Sahabat, kali ini aku ingin berbagi cerita tentang kisah mbah Yono sekalian. Kata "sekalian" yang aku maksud disini adalah dari Bahasa Jawa yang jika ditranslate ke Bahasa Indonesia artinya : sepasang. Jadi Mbah Yono sekalian itu maksudnya adalah Mbah Yono suami-istri.
Mbah Yono tinggal persis di sebelah rumah kerabatku, di sebuah desa yang jauh dari kota yang ramai. Mbah Yono laki-laki adalah pensiunan pegawai negeri, sedangkan Mbah Yono perempuan cuma seorang Ibu Rumah Tangga. Di usia tuanya, mereka tinggal bersama anak angkat semata mayang mereka : Yuli.
Suami Yuli kini telah menjadi seorang camat. Yuli dan suaminya dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Anak pertama mereka sudah menikah dan punya seorang anak. Sedangkan anak keduanya masih kuliah. Mereka semua tinggal dalam satu rumah. Jadi, dalam rumah itu tinggal 8 orang : Mbah Yono laki-laki, Mbah Yono Perempuan, Yuli, Suami Yuli, Anak pertama, menantu, cucu dan anak kedua.
Yang jadi masalah adalah hidup Mbah Yono di rumah itu tidaklah bahagia. Di usia senja mereka, mereka mendapat tugas yang sangat tidak ringan. Semua urusan rumah tangga di rumah itu menjadi beban Mbah Yono. Mulai dari membersihkan rumah, memasak bahkan mencuci dan mensetrika baju kedelapan anggota keluarga itu dibebankan pada Mbah Yono. Bahkan, setiap kali pulang dari bepergian dan mobil mereka memuat barang bawaan, tugas Mbah Yono laki-laki yang harus menurunkannya dari dalam mobil. Singkatnya, Mbah Yono di rumah itu diperlakukan seperti layaknya asisten rumah tangga.
Mbah Yono nyaris tak bisa kemana-mana. Waktu mereka habis untuk mengurus rumah. Saat terlihat keluar rumah wajah mereka terlihat sangat capek. Pernah Mbah Yono perempuan mengeluh pada seseorang yang menjadi asisten rumah tangga yang tinggal di dekat rumah mereka. Dia bilang, bahwa asisten rumah tangga itu jauh lebih beruntung daripada dirinya. Asisten rumah tangga itu kerja dan mendapatkan gaji, sementara dirinya (Mbah Yono) kerja tapi tak ada yang menggaji.
Sebetulnya, dulu Mbah Yono sekalian itu punya rumah di kota lain. Namun rumah mereka sengaja dijual untuk mencukupi biaya pembangunan rumah anak angkat mereka, Yuli. Kini rumah Yuli yang berlantai dua itu terlihat paling megah dibandingkan rumah lain di sekitarnya. Karena sudah tak punya rumah sendiri itulah, Mbah Yono sekalian tak punya pilihan lain selain tetap tinggal di rumah Yuli itu.
Semua tetangga hanya bisa merasa kasihan tanpa bisa berbuat apa-apa. Jika ada yang mengirimi Mbah Yono makanan, belum tentu makanan itu akan sampai ke tangan Mbah Yono. Makanan atau apapun yang diterima oleh keluarga itu, selalu tak pernah sampai ke Mbah Yono. Yang menerima dan memakannya hanyalah Yuli dan keluarganya.
Mendengar kisah Mbah Yono sekalian ini tak ada yang tak merasa iba. Mereka tak dapat menikmati usia senjanya dengan bahagia. Mereka tak dapat menikmati buah dari kerja keras mereka dulu. Bahkan anak angkat semata wayang mereka, yang dulunya mereka harapkan dapat menjadi sandaran di hari tua, malah memperlakukan mereka dengan sangat buruknya.
Entah apa yang terjadi sehingga Yuli (dan keluarganya) bisa setega itu pada Mbah Yono. Mengapa mereka semua dalam rumah itu memperlakukan Mbah Yono dengan sedemikian buruknya. Walaupun Yuli hanyalah anak angkat Mbah Yono, tapi tak sepantasnya Yuli memperlakukan orang tua yang telah mengasuhnya sejak kecil seperti itu.
Aku yang mendengar tentang kisah hidup Mbah Yono ini ikut merasakan sedih dan mengelus dada. Semoga saja nasib Mbah Yono bisa berubah menjadi lebih baik. Aamiin....
Mbah Yono tinggal persis di sebelah rumah kerabatku, di sebuah desa yang jauh dari kota yang ramai. Mbah Yono laki-laki adalah pensiunan pegawai negeri, sedangkan Mbah Yono perempuan cuma seorang Ibu Rumah Tangga. Di usia tuanya, mereka tinggal bersama anak angkat semata mayang mereka : Yuli.
Suami Yuli kini telah menjadi seorang camat. Yuli dan suaminya dikaruniai 2 orang anak laki-laki. Anak pertama mereka sudah menikah dan punya seorang anak. Sedangkan anak keduanya masih kuliah. Mereka semua tinggal dalam satu rumah. Jadi, dalam rumah itu tinggal 8 orang : Mbah Yono laki-laki, Mbah Yono Perempuan, Yuli, Suami Yuli, Anak pertama, menantu, cucu dan anak kedua.
Yang jadi masalah adalah hidup Mbah Yono di rumah itu tidaklah bahagia. Di usia senja mereka, mereka mendapat tugas yang sangat tidak ringan. Semua urusan rumah tangga di rumah itu menjadi beban Mbah Yono. Mulai dari membersihkan rumah, memasak bahkan mencuci dan mensetrika baju kedelapan anggota keluarga itu dibebankan pada Mbah Yono. Bahkan, setiap kali pulang dari bepergian dan mobil mereka memuat barang bawaan, tugas Mbah Yono laki-laki yang harus menurunkannya dari dalam mobil. Singkatnya, Mbah Yono di rumah itu diperlakukan seperti layaknya asisten rumah tangga.
Mbah Yono nyaris tak bisa kemana-mana. Waktu mereka habis untuk mengurus rumah. Saat terlihat keluar rumah wajah mereka terlihat sangat capek. Pernah Mbah Yono perempuan mengeluh pada seseorang yang menjadi asisten rumah tangga yang tinggal di dekat rumah mereka. Dia bilang, bahwa asisten rumah tangga itu jauh lebih beruntung daripada dirinya. Asisten rumah tangga itu kerja dan mendapatkan gaji, sementara dirinya (Mbah Yono) kerja tapi tak ada yang menggaji.
Sebetulnya, dulu Mbah Yono sekalian itu punya rumah di kota lain. Namun rumah mereka sengaja dijual untuk mencukupi biaya pembangunan rumah anak angkat mereka, Yuli. Kini rumah Yuli yang berlantai dua itu terlihat paling megah dibandingkan rumah lain di sekitarnya. Karena sudah tak punya rumah sendiri itulah, Mbah Yono sekalian tak punya pilihan lain selain tetap tinggal di rumah Yuli itu.
Semua tetangga hanya bisa merasa kasihan tanpa bisa berbuat apa-apa. Jika ada yang mengirimi Mbah Yono makanan, belum tentu makanan itu akan sampai ke tangan Mbah Yono. Makanan atau apapun yang diterima oleh keluarga itu, selalu tak pernah sampai ke Mbah Yono. Yang menerima dan memakannya hanyalah Yuli dan keluarganya.
Mendengar kisah Mbah Yono sekalian ini tak ada yang tak merasa iba. Mereka tak dapat menikmati usia senjanya dengan bahagia. Mereka tak dapat menikmati buah dari kerja keras mereka dulu. Bahkan anak angkat semata wayang mereka, yang dulunya mereka harapkan dapat menjadi sandaran di hari tua, malah memperlakukan mereka dengan sangat buruknya.
Entah apa yang terjadi sehingga Yuli (dan keluarganya) bisa setega itu pada Mbah Yono. Mengapa mereka semua dalam rumah itu memperlakukan Mbah Yono dengan sedemikian buruknya. Walaupun Yuli hanyalah anak angkat Mbah Yono, tapi tak sepantasnya Yuli memperlakukan orang tua yang telah mengasuhnya sejak kecil seperti itu.
Aku yang mendengar tentang kisah hidup Mbah Yono ini ikut merasakan sedih dan mengelus dada. Semoga saja nasib Mbah Yono bisa berubah menjadi lebih baik. Aamiin....
hehe istilahnya jian...
BalasHapuskenapa ga pake istilah sekeluarga..?
tapi emang bener anak polah bapa kepradah
mending bapak polah
paling anake tambah
aku cuma bisa mengelus dada, sepertinya kemegahan itu tidaklah bertahan lama..tinggal menunggu waktu runtuh aja.
BalasHapuskasihan sekali ya, kok dijadian seperti pembantu begitu
BalasHapus@PakIes >> itu harapan semua orang yang mengetahui kondisi Mbah Yono sekalian Pak. Semoga benar2 ternuka hati nurani anak dan menantunya. Aamiin
BalasHapus@Rawins >> Gak ah, mau cari istilah yang gak umum... biar beda hehehe
Kalau bapake sing polah... kuwi kang Rawins banget wis.. hehehe
@Sigit Purwanto >> iya kita semua pasti ikut ngenes dg kondisi MBah Yono sekalian itu.
@Lidya-Mama Cal-Vin >> bener2 spt pembantu Mbak... padahal usia mereka sudah tua otomatis tenaga mereka juga sdh tak sekuat dulu. Kasihan sekali ya?
Duh...itu keterlaluan sekali si anak angkat mba, tidak ada rasa terima kasih pad mbah Yono sekalian :(
BalasHapusdasar si yuli....
BalasHapusgak tahu balas budi...
emng budinya udah kmana...??
Kalau kata orang tua, sebuah rumah yg penghuninya terdiri dari 3 kepala keluarga biasanya selalu ada masalah didalamnya. di sekitar saya ada beberapa yg seperti itu mbak.
BalasHapusKasian ya mbah Yono nya, di hari tua seharusnya menikmati hari2nya dengan bahagia, lha ini malah diperlakukan seperti pembantu
inilah salah satu tanda-tanda zaman, meskipun hanya anak angkat, tapi Yuli dijaga dan dibesarkan seperti anak sendiri dan mereka bisa jadi salah satu contoh yang telah disebutkan Rasulullah SAW...pembantu yang melahirkan majikan, kalau dalam kasus mbah Yono, pembantu yang membesarkan majikan...,
BalasHapussaran saya..kalau memang benar kisahnya demikian..laporkan saja dengan surat pembaca ke walikota atau bupati sebagai atasannya,
agar si Yuli ini bisa dikenai sanksi dari atasan dan juga sanksi dari masyarakat....salam
@Orin >> begitulah keadaannya mbak.. kasihan sekali mbah Yono sekalian
BalasHapus@Dihas Enrico >> budi pergi ke pasar hehehe
@Tarry KittyHolic >> ada pendapat gitu ya mbak di masyarakat... baru tahu aku. Entahlah apa kondisi mbah Yono itu juga karena ada 3 keluarga dalam 1 rumah
@BlogS of Hariyanto >> semoga saja ada yang melaporkannya kepada atasan dari suami yuli, agar nasib mbah Yono bisa berubah menjadi lebih baik
Seharusnya orang seperti mbah yono itu sudah menikmati hari tuanya dengan rasa tenang, beribadah dan menimang cucu tanpa dibebani pekerjaan2 yang seperti itu. Kasihan sekali ya...
BalasHapusSaya ini sejak umur dua tahun sudah diasuh orang mbak Ren, tapi bagi saya merekalah orang tua saya.
BalasHapusandai saya sekarang diberi pilihan berbakti kepada siapa dulu. ortu kandung apa ortu adopsi, mungkin saya akan memilih ortu adopsi tanpa melupakan ortu asli.
semoga mbak Yuli diberi rasa sadar, jika meski tiada iktan darah, tapi mbah Yono lah sebenar-benarnya orang tua dia dan keluarganya
@Halaman Putih >> memang harusnya di usia senja itu Mbah Yono sekalian tinggal "beristirahat" menikmati hari tua. Sayang Yuli tak sependapat akan hal itu :(
BalasHapus@Lozz Akbar >> Beruntungnya orang tua Kang Lozz punya anak spt Kang Lozz ya? Andai Yuli punya pikiran yg sama dg Kang Lozz...
Sedih bacanya mbak :(
BalasHapusKoq setega itu ya sama orang tua.
Jangankan sama yg sdh berjasa mengurusnya sejak masih kecil, dengan orang tua lemah yg tak ada hubungan apa2 sj, wajiblah kita meringankan bebannya. Ini malah ... ??? :(
Semoga mbah Yono sekalian tabah. Semoga ada orang dilingkungan itu yang mau mengingatkan Yuli dan suami, jika tak bisa diingatkan, semoga ada yg mau menolong mbah Yono laki dan perempuan keluar dari penderitaan, aamiin.
ya ampun mba... kenapa bisa kurang ajar seperti itu si Yuli itu ya mba? dan suaminya seorang Camat? Tapi ga punya etika seperti itu? Ampun deh, bikin malu pemerintah kecamatan saja kalo begitu tuh mba....
BalasHapusHarus ada yang bisa menyorot ini, biar si camat tau diri dan malu... harusnya bisa jadi contoh teladan bagi bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya, ini kok malah mengajarkan etika penindasan thd org lanjut usia, orang yang telah membesarkan Yuli pula [bu Camat]. Hadoooh. Kacau deh tuh....
Kalo aku bilang, justru karena anak angkatlah, Yuli harus tau diri. Harus balas budi lebih dari seorang anak kandung. Kalo ga ada mbah Yono dan istrinya, mungkin Yuli ga bakal besar dan jadi istri pak Camat lho....
#ih, kok aku yang jadi emosi ya mba, sementara dirimu menuliskannya dengan santai dan santun. Hehe...
setiap perbuatan pasti ada pertanggung jawabannya di dunia maupun diakhirat jadi berbuatlah semau-maunya pasti akan mendapat balasan.
BalasHapus@zaffara >> itulah yang membuat aku tergelitik utk menuliskan kisah pedih mbah Yono sekalian disini supaya kita semua dapat pelajaran darinya dan berkaca dari kisah di atas. Aku yakin orang selembut mbak Winny pasti akan sangat tersentuh dd kisah di atas
BalasHapus@Alaika Abdullah >> begitulah adanya mbak... mungkin bagi warga kecamatan yg dipimpin oleh suami Yuli itu gak tahu bahwa perlakuan pak camat terhadap mertuanya seperti itu mbak... Memang keterlaluan sekali si yuli itu.
@Munir Ardi >> komentar yang singkat tapi mengena sekali Bang :)
wowow... teganya anak angkat mba Yono. ini namanya kebaikan yang ditanam yang tumbuh malah sengsara.
BalasHapusapa ndak mikir ya itu si yuli dan suaminya? semoga dia baca blog ini.
salam
nice post :D salam kenal
BalasHapus@Alris >> banyak banget yang menyayangkan sikapt Yuli dan keluaragnya pada Mbah Yono sekalian. Semoga saja mereka bisa merubah sikap
BalasHapus@Kids Party >> Makasih sudah mampir
waduh...kacang lupa kulitnya :-(
BalasHapusSemoga Mbah Yono sekalian tabah, bila bu Reni sempat tolong kasih tahu mbah Yono untuk baca surat AlFatihah sebanyak mungkin yang ditujukan ke anak angkatnya, Insya Allah nanti prilaku anak angkatnya akan menjadi anak yang berbakti ke mbah Yono, Yakinkan bahwa ini akan menjadi nyata! Tetap berdoa untuk kebaikan anak angkatnya, semoga Allah segera merubah prilaku anakangkatnya menjadi baik dan berbakti kepadi orang tua angkatnya! Aamiin!
BalasHapus@Ina Rakhmawati >> Tepat sekali...
BalasHapus@Edi raih gaji dollar >> aduh sayang sekali rumah mbah Yono jauh sekali, tapi Insya Allah kapan2 akan aku sampaikan pada kerabatku supaya diteruskan kepada Mbah Yono. Terima kasih banyak.
Anak durhaka.... jadi saya yang kesal mba., hehe.
BalasHapusTapi memang banyak yang seperti itu, tetangga saya ada beberapa yang mengurusi cucunya karena orangtuanya bekerja, apa tidak cukup mereka mengurusi orangtuanya dulu? Hmmmm., ngenes. Semoga saya jauh-jauh dari sifat buruk membuat orang tua menderita
sekarang banyak nasib orang tua yang demikian Mbak. bahkan mereka yang punya anak banyak pun tuanya sampai tak terurus karena anaknya berada di tempat jauh
BalasHapusbaru tahu sekalian artinya sepasang.......
BalasHapussedih juga baca kisah mbah yono, moga aja mbah yono dan istri bisa diberi keikhlasan. dan si anak angkat moga aja hati dan pikiranya bisa menyatu :)
BalasHapus@Qen-Q >> Aamiin.. semoga kita semua terhindar dari sikap durhaka pada orang tua ya?
BalasHapus@Muhammad A Vip >> sedih sekali ya kenapa sekarang banyak anak2 yang tak peduli dg orang tua mereka saat mereka sudah sukses ?
@Lisa Tjut Ali >> arti sekalian maksudnya? hehehe... itu kan bisa-bisanya aku aja :D
@Goyang patah patah >> Aamiin.. semoga doanya terkabul.
teganya Yuli.. Sy jd ikutan emosi juga mbak, sekaligus prihatin dg nasib mbah Yono sekalian.. Semoga mbah yono sekalian selalu di beri ketabahan dan keikhlasan.. Dan semoga Yuli sekeluarga diberi kesadaran..
BalasHapus@Keke Naima >> aku juga merasakan emosi saat pertama kali mendengar berita itu kok mbak. Terimakasih utk doanya bagi mbah Yono.
BalasHapus