Selasa, 03 September 2013

Cerita-cerita Shasa

Waktu berlalu dengan sangat cepatnya. Tak terasa, Shasaku kini sudah kelas VIII (kelas 2 SMP). Shasaku yang kini telah remaja kurasakan jauh berbeda dengan yang dulu. Walau sekarang Shasa masih pemalu, tapi sudah jauh berkurang dibandingkan dulu. Aku masih ingat, dulu Shasa cuma senyum-senyum aja jika disapa atau ditanya orang lain. Sekarang sudah mau menjawab, meski masih dengan senyum malu-malunya.

Dulu, Shasa tidak suka bercerita. Meski aku setiap hari selalu bertanya tentang kejadian apa yang dilaluinya di sekolah, Shasa tak banyak cerita. Dia tak suka jika aku banyak bertanya. Dia akan bercerita jika memang dia ingin bercerita. Kalau gak niat bercerita, dia cuma akan menjawab pertanyaan-pertanyaan ingin tahuku dengan jawaban yang pendek-pendek saja. Aku seringkali gemas karena rasa ingin tahuku tak terpuaskan oleh respon Shasa tak seperti yang kuharapkan.

Tapi kini berbeda. Semenjak Shasa kelas VII (kelas 1 SMP) semuanya berubah. Shasa jadi sangat suka bercerita. Seringkali setelah pulang sekolah, dia akan mengirimkan pesan ke HPku bahwa dia punya cerita untukku. Kalau aku tanya cerita apa, pasti akan dijawabnya dengan : nanti saja di rumah. Dan, begitu aku sampai di rumah, Shasa pasti akan langsung berkata : "Nanti kita cerita-cerita ya?" Kalau aku goda dan memintanya untuk bercerita saat itu juga, Shasa pasti menolak. Alasan Shasa dia hanya ingin bercerita denganku, tanpa di dengar Ayahnya.

Itu sebabnya, segera setelah aku menyelesaikan urusan rumah, aku dan Shasa pasti akan bergelung berdua di kamar. Shasa akan bercerita tentang semua kejadian yang dialaminya seharian di sekolah. Tentang keseruan teman-temannya, tentang guru-gurunya, tentang pelajaran sekolahnya, tentang permainan-permainannya dengan teman-temannya dan sebagainya. Shasa cerita semuanya dengan penuh semangat. Terkadang Shasa memintaku untuk merahasiakan ceritanya dari Ayahnya. Padahal percuma juga dia memintaku seperti itu, karena pasti Ayahnya bisa mendengar semua ceritanya dari luar kamar. Maklum saja, terkadang saking semangatnya cerita, suara Shasa mengeras tanpa disadarinya.

Satu hal yang kurasakan berbeda adalah... Shasa kini jauh lebih ceria daripada dulu. Shasa pun semakin terbuka untuk bercerita tentang segala hal denganku. Mungkin memang Shasa lebih menikmati hari-harinya kini dibandingkan dulu. Aku ingat sekali kalo dulu Shasa tak setiap hari mau secara sukarela bercerita banyak hal tentang kejadian sehari-hari di sekolah padaku. Namun kini, justru Shasa yang selalu meminta waktuku untuk mendengarkan semua ceritanya hari itu.

Bagaimanapun aku sangat mensyukuri sekali perubahan ini. Kusadari, kini Shasa ku sudah memasuki usia remaja. Butuh pengawasan dan bimbingan yang lebih dariku. Melalui cerita-ceritanya, aku dapat memantau perkembangannya, pergaulannya dan juga sikap perilakunya jika tidak sedang di rumah. Melalui cerita-ceritanya, aku mencoba untuk meraih kepercayaan Shasa untuk terus berbagi segala hal padaku. Melalui cerita-ceritanya, aku ingin Shasa tahu bahwa aku akan selalu ada untuk berbagi segala hal dengannya.

Itu sebabnya, aku memilih untuk memprioritaskan sore hariku untuk mendengarkan segala cerita dan celoteh Shasa. Mulai dari hal-hal yang penting sampai hal-hal yang geje sekalipun. Aku berusaha memposisikan diri sebagai teman curhatnya, temannya berbagi. Aku tak hendak mengkritik, menghakimi dan menilai cerita-ceritanya. Dengan begitu, Shasa tak ragu untuk bercerita tentang segala hal padaku.

Bila ternyata ada sesuatu yang tak pas dari cerita Shasa, aku akan cari waktu tersendiri untuk membahasnya bersama Shasa. Aku harus hati-hati melakukannya, agar Shasa tak lantas jera untuk bercerita. Bagaimanapun, aku akan menjaga momen emas ini... agar Shasa tetap percaya padaku dan bersedia berbagi semua cerita padaku. "Pengorbanan"-ku lainnya adalah aku rela mengesampingkan semua kegiatan pada saat Shasa ingin bercerita padaku. Bahkan, buku yang ingin kubaca dan blog yang segera aku perbarui postingannya... harus rela aku kesampingkan dulu, demi untuk mendengarkan cerita-cerita Shasa.

Bagiku, mendengarkan cerita-cerita Shasa adalah prioritas utamaku saat ini.

25 komentar:

  1. cerita-cerita anak selalu dinanti ya mbak. Mbak maaf aku baru bisa mampir

    BalasHapus
  2. Udah mulai ceria dan semakin terbuka ya mbak. hehehe. .Semoga lancar deh buat sekolah Shasa

    BalasHapus
  3. Anak semata wayang ya, Mbak?
    Sudah gede yaa...
    semoga jadi anak yg solehah :-)

    BalasHapus
  4. Keterbukaan yang baik, semoga berlanjut terus, sukses buat Shasa!

    Ayo ikut lomba puisi di tempat kami, Insya Allah karya peserta akan kami bukukan!

    BalasHapus
  5. Jadi inget adek-adekku mbak, seneng bgt klo mereka cerita, rasanya itu gimana yah, menjadi orang yg bisa dipercaya oleh mereka itu rasanya special bgt :D

    BalasHapus
  6. indahnya bisa berbagi cerita dengan Shasa ..

    BalasHapus
  7. Shasa udah SMP toh mbak...wau gak terasa yaaa hehehe. salam buat Shasa ya mbak :)

    BalasHapus
  8. Waktu bercengkrama dgn anak itu momen yg berharga bg kita ya Reni, ah senangnya bisa akrab sama anak putri saat dia remaja

    BalasHapus
  9. Berbahagialah anak yang bisa mencurahkan isi hatinya pada orang tuanya, karena tak semua anak Indonesia punya kesempatan seperti itu. Kesempatan sich ada, tapi orang tuanya tak mau membuka kesempatan itu...

    BalasHapus
  10. Wahh.. mba Reni sudah punya anak remaja :) Pastinya senang ya, anak2 mau sharing dgn kita, ibunya, serasa dipercaya sama anak ya mba...

    BalasHapus
  11. @Lidya >> Bener banget mbak, seru banget dengerin cerita anak2 kita :)

    @Yanuar Catur >> Aamiin.. terimakasih doanya buat Shasa ya?

    @Leyla Hana >> Iya mbak, anak semata wayang. Terimakasih banyak utk doanya mbak :)

    @Edi >> Insya Allah aku akan berusaha utk menjaga keterbukaan itu. Terimakasih doa utk Shasa... dan soal lomba puisi, ntar aku tengok deh Pak.

    @Rini Uzegan >> Ya spt itulah rasanya menjadi tempat curhat/cerita. Sesuatu banget kan ya? :)

    @Dey >> bener mbak... indah banget :)

    @Aulawi Ahmad >> Iya, Shasa udah SMP. Gak kerasa ya? :D Insya Allah salam akan kusampaikan

    @Ladyinthemirror >> Pasti mbak Ina juga akrab dg anak2 kan ya?

    @Marsudiyanto >> Pak Mars... padahal dengerin cerita anak itu seru banget lo. Lucu2 gitu... apalagi saat mereka sdg dalam masa2 ABG gini... semua2 dirasakan 'heboh' oleh mereka heheh

    @Santi Dewi >> Iya mbak, anakku sudah remaja. Gak kerasa... :D

    BalasHapus
  12. wah sudah besar
    kalo saya, satu saja belum punya :)

    BalasHapus
  13. Saya rasa dengan berkembangnya usia ...
    akan berkembang pula kecerdasan dan kehandalan sosialnya Bu ...

    Sebentar lagi ... Bu Reni akan semakin takjub dengan perkembangan pesatnya ... hehehe

    (saya baru sadar bahwa si Shasha ini ternyata seumuran dengan si Bungsu saya yang juga kelas 2 Madrasah Tsanawiyah/SMP)

    Salam saya Bu

    BalasHapus
  14. lho dah smp tho..?
    dalam bayanganku tuh masih saja gadis manis berseragam merah putih gitu...

    waktu cepet bener berlalu ya, bu..?

    BalasHapus
  15. beruntung shasa punya ibu perhatian seperti mbak reni. Saya dulu melewatkan masa2 bersama emak. Curhatnya hanya lewat surat yg datangnya 2-3 bulan sekali. Hikz

    BalasHapus
  16. mendengar cerita anak merupakan salah satu cara membuat anak lebih terbuka kepada orang tuanya. Cerita menarik...

    BalasHapus
  17. senang rasanya kalo sedang keluh kesah atau senang di ceritakan kepada sang ibunda , rasanya plong, saya juga kalo curhat paling enak sama mamah

    BalasHapus
  18. aduh, mba... aku juga pengen banget nemenin anak2 pas lagi abg gini...

    BalasHapus
  19. Shasha deket sama mbak Reni ya... :D

    BalasHapus
  20. Waaah anak kita hampir seusia ya. Anakku kelas 3 SMP. Kalau anakku ngomong, semua aku taruh dulu. Anak sebesar itu gak bisa disambi krn mrk lbh sensitif. *peluk utk Shasha :)

    BalasHapus
  21. Seneng bgt, ya, Mbak. Kalau anak2 mau terbuka sm kita :)

    BalasHapus
  22. wah kalau saya lebih suka bercerita ke ayah, mungkin karena-sama-sama laki-laki kali ya. kalo sama ibu suka ga nyambung

    BalasHapus
  23. senengnya Sasha sekarang sudah lebih banyak ceritanya ya mbak...
    jadi bisa temenan sama anak

    BalasHapus
  24. hubungan mom and daughter yg deket bgt ya mbak Reni...

    Ah, aku jg mau ah nanti seperti mbak Reni dan Shasa.. Curhat2an berdua seperti sohib.. Hehe..

    BalasHapus
  25. @Rahmah >> Shasaku sudah besar, sudah SMP :)

    @nh18 >> Oh ternyata bungsu Om NH seumuran dg Shasa ya? Salam ya Om.

    @Rawins >> Bener Kang.. waktu berlalu cepat sekali.

    @Tarry KittyHolic >> wah iya, dulu lepas SMA mbak Tarry langsung berjauhan dengan Emaknya.

    @ekomadjid >> iya, aku memang berusaha agar Shasaku mau terbuka denganku.

    @vina devina >> emang anak2 cewek paling seneng curhat dengan ibunya ya?

    @Hilsya >> sebentar lagi mbak kan bisa lagi nemenin anak2... pas kuliahnya udah kelar.

    @PRofijo >> Iya.. Alhamdulillah, sampai sekarang masih bisa dekat dg aku.

    @Lusi >> mungkin aja Shasa seumuran dg putri mbak Lusi atau kalau tidak ya lebih muda 1 tahun. Bener mbak, mereka tuh menuntut perhatian penuh saat sedang asyik cerita :D

    @Keke Naima >> seneng banget mbak... dan semoga akan terus spt ini.

    @Antaresa >> biasanya anak cowok tuh susah lo terbuka dg ortu.

    @Monda >> Shasa lebih banyak cerita, mungkin karena emang menurutnya sekarang ini adalah masa2 yang indah baginya :)

    @Lyliana Thia >> Pasti mbak Thia bisa deket dg Vania dan spt sahabat bagi Vania :)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)