Judul : Labirin Rasa
Pengarang : Eka Situmorang-Sir
Penerbit : Wahyu Media
Tebal : vi + 394 halaman
Harga : Rp. 52.000
Kategori : Novel Dewasa
Pengarang : Eka Situmorang-Sir
Penerbit : Wahyu Media
Tebal : vi + 394 halaman
Harga : Rp. 52.000
Kategori : Novel Dewasa
Novel ini bercerita tentang pencarian cinta seorang Kayla. Sebagai gadis berumur 21 yang anti-mainstream dan tak percaya ramalan, tiba-tiba dihadapkan dengan wasiat Yangkung-nya. Dalam wasiatnya itu, Yangkung mengatakan bahwa pasangannya adalah sang “Pangeran Fajar”. Meski Kayla sulit mempercayai ramalan, namun dia jadi penasaran dan mencari tahu siapa sosok Pangeran Fajar yang dimaksudkan Yangkung-nya itu.
Kayla bukanlah gadis yang menarik secara fisik. Mukanya penuh jerawat, badan sedikit gendut, rambut berantakan dan penampilan acak-acakan. Namun, dia beruntung karena banyak pria hadir dalam hidupnya. Petualangannya ke berbagai tempat mempertemukannya dengan banyak pria. Mulai dari Ruben, pria blasteran indo yang pertama menggetarkan hati Kayla dan mengantarkannya menelusuri kota Yogyakarta dari berbagai sisinya. Ada Dani, pria yang mendampinginya dalam petualangannya ke Bromo. Lalu David, bule yang menemaninya selama di Bali. Kemudian Ipul, pria yang menemaninya di Makasar. Hadir pula Patar, sepupu yang merupakan pariban dari Kayla. Dan Andy, pimpinan Kayla yang galak namun diam-diam menaruh hati padanya
Saat berhadapan dengan mereka, Kayla sibuk menduga siapakah Pangeran Fajar-nya. Meski Kayla merasa Ruben adalah sang Pangeran Fajar, karena Rubenlah cinta pertamanya dan yang paling ‘cocok’ dengan wasiat Yangkung-nya, namun Ruben berulang kali membuat patah hati Kayla. Benarkah dugaan Kayla? Ataukah mungkin Pangeran Fajar itu adalah Dani, David, Ipul, Patar atau mungkin Andy?
Penulis mampu bercerita dengan gaya yang renyah, ringan dan menarik. Cerita mengalir dengan mulus dan membuat pembaca ikut menebak-nebak siapa sang Pangeran Fajar. Pembaca serasa ikut menikmati keindahan tempat-tempat yang dikunjungi Kayla. Petualangan Kayla ke berbagai tempat diceritakan dengan cukup detil, karena penulisnya memang hobi bertualang dan telah berkunjung ke berbagai tempat itu.
Walau novel ini penuh dengan kisah cinta dengan beberapa cerita yang dikonsumsikan untuk usia diatas 17 tahun, namun ada pesan terselip di dalamnya.
Memasuki halaman 122 aku seolah dihadapkan pada keadaan yang sudah aku kenal sebelumnya. Cerita tentang usaha Kayla mengajarkan pemakaian kata “sih, dong, deh, kok, duh” yang benar pada David. Aku sangat yakin pernah membaca kisah lucu tentang kesalahan pemakaian kata-kata itu sebelumnya. Namun, aku lupa dimana aku pernah membacanya.
Kekurangan yang sangat menonjol dari novel ini adalah soal editing yang masih belum rapi. Masih banyak sekali kesalahan yang aku temukan di dalamnya. Beberapa kesalahan itu berupa :
Sampul novel cukup menarik. Namun, tata letaknya terkesan penuh sesak. Dari halaman judul, tak ada jeda atau ruang longgar tersisa karena halaman berikutnya langsung terisi penuh dengan ‘data buku’, acknowledgement dan cerita. Halaman terakhir tepat berisi ending novelnya, dan halaman belakang sampul bagian dalam terisi dengan data penulis. Benar-benar tanpa jeda, bahkan tak ada ruang untuk “daftar isi”.
Kayla bukanlah gadis yang menarik secara fisik. Mukanya penuh jerawat, badan sedikit gendut, rambut berantakan dan penampilan acak-acakan. Namun, dia beruntung karena banyak pria hadir dalam hidupnya. Petualangannya ke berbagai tempat mempertemukannya dengan banyak pria. Mulai dari Ruben, pria blasteran indo yang pertama menggetarkan hati Kayla dan mengantarkannya menelusuri kota Yogyakarta dari berbagai sisinya. Ada Dani, pria yang mendampinginya dalam petualangannya ke Bromo. Lalu David, bule yang menemaninya selama di Bali. Kemudian Ipul, pria yang menemaninya di Makasar. Hadir pula Patar, sepupu yang merupakan pariban dari Kayla. Dan Andy, pimpinan Kayla yang galak namun diam-diam menaruh hati padanya
Saat berhadapan dengan mereka, Kayla sibuk menduga siapakah Pangeran Fajar-nya. Meski Kayla merasa Ruben adalah sang Pangeran Fajar, karena Rubenlah cinta pertamanya dan yang paling ‘cocok’ dengan wasiat Yangkung-nya, namun Ruben berulang kali membuat patah hati Kayla. Benarkah dugaan Kayla? Ataukah mungkin Pangeran Fajar itu adalah Dani, David, Ipul, Patar atau mungkin Andy?
Penulis mampu bercerita dengan gaya yang renyah, ringan dan menarik. Cerita mengalir dengan mulus dan membuat pembaca ikut menebak-nebak siapa sang Pangeran Fajar. Pembaca serasa ikut menikmati keindahan tempat-tempat yang dikunjungi Kayla. Petualangan Kayla ke berbagai tempat diceritakan dengan cukup detil, karena penulisnya memang hobi bertualang dan telah berkunjung ke berbagai tempat itu.
Walau novel ini penuh dengan kisah cinta dengan beberapa cerita yang dikonsumsikan untuk usia diatas 17 tahun, namun ada pesan terselip di dalamnya.
- Nasehat Yangti pada Kayla : “Cinta itu ibarat labirin rasa, semakin kamu ingin keluar, semakin jauh kamu bisa tersesat. Lebih baik dinikmati saja proses cinta itu. Tapi, jangan membabi buta sampai melanggar norma yang ada.” (hal. 185)
- Kata-kata Kayla : “Dasar dari suatu hubungan itu adalah kepercayaan.” .” (hal. 324)
Memasuki halaman 122 aku seolah dihadapkan pada keadaan yang sudah aku kenal sebelumnya. Cerita tentang usaha Kayla mengajarkan pemakaian kata “sih, dong, deh, kok, duh” yang benar pada David. Aku sangat yakin pernah membaca kisah lucu tentang kesalahan pemakaian kata-kata itu sebelumnya. Namun, aku lupa dimana aku pernah membacanya.
Kekurangan yang sangat menonjol dari novel ini adalah soal editing yang masih belum rapi. Masih banyak sekali kesalahan yang aku temukan di dalamnya. Beberapa kesalahan itu berupa :
- pemenggalan kata : seperti : ng-gak (hal. 5), maka-nan (hal. 18), kup-ing (hal. 18), sep-erti (hal. 125), hil-ang (hal. 128) dll
- pemakaian huruf besar : seperti ruben (hal 31), Bibir (hal. 336)
- penulisan : sebelahnnya (hal 47), memelukknya (hal, 102), mengaharap (hal 335), sumpah saerapah (hal 360) dll
- tanda petik (“) yang salah tempat atau kurang memberikan tanda petik di awal atau di akhir kalimat banyak tersebar di dalamnya.
- Kesalahan pengetikan di halaman 256 dan 259. Harusnya percakapan itu antara Ruben dan Kayla, namun yang tertulis justru nama Patar.
- Di halaman 328 ditulis bahwa Kayla tidur di sofa. Padahal yang benar Kayla tidur di kamar, sementara yang tidur di sofa adalah Patar.
Sampul novel cukup menarik. Namun, tata letaknya terkesan penuh sesak. Dari halaman judul, tak ada jeda atau ruang longgar tersisa karena halaman berikutnya langsung terisi penuh dengan ‘data buku’, acknowledgement dan cerita. Halaman terakhir tepat berisi ending novelnya, dan halaman belakang sampul bagian dalam terisi dengan data penulis. Benar-benar tanpa jeda, bahkan tak ada ruang untuk “daftar isi”.
Mbak lagi rajin resensi buku2 baru ya, atau sebenarnya buku yg udah lama...
BalasHapusIni buku baru banget... kalo sekarang rajin buat resensinya tuh karena emang lagi seneng ikut lomba resensi :)
HapusSetau aku kalau novel jenis begitu jarang yang ada daftar isinya, hehe, tapi gak tau ding...
BalasHapusSemoga menang ya Mbak... Maap lama gak ke sini :D
Masak? Setahuku banyak juga yang ada daftar isinya.
HapusKalau aku sih suka ada daftar isinya, jadi bisa tahu sekilas gambaran isi novel itu.
labirin rasa itu berarti rasa yang ruwet susah dicari ujung pangkalnya yo, bu..?
BalasHapusBisa juga spt itu... jadi untuk tahu ujung pangkalnya harus muter-muter dulu... lama lagi hehehe
Hapussaya juga suka sampulnya, ijo bikin adem dan teduh mata. Tentang dafatar isi, sekarang memang tren buku GagasMedia grup ga pake daftar isi deh Mbak. Dan biodata penulis memang kerap diletakkan di balik sampul belakang.
BalasHapusSaya setuju dengan Mbak, banyak typo atau kesalahan cetak yang bertaburan. Mengurangi kenikmatan. Eka memang menyajikan cerita dengan renyah, mengalir dan ringan ya. Sampai terhanyut. Semoga menang Mbak...
Oh gitu ya? Aku tidak mencermati buku2 terbitan GagasMedia Grup.
HapusKalau biodata penulis memang aku sudah terbiasa melihat di balik sampul belakang... tapi maksudku kebetulan di halaman depannya sudah penuh juga... tak ada ruang kosong sama sekali, sehingga tampaknya penuh sesak.
Kalau soal cerita memang mengalir dengan lancar dan menarik :)
selain menyuguhkan keindahan tempat2 eksotis di indonesia, banyak pesan moralnya jg yah :)
BalasHapusIya mbak... seneng sekali membaca tempat2 yang indah itu lewat cerita mbak Eka. Dan untungnya ada pesan moral yang tersimpan di dalamnya :)
Hapusboleh juga tuh harga nya hehee.,.,
BalasHapusKok yang disoroti malah harganya ya? hehehe
HapusBaca resensi novel ini disana sini, jadi makin penasaran.
BalasHapusKalau gitu segera aja hunting bukunya mbak biar gak penasaran lagi :)
Hapusjadi pengen beli bukunya kak
BalasHapusdi toko buku sudah ada kok... jadi gak susah nyari bukunya :)
Hapuscinta ibarat labirin rasa..hhmmm..berarti cinta itu menjebak ya mbak...hehehe..
BalasHapussukses teruuss mb reny.. muaachh :))
mungkin bukan menjebak mbak... tapi berliku-liku susah diketahui mana ujung pangkalnya
HapusMakasih doanya mbak, dan sukses juga buat mbak Enny :)
ayangnya belum penh ngrasain cinta mau dirasakan tapi ndak ada oang yang mau kayaknya
BalasHapushehehe... masak? Belum membuka hati utk orang lain, mungkin? :)
HapusGutlak ya mba...ngontesnya :)
BalasHapusAku jd pengin baca jugaaa bukunya nih
Aamiin... terimakasih
HapusSilahkan ikut baca bukunya mbak dan ikuti petualangan Kayla
Lomba ya mbak? semoga berhasil..
BalasHapusCeritanya sepertinya menarik, jd ikut penasaran siapa di antara pria2 itu yg ternyata pangeran fajar. Tapi kalo covernya mnrtku biasa aja. sekilas dilihat kek buku2 ekonomi gt hihihih
Iya ini utk lomba lagi... Makasih ya utk doanya
HapusSoal cover emang subyektif ya... spt 'selera'ku yang pengennya di setiap buku ada daftar isi dan pembatas bukunya hehehehe
aku belum baca buku ini.. aahhh,, sayang sekali ya. padahal kan kenal sama mbak ekanya..
BalasHapusdan selalu detail dalam resensi khas banget mbak reni.. semoga menang mbak :)
Niee sudah pernah ketemu mbak Eka ya? Wah, asyik dong...
HapusBtw... makasih doanya ya... :)
lagi milih2 buku buat bacaan sasha kayaknya nih, asik kalo anak baca buku ibunya udah tau duluan
BalasHapusIni bukan buku Shasa... dan belum pas untuk dibaca Shasa karena ada cerita yang sedikit 'dewasa' di dalamnya :)
HapusJadi... utk sementara buku ini aku simpan utkku saja hehehe
Saya liat ini di jajaran buku laris di toko buku Mbak, mau beli masih ragu apakah bagus. Tapi resensi dari Mbak cukup lengkap nanti ke toko buku insyaallah beli deh...
BalasHapusYang menonjol dalam buku ini (menurutku) adalah kepiawaian mbak Eka, sang penulis, menceritakan dg detil ttg tempat2 yang dikunjungi Kayla.
Hapuswow 'tersesat' :D
BalasHapuskayaknya bagus mbak
*masukin ke wishlist*
Wah... belum baca aja sudah merasa tersesat... hehehe
HapusBanyak peresensi menguti ini ya mbak: “Cinta itu ibarat labirin rasa, semakin kamu ingin keluar, semakin jauh kamu bisa tersesat. Lebih baik dinikmati saja proses cinta itu. Tapi, jangan membabi buta sampai melanggar norma yang ada.”
BalasHapusResensinya bagus, ada sisi kekurangannya ^__^
Terimakasih banyak mbak... Emang kutipan di atas rasanya pas banget menggambarkan perjalanan menuju cinta :)
HapusMakasih pujiannya, membuatku jadi bersemangat :)