Kamis, 29 Mei 2014

[Resensi Buku Say: No, Thanks] Agar Remaja Tak Tergoda Miras


credit

Judul : Say: No, Thanks
Penulis : Fahira Idris
Co-Writer : Sofie Beatrix & dr. Tamam Jauhar
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
Tebal : viii + 219 halaman
ISBN : 978-602-03-0324-6
Harga : Rp. 58.000

Buku Say: No, Thanks karya Fahira Idris ini dibuat berdasarkan keprihatinan yang mendalam akan maraknya peredaran minuman keras (miras) dan minuman beralkohol (minol) di masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa minuman dengan kadar alkohol lebih dari 5% disebut dengan minuman keras. Sedangkan minuman dengan kadar alkohol kurang dari 5% disebut dengan minuman beralkohol (hal. 155). Yang jelas, miras itu adalah minuman ber-alkohol yang di dalamnya mengandung etanol. Efek dari etanol itu adalah bersifat psikoaktif, yaitu dapat secara aktif mempengaruhi kejiwaan si peminum. Akibatnya orang yang mengonsumsi miras akan mengalami Gangguan Mental Organik atau GMO (hal. 3)

Kondisi pada saat ini adalah masyarakat kian mudah menemukan miras karena penjualannya kian terbuka dan menjamur di berbagai minimarket. Dengan makin maraknya minimarket di berbagai tempat, maka “penyebaran” miras pun makin meluas sampai ke pelosok-pelosok. Yang memprihatinkan adalah pembelinya yang terbanyak adalah anak-anak dan/atau remaja yang berusia di bawah 21 tahun.

Mengapa anak-anak dan/atau remaja dapat membeli miras dengan mudah? Penyebab utamanya adalah harganya yang relatif murah. Selain itu mereka dapat dengan mudah membelinya. Selama ini minimarket di lingkungan kita tak mempunyai kontrol sosial dan tanggung jawab moral terhadap anak bangsa. Mereka menjual miras pada anak-anak, tanpa terlebih dahulu menanyakan kartu identitasnya untuk memastikan usianya sudah pantas membeli miras dan minol tersebut.

Menyikapi hal tersebut, perlu keaktifan masyarakat dan pemerintah untuk melawan miras ini. Pemerintah perlu segera mengesahkan peraturan tentang miras dan penegakan hukumnya. Selain itu pemerintah juga perlu mengendalikan penjualan miras sekaligus kepemilikan miras di dalam masyarakat. Bahkan bila perlu pajak miras dinaikkan sehingga harga jual miras semakin mahal, agar para remaja tak lagi dapat membelinya dengan mudah.

Di lain pihak, masyarakat perlu melakukan kontrol sosial dan melakukan aksi kampanye anti-miras. Orang tua pun perlu membekali anak-anaknya dengan ilmu agama yang mendalam agar anak-anak tak mudah tergoda oleh miras. Selain itu, anak-anak juga perlu mendapatkan informasi yang cukup tentang bahayanya miras, agar mereka tak coba-coba mengonsumsi minuman berbahaya tersebut.

Saat ini telah muncul Gerakan Nasional Anti-Miras (GENAM) yang dipelopori oleh Fahira Idris. Gerakan ini bertujuan untuk melindungi remaja dari bahaya miras di usia remaja (hal. 138). Gerakan ini muncul sebagai salah satu bentuk keprihatinan masyarakat akan bahaya miras bagi para remaja, sekaligus sebagai upaya untuk menjauhkan remaja dari pengaruh miras yang kian hari kian tak terbendung itu.

Gerakan Nasional Anti-Miras ini perlu didukung mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan dari para pecandu miras. Tentu saja bagi para remaja pecandu miras akan mengalami gangguan, bukan saja fisiknya namun juga mentalnya. Selain itu, masyarakat juga akan menerima akibat dari para pecandu miras tersebut. Hampir setiap hari diberitakan berbagai tindak kriminal yang sebagian besar terjadi akibat pengaruh dari miras. Yang memprihatinkan berbagai tindakan kriminal itu dilakukan oleh para remaja yang tanpa sengaja berbuat kejahatan karena dalam pengaruh miras.

Kelebihan

Salah satu daya tarik utama buku ini adalah pengemasannya yang “anak muda banget”. Karena niat awal penulis membuat buku ini untuk memberikan informasi dan edukasi kepada para remaja tentang bahaya miras, maka penulis telah dengan cerdik menggunakan 2 orang co-writer untuk menerjemahkan ide-ide penulis ke dalam bahasa anak muda. Hasilnya, isi buku ini benar-benar disajikan dalam bahasa anak muda atau bahasa gaul, sehingga pembaca dapat lebih mudah menerima isinya karena buku ini jauh dari kesan menggurui. Selain itu, banyaknya ilustrasi lucu di dalam buku ini membuat pembaca makin mudah memahami pesan yang ada dalam buku ini.

Isi buku memuat banyak informasi seputar miras secara lengkap dan detil. Mulai dari sejarah miras (hal. 26), mitos seputar miras (hal. 8), penyebab seorang anak bisa menjadi pecandu miras (hal. 19), gejala-gejala GMO (hal. 3), tanda-tanda kecanduan miras (hal. 48) sampai dengan efek negatif dari kecanduan miras (diulas beberapa kali di beberapa halaman). Ada juga pembahasan soal larangan minum minuman keras dipandang dari berbagai agama (hal. 55). Selain itu disampaikan juga informasi tentang Gerakan Nasional Anti-Miras (GENAM) serta berbagai kegiatannya (hal. 138), juga informasi tentang apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk bisa mendukung GENAM tersebut (hal. 23, hal. 144, hal. 160). Oya, penulis juga memberikan 10 alasan untuk menghindari alkohol lho! (hal. 133).

Salah satu poin menarik lainnya adalah adanya pesan dari Fahira Idris kepada para orang tua tentang arti penting keterlibatan orang tua dalam melindungi anak-anak dari bahaya miras. Hal ini secara tidak langsung mengajak para orang tua untuk ikut juga membaca buku ini, agar para orang tua juga mendapat informasi yang benar tentang bahaya miras bagi generasi muda. Apalagi ternyata (berdasarkan hasil penelitian ilmuwan Perancis) bahwa dari 19 jenis minuman ringan yang ditelitinya, ternyata 10 merek mengandung alkohol! (hal. 86).

Kelebihan lainnya adalah dalam blog ini mencantumkan tulisan 13 orang blogger yang telah mengikuti kegiatan lomba blog Anti-Miras yang digelar GENAM pada tahun 2013 lalu. Tulisan dari para blogger itu memberikan informasi tambahan (dari sudut pandang masyarakat, bahkan beberapa diantaranya pengalaman pribadi para blogger) tentang miras.

Kelemahan

Kelemahan yang utama adalah soal editing. Ada beberapa kata yang salah ketik atau ada beberapa yang tanda bacanya tidak tepat. Kemudian, ada kalimat yang terputus dan sambungannya ada di aliena berikutnya. Padahal seharusnya kata-kata di awal alinea baru itu harusnya masih masuk ke dalam alinea di atasnya. Contoh :
Maksud gue, kebebasan yang terkontrol. Kalo kata guru PKN gue……
         Kebebasan yang diatur oleh undang-undang. Dan untuk… dst (hal. 23)

Kategori C adalah yang berkadar antara 20-55% seperti Mansion of House, Scotch Brandy,
         Vodka, dan sejenisnya. Golongan A…. dst (hal. 65)

Apalagi para remaja labil alias ababil yang masih terperangkap dengan istilah GaBokGaOl alias ‘Ga Mabok
         Ga Gaol’. Para ABG… dst (hal. 71)

AG galau soalnya ngga punya duit buat pesta
         Miras sama temen-temennya. Padahal udah… dst (hal. 110)

Kalimat itu dalam Bahasa Indonesia berarti,
         “Wan, jangan sekali-sekali minum (mabuk).” Diucapkan dengan… dst (hal 116)

Selain itu ada satu kalimat yang tidak selesai, menurutku. Kalimat itu ada di halaman 52, seperti ini :
Ya, habis gitu timbul reaksi mual karena tubuh berusaha mengeluarkan benda asing itu kemudian terjadi

Satu lagi, ada kalimat yang muncul dobel atau diketik ulang dalam satu alinea sehingga kalimat tersebut perlu dihapus salah satu. Kalimat yang aku maksud itu adalah:
sering melakukan razia miras hanya saja belum maksimal karena ada oknum masyarakat yang menutupi keberadaan penjual, serta banyak penjual yang bandel dengan tetap menyal miras (hal. 83)

Ini pengakuan Drew tentang masa lalunya yang suram, buset dah. (hal. 93)

Dimasukkannya tulisan dari 13 blogger yang ikut dalam lomba blog Anti Miras itu selain menjadi kelebihan pada buku ini, namun di sisi lain justru menjadi kekurangannya. Salah satu hal yang membuatnya menjadi kekurangan adalah “pengulangan informasi” yang sama yang secara tak sengaja ditulis oleh beberapa blogger tersebut. Misalnya saja, informasi tentang kecelakaan di Tugu Tani yang diakibatkan oleh pengaruh miras diceritakan oleh 3 blogger sekaligus, walau dengan pembahasan dan sudut pandang berbeda. Yang pertama disebutkan oleh Indarpuri di halaman 107, yang kedua ditulis oleh Windi Teguh di halaman 155 dan terakhir dikutip oleh Aslich di halaman 187.

Yang kedua adalah pengulangan kisah di jaman sahabat Nabi tentang pemuda sholeh yang terjebak oleh miras dan karena miras itu pulalah dia melakukan 3 kejahatan dan dosa besar. Hal itu diulas oleh Windi Teguh di halaman 156. Namun, sebelumnya penulis (Fahira Idris) juga telah menuliskan kisah tersebut dalam versi lebih lengkap di halaman 76.

Selain itu, tulisan para blogger dari masing-masing blog saat "dipindahkan" ke dalam buku tidak "disesuaikan" terlebih dahulu. Sebagai contoh, tulisan Riski Alfariizi (blogger pertama) yang menulis "Cekidot... Agak gue besarin, yah, tulisannya biar nggak pegel...." (hal. 15). Di blog memang tulisan itu diperbesar, tapi di dalam buku ini tulisannya tetap sama tidak diperbesar. Kemudian tulisan Adeliany (blogger keempat) yang menuliskan "Kira-kira begini penampakannya. Serem, ya, semua organ-organ vital nunggu giliran aja buat kena dampak si Miras atau Minol ini" (hal. 72). Di dalam blog, di atas tulisan itu ada gambar tentang organ-organ vital yang akan terkena dampak miras, tapi di dalam buku gambarnya diganti tangan terlentang. Kan gak pas jadinya.

Kelemahan lain dari tulisan para blogger yang dimuat dalam buku ini adalah informasi seputar para blogger yang tak lengkap atau tidak seragam. Ada blogger yang hanya dituliskan akun twitternya, ada yang dituliskan namanya, ada juga yang dituliskan alamat blognya. Namun, dari 13 tulisan blogger itu semuanya tak dicantumkan link tulisan masing-masing blogger. Ada satu tulisan blogger yang tidak dicantumkan nama penulisnya (bloggernya), yaitu blog nomor 2. Selain itu pada blog nomor 3 aku menemukan bahwa ternyata yang dimasukkan adalah tulisan 2 orang blogger yang berbeda, namun nama blogger kedua tak disebutkan yaitu: Menone. Jadi, total ada 14 tulisan blogger yang dimasukkan dalam buku ini.

Akhir kata, aku sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca bukan saja oleh para remaja tapi juga para orang tua. Kita sebagai orang tua perlu membantu anak-anak kita melewati beratnya godaan dari miras ini. Dan, aku usul agar pada edisi cetak ulang nanti beberapa kesalahan ketik dapat dibenahi agar buku ini semakin sempurna dan semakin enak dibaca. Selanjutnya, aku berharap agar buku ini bisa didistribusikan ke seluruh sekolah yang ada di seluruh pelosok tanah air, untuk membantu para remaja dalam menangkal godaan Miras.

Terakhir, karena aku sangat tertarik mengetahui tulisan asli para blogger yang tulisannya termuat di buku ini, aku menyempatkan diri ngubek-ngubek Google untuk menemukan tulisan mereka. Dan, inilah tulisan ke-14 blogger tersebut (sesuai urutan blog dalam buku ini):

1. Rizki Alfarizi (http://www.blogkuaci.com/2013/06/yuk-perang-sama-miras-antimiras.html)
2. Ade Anita (http://www.adeanita.com/2013/05/bagaimana-pengaruh-alkohol-dalam-miras.html)
3a. Abdul Kholik (http://jurnalsalik.wordpress.com/2013/05/09/apapun-agamanya-miras-tetap-haram/)
3b. Menone (http://menone.wordpress.com/2011/05/20/apa-jadinya-kalau-tukang-tambal-ban-mabuk/)
4. Adeliany Azfar tapi di buku ditulis Adeliany Asfa (http://adelianyazfar.blogspot.com/2013/05/miras-minol-death-soon-or-later.html)
5. Anggita Bayu (http://www.chameleonboys.com/2013/06/miras-menggodaku-anti-miras.html)
6. Toni Sitania (http://tonisitania.tumblr.com/post/49951697748/miris-miras-minol)
7. Indarpuri (http://indarpuri.wordpress.com/2013/05/10/miras-dan-minol-ibarat-etalase-siapa-yang-bisa-menutupnya/)
8. Wawan Setyawan (http://satusatuen.com/2013/05/09/say-no-to-lotse/)
9. Lina W. Sasmita (http://sierrasavanna.blogspot.com/2013/05/ayo-ikut-gerakan-anti-miras-selamatkan.html)
10. Windi Teguh (http://windiland.blogspot.com/2013/04/efek-domino-waspada-bahaya-miras-dan.html)
11. Roni Irawan (http://roniir.blogspot.com/2013/05/generasi-emas-tanpa-miras-miras.html)
12. Aslich (http://aslich.blogspot.com/2013/04/pendidikan-dan-agama-benteng-kuat.html)
13. Eda (http://edapoenya.wordpress.com/2013/06/05/gaul-tanpa-miras-dan-minol/)


Tulisan ini diikutkan dalam Lomba Resensi Buku SAY: NO, THANKS

18 komentar:

  1. heran ya mbak, kayanya makin banyak orang tergoda dengan miras ini, padhaal banyak jug akorban dari miras berjatuhan. Mudah-mudahan sih banyak yang sadar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang makin banyak yg tergoda miras Mbak, soalnya Miras bisa ditemukan dimana saja dengan mudah, apalagi harganya juga murah.

      Hapus
  2. Aku salut banget sm uni fahira idris itu mbak. Benar2 pejuang anti miras di twitterland :) ehmm kmrn sempat lihat jg rame ngomongin soal buku ini, br tau klo ternyata buku ini adalah antologi gt ya, kumpulan tulisan ttg anti miras..
    Resensinya komplit mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uni Fahira Idris memang pejuang #AntiMiras, bukan saja di twitland tapi juga di kehidupan nyata. Soalnya, dalam pandangannya seseorang yang mengenal narkoba pasti dimulai dari miras dulu. Jadi, menurutnya yang pertama harus diperangi adalah miras terlebih dahulu :)

      Hapus
  3. komplit banget mak,,, semoga resensinya beruntung ya mak, informasi dan peringatan yang berharga bagi kita semua,,, miras memang barang yang wajib dihindari dan dimusnahkan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Miras memang wajib dihindari dan dimusnahkan, apalagi Allah telah jelas2 mengharamkannya. Jadi, tak ada keuntungan yg bisa diambil dari miras.

      Hapus
  4. kayaknya kalo dulu, agak sulit ya mendapatkan minuman seperti ini di supermarket2, tapi sekarang memang mudah ya? (soalnya saya gak suka merhatiin juga sih minuman seperti ini kalo lagi di supermarket). Pemerintah seharusnya lebih tegas lagi ya, ttg pemasaran minuman seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak, di dalam buku ini ada lho hasil penelitian seorang ilmuwan Perancis yang telah meneliti 19 merek minuman ringan, ternyata 10 merek diantaranya mengandung alkohol. Memang tak besar sih kandungan alkoholnya, tapi tetap saja ada.

      Hapus
  5. Wah...ulasannya komplit banget Mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga ulasannya tidak membosankan dibaca ya mbak.

      Hapus
  6. Wah teliti banget mak Reni. Memang gaya bahasa blog itu sangat khas. Jadi kalau dipindahkan ke buku sebaiknya disesuaikan dulu :)

    BalasHapus
  7. di luar negri konon ada batasan minum miras, di sini dijual diwarung rokok pinggir jalan dan dibiarkan

    BalasHapus
  8. Miras memang mengerikan. Gak cuma harus jauh dari generasi penerus bangsa. Tapi juga harus hilang dari Bumi Indonesia. Banyak contoh kasusnya kan orang dewasa yang jadi kriminal gara-gara miras. Dan menurutku, miras itu jembatan menuju kemaksiatan yang lain.

    Semoga perjuangan Uni Fahira Idris bisa istiqomah dan didukung semua pihak. Bismillah.

    Resensinya keren, Mak Reni. Aku mah mlipir urusan resensi buku. Gak bisaaaaa..
    Sukses lombanya, semoga menang. ^_^

    BalasHapus
  9. salut sama perjuangan Fahira Idris yang konsisten ingin memberantas miras :)

    BalasHapus
  10. Asslamu Alaikum. Mbak, nih ada info menarik lomba menulis blog kreatif dari Cahayapena. Jika berminat silahkan baca prosedur lomba di sini :

    http://www.cahayapena.com/2014/06/lomba-menulis-cahayapena-berhadiah.html

    BalasHapus
  11. Editor nya mungkin kalah teliti sama mba reni hihihi

    BalasHapus
  12. Mbak Reni rajin review ya saiki ^_^

    BalasHapus
  13. Jadi penjualan miras juga harusnya bisa lebih diperhatikan yah mak, biar gak sembarang jual.. Karena gampang didapet dan harganya yg murah itukan yang bikin makin banyaaak anak muda yang neggak miras, semaunya --"

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)