisi itu tentu membuat stress, apalagi ditambah dengan harus #dirumahsaja yang membuatnya jenuh. Bisa dimaklumi, kuliah online dalam masa pandemi covid-19 ini membuat dunia Shasa semakin sempit. Semua dilakukan di kamar, mulai dari kuliah online, mengerjakan tugas, diskusi kelompok sampai dengan rapat. Jika kemudian dia merasa jenuh, tertekan dan stress sangat bisa dimaklumi. Wajar jika kemudian dia merindukan bisa kuliah offline lagi seperti dulu, bisa ke kampus, bisa ketemu teman-temannya dan bisa pergi kemanapun dia suka.
Kelemahan lain dari kuliah online itu tentu saja pada kuota internet. Selama kuliah online tentunya memakan banyak kuota internet, untuk kuliah, mencari bahan untuk tugas, untuk rapat dan sebagainya. Beruntung pihak fakultas memberikan bantuan kuota internet untuk mahasiswa bidik misi dan mahasiswa reguler. Masalah kuota internet sudah ada solusinya, namun masih ada 1 lagi kendala yaitu signal. Bisa dibayangkan betapa stressnya saat harus mengikuti kuliah online tetapi tiba-tiba sinyal hilang. Atau saat deadline pengiriman tugas ternyata signal tidak mau nongol.
Buatku yang tetap harus masuk kerja setiap hari dalam masa pandemi covid-19 ini juga tak kalah ribetnya. Bisa dikatakan bahwa 2 bulan awal di masa pandemi covid-19 (antara bulan Maret sampai dengan April 2020) begitu banyak peraturan/kebijakan/surat edaran dan sebagainya yang harus dipedomani dan dilaksanakan di masa pandemi covid-19 ini. Begitu banyak hal yang harus dirubah atau disesuaikan guna menyikapi pandemi covid-19 ini. Namun, pelaksanaannya ternyata tak bisa maksimal karena kebijakan work form home (WFH).
Ya, ternyata di beberapa kantor anjuran untuk work from home (WFH) juga menyisakan masalah. Tak semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah dan (yang tak bisa dipungkiri) bekerja dari rumah sejujurnya tidak efektif karena ada beberapa pekerjaan yang tak bisa dilakukan dari rumah dan mindset kebanyakan pegawai bahwa di rumah itu libur. Tak semua orang bisa bekerja dari rumah. Kondisi tersebut menyebabkan pelaksanaan tugas menjadi tidak maksimal.
Yang jelas, ketidakjelasan kapan pandemi covid-19 ini berakhir memang menjadi tekanan tersendiri. Tak semua orang betah dan mau untuk #dirumahsaja. Sehingga masih banyak ditemukan orang-orang yang berlalu lalang di berbagai ruas jalan ataupun di tempat-tempat publik lainnya. Anjuran untuk menggunakan masker juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Bagi sebagian orang, memakai masker itu membuat sesak nafas sehingga mereka menolak untuk memakai masker. Larangan untuk bergerombol semakin sulit lagi, karena pada dasarnya masyarakat kita suka bergerombol.
Harapanku, semoga saja masa pandemi covid-19 ini segera berlalu. Sudah terlalu banyak masyarakat yang kena dampak dari pandemi ini. Sudah sekian banyak orang menjadi korban virus ini saat menjalankan tugasnya. Sudah begitu banyak waktu, tenaga dan uang yang tercurahkan untuk mengatasi pandemi ini. Semoga saja banga dan negara ini dapat melewati cobaan ini dengan baik. Aamiin.
Benar saja, selama kami seminggu menjalani diklat di Yogyakarta ada berita bahwa ada pasien covid-19 di RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Kabar tersebut membuat kami semakin berhati-hati, sehingga saat pulang kembali ke Madiun kami semua sudah tak berani lepas masker sejak dari keluar gedung diklat dan selama dalam kereta api. Masker baru kami lepas setelah kami sampai kembali ke Madiun.
Selang 2 hari kemudian, Shasa yang sedang kuliah di Yogyakarta pulang karena ada pengumuman dari pihak kampus bahwa selama 2 minggu ke depan kuliah akan dilaksanakan secara online. Ternyata, terjadi perubahan karena perkembangan kasus pasien covid-19 semakin tinggi. Apalagi guru besar di kampus Shasa juga menjadi korban meninggal dari covid-19 ini. Atas perkembangan itu, kampus Shasa memutuskan untuk melakukan kuliah online sampai akhir semester genap Tahun 2019/2020.
Shasa yang menjalani kuliah online selama beberapa minggu ini mengeluh karena tugas yang luar biasa banyak. Kondisi itu tentu membuat stress, apalagi ditambah dengan harus #dirumahsaja yang membuatnya jenuh. Bisa dimaklumi, kuliah online dalam masa pandemi covid-19 ini membuat dunia Shasa semakin sempit. Semua dilakukan di kamar, mulai dari kuliah online, mengerjakan tugas, diskusi kelompok sampai dengan rapat. Jika kemudian dia merasa jenuh, tertekan dan stress sangat bisa dimaklumi. Wajar jika kemudian dia merindukan bisa kuliah offline lagi seperti dulu, bisa ke kampus, bisa ketemu teman-temannya dan bisa pergi kemanapun dia suka.
Kelemahan lain dari kuliah online itu tentu saja pada kuota internet. Selama kuliah online tentunya memakan banyak kuota internet, untuk kuliah, mencari bahan untuk tugas, untuk rapat dan sebagainya. Beruntung pihak fakultas memberikan bantuan kuota internet untuk mahasiswa bidik misi dan mahasiswa reguler. Masalah kuota internet sudah ada solusinya, namun masih ada 1 lagi kendala yaitu signal. Bisa dibayangkan betapa stressnya saat harus mengikuti kuliah online tetapi tiba-tiba sinyal hilang. Atau saat deadline pengiriman tugas ternyata signal tidak mau nongol.
Buatku yang tetap harus masuk kerja setiap hari dalam masa pandemi covid-19 ini juga tak kalah ribetnya. Bisa dikatakan bahwa 2 bulan awal di masa pandemi covid-19 (antara bulan Maret sampai dengan April 2020) begitu banyak peraturan/kebijakan/surat edaran dan sebagainya yang harus dipedomani dan dilaksanakan di masa pandemi covid-19 ini. Begitu banyak hal yang harus dirubah atau disesuaikan guna menyikapi pandemi covid-19 ini. Namun, pelaksanaannya ternyata tak bisa maksimal karena kebijakan work form home (WFH).
Ya, ternyata di beberapa kantor anjuran untuk work from home (WFH) juga menyisakan masalah. Tak semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah dan (yang tak bisa dipungkiri) bekerja dari rumah sejujurnya tidak efektif karena ada beberapa pekerjaan yang tak bisa dilakukan dari rumah dan mindset kebanyakan pegawai bahwa di rumah itu libur. Tak semua orang bisa bekerja dari rumah. Kondisi tersebut menyebabkan pelaksanaan tugas menjadi tidak maksimal.
Yang jelas, ketidakjelasan kapan pandemi covid-19 ini berakhir memang menjadi tekanan tersendiri. Tak semua orang betah dan mau untuk #dirumahsaja. Sehingga masih banyak ditemukan orang-orang yang berlalu lalang di berbagai ruas jalan ataupun di tempat-tempat publik lainnya. Anjuran untuk menggunakan masker juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Bagi sebagian orang, memakai masker itu membuat sesak nafas sehingga mereka menolak untuk memakai masker. Larangan untuk bergerombol semakin sulit lagi, karena pada dasarnya masyarakat kita suka bergerombol.
Harapanku, semoga saja masa pandemi covid-19 ini segera berlalu. Sudah terlalu banyak masyarakat yang kena dampak dari pandemi ini. Sudah sekian banyak orang menjadi korban virus ini saat menjalankan tugasnya. Sudah begitu banyak waktu, tenaga dan uang yang tercurahkan untuk mengatasi pandemi ini. Semoga saja banga dan negara ini dapat melewati cobaan ini dengan baik. Aamiin.
Amiin, semoga badai ini segera berlalu, Stay Safe ya Mba
BalasHapusAaminn...
BalasHapusThanks for sharing
BalasHapusvisit our website
ittelkom jakarta