Sabtu, 19 Oktober 2013

#17 Review : Keira, Sebuah Elegi Kehidupan


Judul : Keira, Sebuah Elegi Kehidupan
Penulis : Rifka Nida dan Papa V2
Penerbit : Mindshare Publishing
Tahun : 2012
Tebal : 109 halaman

"Ketika hidup menjadi elegi, akan kunanti pelangi. Sebab, meski datangnya setelah hujan, pelangi adalah ketenangan dan keindahan", Keira Adam.

Itulah kalimat pertama yang menyambutku di prolog dari buku ini. Terus terang, saat menerima buku ini aku sudah tertarik dengan covernya yang bergambar seorang wajah wanita (Keira). Gambar berwarna hitam putih dan judul buku tertulis dengan warna merah. Dan simbol di pojok kanan bawah adalah "pemberitahuan" kepada pembaca tentang isi dari buku ini.

Keira Adam, yang masih berduka atas kematian suaminya 2 bulan lalu, dihadapkan pada duka yang baru. Dia divonis mengidap HIV. Dunia terasa gelap baginya, bahkan Allah pun dirasa tak adil terhadapnya. Beban hidup Keira kian berat, bukan saja untuk membiayai pengobatannya tapi juga kelangsungan hidupnya dan anak semata wayangnya, Keanu.

Hidup tak lagi mudah bagi Keira. Karirnya yang sudah mapan di bidang advertising mulai goyah karena kondisi fisiknya yang naik turun. Cibiran dan pandangan negatif dari tetangga harus diterimanya. Bahkan, Keanu pun harus menerima ejekan dari teman-temannya karena mengetahui status ibunya sebagai penderita AIDS.

Cerita yang menempatkan Keira sebagai orang pertama (kecuali bab terakhir yang menempatkan Keanu sebagai orang pertama) mengalir lancar. Alur maju memudahkan pembaca mengikuti perjalanan hidup Keira. Meski buku ini hanya setebal 109 lembar, namun cukup mampu menceritakan pergolakan batin Keira saat divonis mengidap HIV. Hanya saja, pergolakan batin itu akan lebih mantap jika bisa digambarkan lebih dalam. Selain itu, cerita tentang proses Keira akhirnya bisa menerima kenyataan bahwa dia tertular virus mematikan itu dari almarhum suaminya kurang tereksploitasi. Padahal, kenyataan tentang pengkhianatan suaminya sama menyakitkannya dengan kenyataan divonis tertular HIV.

Aku merasa ada 2 bab yang judulnya kurang menggambarkan isinya. Yang pertama adalah bab 3 : Jawaban yang tertunda. Jawaban yang dimaksud itu adalah kepastian apakah Keanu juga tertular virus HIV itu. Namun dalam bab 3 sebenarnya jawaban itu bisa langsung diterima oleh Keira, tanpa tertunda oleh apapun.

Yang kedua adalah Bab 4 : Elegi Kerinduan. Aku tak menemukan kerinduan yang dirasakan Keira dalam bab 4 ini. Cerita yang menyangkut almarhum suami malah tentang upaya Keira membuka tabir masa lalu suami mengapa sampai bisa terkena virus mematikan itu. Jika menyangkut perkenalan Keira dengan Dani, sampai bab 4 berakhir tak muncul kerinduan karena Keira masih menghindar untuk berkenalan dengan Dani.

Karena buku ini ditulis oleh 2 orang, Rifka Nida dan Papa V2, maka mau tak mau aku menemukan sedikit perbedaan gaya bahasa. Memang perbedaan itu tak terlalu menonjol, namun terkadang aku menemukan tulisan dengan gaya bahasa yang indah, namun di saat lain aku menemukan tulisan dengan gaya bahasa yang sangat lugas. Tapi hal ini sama sekali tidak mengganggu jalannya cerita.

Yang menarik dari buku ini adalah pada setiap awal bab selalu dimulai dengan sajak yang indah. Dan, yang pasti buku ini bersih dari typo! Hanya ada beberapa kalimat dalam sebuah alinea yang tidak "rata kanan". Selebihnya sama sekali tak ada kesalahan yang mengganggu keasyikan pembaca menikmati buku ini.

Desain sampul sederhana dan minimalis. Warna hitam dan putih mewakili warna kesayangan salah satu penulisnya : Rifa Nida (kalau aku gak salah hehehe). Bahkan sampul belakang benar-benar berwarna hitam polos, tanpa ada sinopsis dan endorsement seperti buku-buku kebanyakan.

Hasil cetaknya juga bersih dan sederhana, dalam arti kertasnya putih dan tak ada hiasan apapun di dalam buku ini. Berbeda sekali dengan tampilan beberapa buku yang aku baca belakangan ini, yang bagian dalam buku selalu penuh dengan 'hiasan'.

Yang aku suka, pada Bab 9 : Metamorfosis aku menemukan banyak sekali kalimat-kalimat inspiratif, yang disampaikan Keira kepada Keanu. Beberapa kalimat yang aku suka adalah :

Kutanamkan padanya bahwa tak selamanya hidup itu mudah. Sekali dua kali kita harus menyingkirkan bongkahan batu kecil atau besar yang menghalangi jalan kita. Untuk bisa menyingkirkannya, terlebih dahulu kita harus memiliki kekuatan dan mengetahui caranya. Jika tidak, alih-alih kita terbebas, batu itu malah menimpa kita (Hal. 82)

Bahwa tak selamanya orang yang mencibir kita akan merasa senang dan menang, perjuangan kita yang akan memperlihatkan siapa pemenangnya. Teruslah berjalan menatap masa depan. Biarkan dan tinggalkan saja yang sudah berlalu. (Hal. 82-83)

Aku sarankan buku ini dibaca oleh orang-orang yang sudah dewasa, karena ada satu bab di dalamnya yang memuat kenangan 'romantis' suami istri. Walau kenangan itu sudah diupayakan dikemas dengan sesopan mungkin, tapi menurutku tetap saja sebaiknya jangan dibaca oleh anak-anak.

Sampai buku ini selesai aku baca, aku masih penasaran bagaimana kedua penulis berbagi "peran" dalam menyusun buku ini. Tapi bagaimanapun peran itu, yang jelas kedua penulis telah berhasil menyusun sebuah kisah yang utuh dan menyatu. Dan, aku harus mengakui bahwa aku dibuat terharu luar biasa saat membaca bab terakhirnya! Salut untuk kedua penulisnya....

Coretan dari Mbak Rifda untukku

24 komentar:

  1. Hmm.. jadi inget tema MFF yg tribut to Freddy Mercury kemaren Mbak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh MFF yg terbaru juga tentang HIV AIDS ya?

      Hapus
    2. Freddy Mercuri (mendiang) sudah saya kenal lagu lagunya sejak saya duduk di bangku SMP di era thn 1980 kalau nda salah. Salah satu lagu fenomenal yang saya tau adalah BOHEMIAN RHAPSODY terutama di bagian koor yang bersahut sahutannya itu,. Very cool

      Hapus
    3. Wah, sepertinya Kang Asep ini umurnya gak jauh2 dariku deh... hehehe

      Hapus
  2. aih jadi inget belum bikin ripiu buku T__T
    Ibu lagi rajin bikin ripiu yah :D
    Ripiu kali ini sukaa dan membuat saya jadi pengen baca jugaa..
    Happy wiken bu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Review kali ini pesenan Ran... penulisnya minta aku membuatkan review buku itu.
      Semoga saja hasilnya ga mengecewakan hehehe

      Hapus
  3. hmmm.....bakalan akan banyak nih penulis mempercayai mbak Reni utk mereview buku mereka.
    karena reviewnya mbak Reni bikin penasaran utk membaca lanjutannya....^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Sukma penasaran pengen baca lanjutannya? Ayo kalau gitu segera cari bukunya dan temukan jawabannya mbak... hehehe

      Makasih utk dukungan mbak Sukma kepadaku selama ini ya?

      Hapus
  4. Makasih, Bu, untuk ulasan yang objektif dan membangun ini. Saya lagi nyusun buku ketiga (dan keempat - paralel). Nanti kalo udah jadi diulas lagi ya, Bu :) makasih buanyak pokoknya, Bu, ulasan ini berarti banget buat saya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Rifka, makasih sekali telah memberikan kepercayaan padaku untuk menuliskan reviewnya. Semoga hasilnya gak mengecewakan ya?
      OMG... sekarang sudah nyusun 2 buku sekaligus? Hebat sekali...
      Aku akan dengan sangat senang hati menuliskan reviewnya (asalkan aku bisa melakukannya) hehehe.
      Sukses terus untukmu mbak... :)

      Hapus
  5. Harus belajar banyak nih dari mbak Reni, mantab mbak reviewnya.. membuat orang penasaran dan pengen baca juga jadinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak jika review yang aku buat diapresiasi dengan baik :)
      Yuk, kita sama2 belajar membuat review

      Hapus
  6. wah dapet tandatangan penulisnya ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, buku itu emang aku dapatkan langsung dari mbak Rifda karena mbak Rifda memintaku untuk membuatkan review-nya.

      Hapus
  7. life is full of struggle
    keep spirit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget Bang.. kita kudu tetap semangat.
      Apa kabar, Bang?

      Hapus
  8. wow detil mbak .. penulis2 harus hati2 karena ada peresensi seperti mbak Reni ini yang akan dengan teliti menemukan kekurangan mereka.

    Setuju ... soal rindu .. mestinya pembaca merasakan pula kerinduan di ceritanya. Kalo saya membacanya, saya pun akan seperti mbak Reni, mencoba merasakan isi tulisan itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak terimakasih banyak utk apresiasinya atas reviewku, kebetulan penulisnya yang langsung memintaku untuk membuatkan review atas buku hasil karyanya mbak.

      Aku biasanya akan sangat "bawel" membuat review buku jika di dalamnya aku temukan banyak typo. Soalnya aku ingin "membantu" pihak penerbit utk menunjukkan kesalahan ketik yang aku temukan, sehingga jika diterbitkan lagi sudah dalam edisi revisi, sehingga lebih baik lagi.

      Hapus
  9. hai, boleh minta emailnya untuk kerjasama?

    BalasHapus
  10. mayan nih mbak nambahin referensi buku

    BalasHapus
  11. Tulisannya bagus2, mbak...trims ya udah sharing.
    Salam kenal dan kalau sempat mampir balik ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir... semoga saja dalam waktu dekat bisa berkunjung balik ya? :)

      Hapus
  12. tulisannya bagus ibu.., jarang-jarang loh ada yang kaya gini..

    join blog saya yah ibu.. :)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)