Senin, 19 Agustus 2013

#12 Review : The Hobbit



Judul : The Hobbit
Pengarang : J.R.R. Tolkien
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : kedelapan (Januari 2013)
Halaman : 352 halaman
Harga : Rp. 33.600 (diskon)

Pada zaman sekarang, perlu diterangkan apa sebenarnya hobbit itu. Sebab sekarang hobbit sudah jarang terdapat, serta takut kepada Makhluk Besar, sebagaimana mereka menyebut kita. Mereka ini sejenis orang kerdil. Tinggi badannya separuh tinggi badan kita, dan lebih kecil daripara Kurcaci yang berjanggut. Hobbit tidak berjanggut.... Biasanya perut mereka agak buncit. Pakaian mereka berwarna cemerlang, terutama hijau dan kuning. Mereka tidak bersepatu. Telapak kaki mereka sudah keras seperti sol sepatu kulit, dan kaki mereka ditumbuhi rambut cokelat keriting, seperti rambut kepala mereka. Jari mereka panjang-panjang dan muka mereka merah.

Itulah gambaran tentang hobbit, tokoh utama dalam novel ini. Sebagaimana hobbit pada umumnya, Bilbo Baggins terbiasa hidup nyaman dan tenang di Bag End. Kenyamanan itu suatu hari berubah karena Gandalf si penyihir membawa 13 kurcaci ke rumahnya. Selanjutnya, Bilbo terpaksa melakukan petualangan menantang maut (yang sebenarnya tak diinginkannya), karena mengikuti 13 kurcaci yang bertekad untuk merebut kembali harta mereka yang telah dikuasai oleh Smaug, seekor naga raksasa yang sangat berbahaya.

Sejak awal Gandalf si penyihir telah meyakinkan ke-13 kurcaci tersebut bahwa Bilbo adalah pilihan yang tepat untuk mensukseskan misi mereka. Walau di awal-awal perjalanan mereka, para kurcaci meragukan kemampuan Bilbo, namun belakangan ternyata omongan Gandalf terbukti. Bilbo mampu beberapa kali membantu para kurcaci saat mereka dalam kesulitan.

Namun, perjuangan merebut harta para kurcaci memang tidak mudah. Mereka harus berhadapan dengan troll, goblin, warg dan juga smaug. Mereka juga harus melewati hutan berbahaya dan terlibat dalam peperangan. Yang tak kalah menegangkan adalah saat Bilbo (seorang diri) berhadapan dengan Gollum dan harus bermain teka-teki melawan Gollum dengan nyawa sebagai taruhannya.

Sepanjang membaca novel ini aku terus menerus merasa tegang dan deg-degan. Aku selalu saja khawatir bahaya apa yang akan menghadang dalam petualangan mereka. Di saat aku bisa sedikit bernafas lega karena mereka terbebas dari bahaya, tapi segera saja bahaya selanjutnya (yang lebih besar) sudah menghadang. Sehingga aku rasanya ingin segera menuntaskan membacanya, karena ingin segera tahu endingnya.

The Hobbit ini adalah buku keempat dari karya J.R.R. Tolkien yang aku baca, setelah Trilogi The Lord of The Ring. Karena sebelumnya aku sudah menuntaskan membaca Trilogi Lord of The Ring dan juga sudah beberapa kali menyaksikan film dari Trilogi The Lord of The Ring, maka aku bisa membaca The Hobbit dengan lebih "mudah". Berbeda saat aku pertama kali membaca Trilogi Lord of The Ring, aku sedikit kesulitan membentuk gambaran tentang tokoh-tokoh fantasi karya J.R.R. Tolkien ini.

Kekuatan novel ini adalah deskripsinya yang detil, seperti deskripsi tentang hobbit seperti yang tertuang di awal. Selain itu, penggambaran lokasi dan kejadian juga cukup detil, sehingga pembaca serasa berada di lokasi kejadian dan menyaksikan sendiri secara langsung. Hal ini tentu sangat menguntungkan ketika novel ini diangkat ke layar lebar. Namun, sayang sampai sekarang aku belum pernah menyaksikan filmnya.

Penambahan peta di halaman depan juga membantuku untuk mengikuti perjalanan Bilbo dan para kurcaci. Aku bahkan rela untuk bolak-balik membuka peta itu setiap kali rombongan pencari harta itu memasuki daerah baru. Dengan begitu, aku benar-benar bisa "melihat" seberapa jauhnya perjalanan yang mereka tempuh.

Meskipun, novel ini diterbitkan pertama kali oleh Gramedia tahun 2002 yang lalu, namun aku baru sempat membeli dan membacanya pada cetakan kedelapan : Januari 2013. Dan, sampai sekarang masih penasaran apakah filmnya sudah ditayangkan di stasiun televisi karena aku sangat ingin menontonnya.

Singkat kata, bagiku novel ini sangat menarik untuk dibaca.

15 komentar:

  1. harganya kok cukup terjangkau tuh mbak, di diskon berapa yak?

    BalasHapus
  2. duh, aku ketinggalan ternyata. gak nyangka mbak reni juga suka fantasy :)
    Kereeennn....
    aku tau hobbit itu di LOTR. Lucu ngeliatnya, mungil2 gitu. Tapi belom baca novelnya.
    masukin list dulu aja ah.. XD~~

    BalasHapus
  3. Suami saya juga suka novel macam ini mak. Seru ya. Sy kadang2 suka membayangkan ... bagaimana ya kalo mereka ada?

    Oya mak. Ini alamat sanggar pemulung di Makassar:

    Sanggar Pabbata Ummi
    Jl. Amd Borong Jambu TPAS Tamangapa No. 4
    Makassar

    Mewakili saudara2 saya di sana, saya ucapkan terimakasih sebelumnya ya mak.

    BalasHapus
  4. Saya sudah nonton filmnya nih bu hehe

    BalasHapus
  5. tapi kayanya kalo di sajikan dalam bentuk film lebih seru tuh

    BalasHapus
  6. lebih mantabh novelnya daripada filmnya...
    saya blm pernah baca novelnya cm pernah liat filmnya dan gak terlalu bagus...
    monoton...

    BalasHapus
  7. sy langsung keingetan sm Lord of the ring :D

    BalasHapus
  8. tokohnya the Hobbit sama dgn yg di LOTR ya Mbak.

    #maaf lahir batin utk semuanya, jg ritme BeWe saya yg msh amburadul

    BalasHapus
  9. aku sudah nonton filmnya, tapi belum baca novel-nya... :-)

    BalasHapus
  10. aku sudah baca ini pas aku SMP hihihiy

    BalasHapus
  11. saya belum baca yang ini Mbak, pengin beli gak jadi-jadi, filmnya juga belum nonton

    BalasHapus
  12. saya sudah nonton filmnya di bioskop.. keren sekali.. tapi kalau di buku, mungkin baru sampai halaman sepertiganya... jadi gak sabar nonton sekuel filmnya nanti desember :D

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)