Jumat, 29 Juni 2012

Tamu tak diundang

Aku tak akan pernah melupakan malam itu. Malam di saat aku menerima 'tamu tak diundang' untuk masuk ke rumahku. Malam yang menyisakan rasa miris di dalam hati dan membuat dadaku sesak. Malam yang menyisakan kenangan mendalam dalam hatiku. Oke, agar tak berpanjang kata aku akan mulai menceritakannya.

Saat itu belum terlalu larut, karena jam di rumahku menunjukkan pukul 7 malam kurang beberapa menit. Yang di rumah hanya ada aku dan Shasa. Sementara suamiku sedang pergi membelikan Shasa sate, karena Shasa ingin sekali makan sate malam itu.

Mendengar ada yang mengetuk pintu rumah, aku pun segera membukanya. Aku tak dapat menutupi rasa terkejut (sekaligus heran) saat aku membuka pintu. Di depan pintu aku melihat seorang wanita yang tampak kusut dan menggandeng seorang anak kecil yang berpenampilan dekil.

Aku mengenal wanita itu, karena dia adalah ibu dari teman sekelas Shasa. Hanya saja, selama ini kami tidak dekat. Maklum saja, selama ini suamiku yang sibuk mengurusi antar jemput Shasa di sekolahnya. Sementara aku hanya hadir di sekolah Shasa saat ada rapat atau pertemuan dengan pihak sekolah.

Jadi, beberapa kali pertemuan dengan wanita itu, hampir selalu terjadi pada saat rapat/pertemuan di sekolah Shasa. Memang sempat sekali dua kali kami bertemu saat aku ikut menjemput Shasa dari sekolah pada hari Sabtu (karena Sabtu aku libur). Itupun kami seringkali hanya saling melempar senyum tanpa bicara, karena dia memang lebih sering menjauh dan menyendiri.

Itu makanya aku terkejut sekaligus heran melihatnya berdiri di depan pintu rumahku. Dia menolak saat kuajak masuk ke rumah. Dengan terbata-bata dan tampak sangat tertekan, dia menyampaikan maksud kedatangannya. Dia berkata ingin pinjam beras dan uang 25 ribu rupiah, karena seharian itu anak-anaknya belum makan. Dia juga memohon agar anaknya (teman Shasa) tidak tahu akan hal itu. Dia berkata sambil meremas-remas tangannya dengan gelisah.

Aku sendiri kaget luar biasa dengan apa yang dikatakannya. Kulirik anak kecil yang dibawanya. Menyedihkan sekali penampilan anak itu. Baju yang dipakainya sangat dekil dan dia terlihat kurang terawat. Setelah sadar dari keterkejutanku, aku memaksanya masuk ke rumah. Dia menolak dan ingin bertahan di luar saja. Namun aku membujuknya untuk masuk, karena aku butuh waktu untuk menyiapkan beras yang akan dibawanya.

Saat aku masuk ke dalam, Shasa memandangku dengan penuh tanya. Aku hanya bisa memberikan kode untuk diam, dengan meletakkan jari telunjukku di bibir. Aku inginnya bisa segera menyiapkan beras untuknya, namun karena tanganku (tiba-tiba) menjadi gemetaran aku tak bisa melakukannya dengan cepat.

Saat aku tengah sibuk memasukkan beras ke dalam kantong plastik, suamiku yang baru pulang membeli sate, menemuiku di dapur dan menanyakan apa yang terjadi. Sekali lagi aku memberikan kode untuk diam, kali ini pada suamiku. Segera setelah semua siap, aku buru-buru ke ruang tamu untuk menyerahkan beras dan sepucuk amplop berisi uang pada wanita itu.

Saat menerima beras dariku, dia sempat berkata bahwa beras itu terlalu banyak. Dia hanya ingin sedikit beras untuk makan malam itu. Namun aku memaksanya untuk tetap membawanya. Dia sampai terbungkuk-bungkuk mengucapkan terima kasih. Namun sekali lagi dia memohon agar anaknya jangan sampai tahu hal itu. Aku hanya bisa mengangguk menenangkannya.

Begitu wanita itu pulang, Shasa dan suamiku langsung menyerbuku dengan berbagai pertanyaan tentang apa yang terjadi. Aku menjelaskannya dengan suara yang tercekat, karena peristiwa yang aku alami barusan benar-benar membuatku miris luar biasa.

Shasa bertanya mengapa ibu temannya itu sampai minta beras padaku, padahal selama ini kami tak pernah ngobrol. Selain itu rumahnya jauh dari rumah kami (jaraknya kurang lebih 5km). Aku sendiri sebenarnya juga sedang memikirkan hal yang sama. Namun setelah aku pikirkan, kemungkinan jawabannya adalah :

  • Kondisi mereka sudah sangat kepepet, sehingga wanita itu sampai harus membuang rasa malunya untuk mengetuk pintu rumahku guna meminjam beras dan uang sekedarnya untuk makan.
  • Mungkin hutangnya kepada tetangga di sekitar rumahnya sudah banyak, dan karena belum bisa membayarnya, dia malu untuk meminjam lagi pada tetangga sehingga memilih untuk meminjam pada orang lain.
  • Mengapa pintu rumahku? Karena selama ini di sekolah, hanya Shasa yang berteman dengannya. Memang, anaknya yang sekelas dengan Shasa selama ini agak dijauhi oleh yang lain. Penyebabnya, dia pernah dituduh mencuri di kelas, walau kata Shasa sebenarnya tidak terbukti. Di saat yang lain menjauhinya, hanya Shasa yang masih mau berteman dengannya.
  • Mungkin wanita itu yakin, kami (aku dan Shasa) tak akan menceritakan kejadian malam itu pada teman-teman Shasa di sekolah, sehingga anaknya tak perlu merasa malu.

Aku berpesan agar Shasa benar-benar tutup mulut dan tak bercerita pada siapapun (termasuk pada anak wanita itu). Aku tekankan padanya bahwa apa yang dilakukan wanita itu benar-benar karena dia sudah ada di jalan buntu, sehingga demi anak-anaknya bisa makan dia rela membuang rasa malunya untuk melakukan hal itu. Apalagi esok hari (setelah kejadian itu) adalah hari pertama ujian sekolah dilangsungkan. Pasti wanita itu tak ingin anaknya berangkat ujian dengan perut kosong. Shasa pun mengangguk mendengar pesanku.

Dari cerita Shasa selama ini padaku, orang tua temannya itu adalah penjual kerupuk. Sudang berulang kali Shasa cerita bahwa temannya itu seringkali berangkat sekolah dengan perut keroncongan, karena tak bisa sarapan. Setiap hari temannya itu harus membantu orang tuanya menjual kerupuk. Namun rupanya, kondisi mereka tetap saja kekurangan. Itu sebabnya aku selama ini meminta Shasa untuk tetap berteman baik dengannya, karena kondisinya yang memprihatinkan.

Yang terjadi selanjutnya pada malam itu adalah... kami tak berselera makan malam dan memandang sate di meja makan dengan lesu.


46 komentar:

  1. salam kenal mbak....

    pas baca judulnya, aku tuh dah ikut ngeri mengira tamunya orang jahat.
    setelah baca, masih mewek nih mbak....
    semoga dilancarkan rejeki untuk ibu itu....aamiin....
    sementara kita yang kadang masih menggerutu....*beneran masih mewek*

    good job mbak, bisa mendidik Sasha jadi anak yang baik, salam manis dari saya.

    BalasHapus
  2. Hadir disini blog yg elegant blognya dah saya follow#589 minta follbeknya ya mba.. trims..

    BalasHapus
  3. itu bisa jadi pertanda baik buat keluarga mbak, rumah kita kedatangan tamu orang yang sedang kesusahan dan kita berkesempatan membantunya.

    BalasHapus
  4. kasihan sekali ibu itu,,,
    harus membuang malu untuk sesuatu yg lebih pnting dan mendesak,,
    semoga saja dia menjadi lebih baik dari hari ke hari,,,

    BalasHapus
  5. subhanallah, masih ada dan banyak saudara2 kita yg seperti ya mbak...moga terbuka hati kita selalu tuk saling membantu saudara2 kita yg bernasib spt itu...

    BalasHapus
  6. wah.... miris banget aku membaca kisah ini mba... semoga Allah membuka pintu rezeki bagi mereka ya....
    kasian banget.... :(

    BalasHapus
  7. wow.. seandainya aku yng punya cerita itu.. sangat beruntung rasanya jadi kak Reni..

    btw.. apa kabar kak Reni.. masih aktif ngeblog ternyata..

    BalasHapus
  8. banyak hal yang harus kita syukuri dengan kondisi kita yang sekarang

    salam kenal dari pamekasan madura

    BalasHapus
  9. aku ikut sedih bacanya, mbak. begitubanyak orang yg masih kekurangan ya. Makanya kita kudu bersyukur selalu ya, mbak untuk semua yg telah Dia berikan kepada kita.

    BalasHapus
  10. jadi ikut terbawa suasana, kasian sekali ibu dari teman shasa. hmm... untung shasa orangnya gak pilih2 leman :D

    BalasHapus
  11. apapun alasannya..menolong sesama adalah kewajiban kita semua..salut mbak

    BalasHapus
  12. sebuah prilaku yang patut diteladani..apalagi zaman sekarang ketika tingkat kepedulian kepada sesama hamba ALLAH sudah semakin berkurang..semoga ALLAH melimpahkan rezeki kepada sang ibu tersebut

    BalasHapus
  13. waaahhh miris banget ya mbak masih ada orang dengan kondisi seperti itu.. Mudah2an mereka bisa dapat hidup lebih baik ya mulai sekarang dan anak-anaknya bisa terus bersekolah hingga kuliah..

    BalasHapus
  14. semoga ini menjadi pembelajaran bagi kita semua termasuk Adik Shasa untuk mengasah kepedulian, empati dan simpati pada kondisi orang lain. Dan dengan itu kita bisa banyak bersyukur atas apa yang kita rasakan saat ini karena masih banyak orang-orang yang seperti itu di sekitar kita.

    BalasHapus
  15. semoga shasa selalu mau berteman dengannya...:)

    BalasHapus
  16. Turut mendoakan semoga semuanya baik-baik saja :)
    Happy Monday ^^

    BalasHapus
  17. Mbak Reni, di rumah saya tiap Jumat ada bagi-bagi makanan. Memang benar, jangan sampai kita berlebihan makanan sementara tetangga kekurangan. Suatu saat perlu dikasih modal untuk usaha. Saya bantu mbak kalo mau bantuin dia, mbak Reni sms saya ya

    BalasHapus
  18. meskipun bukan fiksi bu, tapi saya kok jadi ikut terhenyuk..

    saya juga diam tanpa kata..

    terus kelanjutannya seperti apa..?
    bagaimana dengan uang sekolahnya..?
    kemana kah suaminya..?

    BalasHapus
  19. baca judulnya kirain ada rampok mbak.:)
    setelah baca cerita diatas, jadi lebih bersyukur. masih bisa makan tiap hari.

    BalasHapus
  20. ngga nyangka di tempat yg jaraknya tidak lebih dari beberapa puluh kilo dari tempat sy tinggal, msh ada kondisi sperti itu. saran saya coba keluarga tersebut diusulkan di LMI mbak, salah satu lembaga penyalur infaq, siapa tahu mereka bs dapat bantuan rutin plus beasiswa. alamat LMI Madiun di jl Semongko selatannya lapangan gulun.

    BalasHapus
  21. sepertinya lebih bermanfaat dan mengena saat kita membantu orang yang jelas membutuhkan seperti itu daripada pengemis ga jelas di jalanan
    mungkin perlu dipikirkan untuk membantunya memberi kail agar dia tak lagi meminta bantuan ikan ke orang lain

    salut buat shasa yang nurut ga menceritakan hal itu kepada siapapun
    walaupun yang kasih nasehat malah cerita ke seluruh dunia
    haha piss bu...

    BalasHapus
  22. Mbak Reni, apa kabar?

    Masya Allah... Mbak, hiks.. meleleh, meleleh bacanya :(

    Salam buat Shasa. Bagaimana kabarnya sekarang, semoga nilai ujiannya baik...

    BalasHapus
  23. support lewat komentar untuk blog renijudhanto :D

    salam persahabatan dan sukses selalu..

    BalasHapus
  24. wah... ceritanya bikin sedih.. hehe (sedih kok malah ktawa ya?)

    BalasHapus
  25. kasihan sama ibu itu, semoga dia diberi kemudahan dan ketabahan.

    Apa kerja suami ibu itu mbak? kok nggak dituliskan juga, jadi penasaran dengan kisah ibuk itu.

    BalasHapus
  26. ya ampuuuuun.. kasian banget, mba :'(

    BalasHapus
  27. dan salah satu poin alasan tambahannya, keluarga ibu reni itu pasti terkenal sbg keluarga baik.. :)

    semoga keluarga yg ibu reni tolong segera diberi kemudahan ya.. :)

    BalasHapus
  28. masyaAllah
    langsung nelangsa ngebacanya

    ini hanya satu kasus yang harusnya bisa membuka mata kita untuk bersyukur pada nikmat Allah dan peka dengan kehdupan orang2 sekitar,ternyata banyak orang yang kesulitan bahkan untuk makan

    nice posting mba

    salam ;)

    BalasHapus
  29. Ya ampun mbak Reni sedih banget... gimana nasib anak-anaknya ke depannya nanti ya.. Semoga kehidupan mereka bisa membaik...sedih bacanya. Btw aku juga tadinya kira yang datang rampok. Alhamdulilah bukan ya...semoga dapat pahala berlipat ganda untuk kemurahan hatinya ya mbak..

    BalasHapus
  30. baca judulnya kirain ada tragedi apa gitu mba ... eh pas baca isinya bener2 bikin miris, pedahal ini mo bikin popmie ampe gak jadi ... lemes bacanya juga

    kebayang kalo saya yg seperti itu ... kemana coba harus minta tolong ... hehe

    BalasHapus
  31. Duh, speechless saya mba, ga tau mau komen apa.

    Semoga keluarga ibu itu segera membaik ya, terbayang deh gimana keluarga mba Ren jd tidak berselera makan malam itu..

    BalasHapus
  32. gak bisa koment apa-apa mbak, ikut miris juga. huhuhu....

    kasian keluarganya teman sasha, gak tega.

    BalasHapus
  33. membaca cerita ini sy jadi prihatin sm itu ibu.. semoga keadaannya semakin membaik... Hebat utk Sasha karena sdh mendengarkan nasihat mamanya :)

    BalasHapus
  34. cara menceritakannya sangat hidup dan menarik.

    BalasHapus
  35. Pas baca judulnya ta kira ttg pencuri, ternyataa...

    Merinding membacanya dan bagi saya ini seakan 'membaca' a part of my past...jika di narasikan inilah juga merupakan salah satu pengorbanan yg dulu dilakukan orang tua saya utk memberi makan anak-anaknya, meminjam pada tetangga ataupun toko.

    Karena itulah saya berjanji pada diri sndiri, selagi saya bisa jika ada yg membutuhkan pertlongan saya akan usahakan utk membantunya...

    Oia, selamat menunaikan ibadah di bulan ramadhan Mbak..maaf lahir dan bathin:)

    BalasHapus
  36. Kehidupan memang terkadang tidak seperti yang kita bayangkan, banyak sisi yang tentu tidak kita mengerti, termasuk bagaimana kehidupan menjadi beban yang berat bagi seseorang. Bersyukur atas apa yang telah kita capai, akan menuntun kita untuk lebih dekat dengan-Nya.

    BalasHapus
  37. masih banyak banget orang eperti teman shasa itu
    dan seringnya karena kita tidak tahu maka tak bisa menolong
    atau kalau ada yang tau tak bisa juga menolong karenan situasinya pun tak jauh beda

    Allah mengarahkan langkahnya kerumahmu mbak, semoga diluaskan rejekimu dan juga rejeki mereka, amin

    BalasHapus
  38. hi bunda, salam kenal yah,aduh postingannya membuat haru,hikhik

    BalasHapus
  39. ini cerita beneran atau cerpen si?
    sedih bacanya

    BalasHapus
  40. HHmmm ...
    Saya menghela nafas dalam-dalam ...
    mencoba lebih memahami apa yang terjadi ...
    Cerita anak manusia di dunia ini memang banyak ragam ...

    Saya hanya berharap ... semoga saja ... temannya sasha ... keluarganya ... diberikan jalan oleh NYA ... sehingga bisa memperbaiki kehidupannya

    salam saya Bu Reni

    BalasHapus
  41. merinding Mbak, bacanya. Semoga mbak sekeluarga diberi kelapangan rejeki ya biar bisa terus membantu sesama :))

    BalasHapus
  42. MasyaAllah, miris bacanya Mbak.

    semoga teman Shasa dan keluarganya itu bisa hidup layak dan berkecukupan, semoga Mbak Reni sekeluarga juga selalu diberi reski yang berkah agar bisa terus menjadi orang yg bermanfaat utk sekitar. Amin

    BalasHapus
  43. alhamdulillah hyang maha welas asih memberi kprcyaan kpda mbak skluarga. Alhamdulillah ibu dan anak td dpt trtolong.
    Mas arif..
    Mnta tlg hbgi email sya
    dwiffs@gmail.com

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)