Kamis, 11 September 2014

Kelas Unggulan

Aku tak tahu, apakah di setiap sekolah ada kelas unggulan atau tidak. Aku juga tak tahu apa tujuan dari dibentuknya kelas unggulan di suatu sekolah. Yang jelas, di sekolah Shasa ada 1 kelas yang disebut sebagai kelas unggulan. Nah, ada cerita nih soal kelas unggulan ini.

Dulu, sekolah Shasa adalah SMP dengan label RSBI (tapi kini sudah dihapus). Jadi, untuk bisa masuk kesana harus ada test terlebih dahulu. Nilai ujian nasional dipakai sebagai tambahan untuk menentukan diterima tidaknya calon siswa di SMP tersebut. Dan, hasil dari tes masuk plus nilai ujian nasional itu ternyata dipakai juga untuk mengatur penempatan siswa ke dalam kelas unggulan dan kelas reguler.

Kebetulan, saat kelas 7 Shasa dimasukkan dalam kelas unggulan. Saat itu tidak ada 'masalah' yang berarti karena Shasa juga sangat suka dengan suasana dan teman-teman sekelasnya. Saat kelas 8, lagi-lagi Shasa dimasukkan dalam kelas unggulan. Nah, di kelas 8 inilah mulai muncul 'masalah'. Shasa mulai merasa tak nyaman ada di kelas unggulan. Bukan soal teman-teman atau suasana kelas yang membuatnya tak nyaman, tapi dia merasa 'tuntutan' guru terhadap kelas unggulan menurutnya agak berlebihan.

Saat pertengahan semester ganjil Shasa sudah mengeluhkan tentang ketidaknyamanan berada di kelas unggulan. Hampir tiap hari dia mengatakan ingin keluar dari kelas unggulan. Menghadapi keluhan-keluhannya ini, aku mencoba untuk mengajak Shasa mendiskusikan masalah ini. Aku mencoba mencari tahu lebih banyak tentang ketidaknyamanan yang dirasakannya di kelas unggulan. Aku mencoba mengajaknya untuk melihat plus minus berada di dalam kelas unggulan. Intinya, aku mengajaknya untuk tak mengambil keputusan hanya berdasarkan emosi sesaat saja.

Setelah beberapa kali mendiskusikan hal tersebut dengan Shasa, maka aku mengatakan padanya bahwa keputusan aku serahkan padanya. Aku hanya memintanya memilih apa yang membuatnya senang. Kepada suami, aku mengatakan bahwa jika Shasa tak nyaman berada di kelas unggulan pasti dia akan berusaha agar bisa keluar dari sana, salah satunya tentu saja adalah dengan cara tidak berusaha keras di kelas agar tak dapat nilai yang memuaskan. Tak lupa kukatakan pada suamiku untuk tak terlalu memikirkan hal itu, karena Shasa sendiri yang akan menentukan apakah dia lebih nyaman dengan nilai yang bagus atau nilai seadanya saja.

Yang kemudian terjadi adalah... Shasa ternyata selalu resah saat melihat nilainya yang hanya seadanya saja. Akhirnya, dengan sendirinya Shasa memacu dirinya untuk tetap tekun dan rajin belajar, bukan demi tetap berada di kelas unggulan, tapi karena dia lebih nyaman jika dia mendapatkan nilai-nilai yang bagus di semua mata pelajaran.

Sejak itu, Shasa tak pernah lagi mengeluhkan ketidaknyamanannya berada di kelas unggulan. Dan, kini saat Shasa duduk di bangku kelas 9, lagi-lagi dia ditempatkan di kelas unggulan. Walau aku tak pernah lagi mendengarnya mengeluhkan tentang tuntutan guru-guru terhadap kelas unggulan, tapi sesekali aku masih mendengarnya bercerita tentang 'kelonggaran' yang diterima oleh teman-temannya yang berada di kelas reguler.

Hidup memang pilihan dan Shasa sudah melakukannya, kali ini memilih untuk tekun belajar atau bersantai-santai dalam belajar. Sedangkan kelas unggulan atau tidak, itu hanya akibat dari pilihan yang diambilnya.

26 komentar:

  1. pernah juga dengerin curhat anak2 yg ada di kelas spesial kayak gitu,stres katanya,teman2nya juga beda nggak kayak teman2 di kelas biasa hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mak... sekarang sesekali Shasa cerita "enak lo d kelas itu karena bla.. bla.. bla.."

      Yah memang tuntutan guru emang bisa bikin stress, Mak.

      Hapus
  2. pernah denger tentang sekolah unggulan pas zaman RSBI masih berlangsung. sekarang udah ditiadakan. tapi ternyata masih ada ya? memang bebannya lebih berat dibanding kelas reguler.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang masih ada itu kelas unggulannya... tapi sebutan sekolah RSBI sudah tak ada lagi.
      Perlakuan guru2 terkadang memang beda... itu yang kadang membuat tak nyaman.

      Hapus
  3. jaman saya sekolah dulu sudah ada kelas unggulan, ternyata sekarang masih ada. Biasanya bikin ngiri kelas2 yg lain krn perhatian guru lebih banyak tercurahkan utk kelas unggulan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu yang memang membuat tak nyaman memang perlakuan dan perhatian yang berbeda dari guru sih :)

      Hapus
  4. Salam buat mbak Shasa. Lebih semangat lagi mbak. Selamat berjuang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak Mak Ika utk semangatnya... Insha Allah salamnya akan disampaikan. Salam hangat dari Madiun :)

      Hapus
  5. Wah, hebat Shaha. Hebatnya dia gak patah semangat ya Mak liat nilainya justru terpacu untuk lebih lagi. Sun jauh buat Shasa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada dasarnya Shasa sedih kalau dapat nilai buruk dalam ulangan, jadinya dia berusaha keras agar tak dapat nilai buruk.
      Sun buat shasa insha allah diteruskan :D

      Hapus
  6. berarti Shasa pinter dan bisa menyesuaikan diri dengan teman2nya....sukses sll ya Shasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selama ini teman2 sekelas gak pernah menjadi masalah bagi shasa Mak, yg selalu dikeluhkannya itu adalah 'tuntutan' para guru thd anak-2 yang ada di kelas unggulan.
      Terimakasih sudah menyemangati Shasa Mak :)

      Hapus
  7. adik saya juga masuk di kelas unggulan di SMP, tapi sekarang kelas itu udah ditutup karena banyak masyarakat yg protes. semoga pendidikan kita makin maju kedepannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sekolah Shasa kelas unggulan masih ada sampai sekarang.
      Yups sepakat... semoga pendidikan kita makin maju ke depannya :)

      Hapus
  8. Aku kurang ngerti masalah sekolah unggulan apakah saat ini masih ada dan masih diberlakukan? Dulu memang si anak harus ikut test untuk masuk kedalam kelas unggulan... Dua ponakanku masuk sekolah unggulan dan nyatanya memang diterima di tempat kuliah yang diinginkannya (satunya masuk Kedokteran dan satunya mendapat beasiswa Institut Surya di JKT)... Tahun ini keponakanku yang lainnya masuk SMA tetapi sejak awal sudah ada test untuk menentukan penjurusan... Hasil test dia masuk kelas IPA... Namun ponakanku menolak karena dia lebih berminat ke jurusan IPS walaupun sempat satu minggu masuk kelas IPA... Ternyata dia mneghadap sendiri ke gurunya untuk masuk kelas IPS dan alhamdulillah diijinkan gurunya... Pertanyaannya, apakah ada hubungan antara minat siswa dengan hasil test penjurusannya ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya tes penjurusan hanya untuk melihat kemampuan murid, bukan melihat minatnya mbak.
      Minat anak biasanya dilihat lewat psikotest mbak.

      Hapus
  9. Dulu zamanku ada juga kelas unggulan berdasarkan nilai :D
    Tapi, good choice Shasa.. Tidak menyerah malah menjadi termotivasi untuk lebih berusaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kelas unggulan itu berdasarkan nilai, dan setiap tahun anak2 yang masuk kelas unggulan berubah-ubah berdasarkan nilai yg mereka peroleh saat kenaikan kelas.

      Hapus
  10. karena Shasa nilainya unggul, maka ditempatkan dikelas unggulan kali mbak hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penempatan di kelas unggulan itu tak memberatkan shasa sebenarnya, seandainya tuntutan guru terhadap anak2 kelas unggulan tidak berlebihan (menurut Shasa) :)

      Hapus
  11. sering denger sih mbak tentang kelas unggulan ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu kelas unggulan memang terkenal ya Mak, mungkin sekarang sudah mulai banyak sekolah yg menghapus kelas unggulan ini

      Hapus
  12. saya kira kelas2 unggulan seperti ini sudah tidak ada mba, ternyata masih ada ya...
    tetap semangat utk Shasa ya... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata masih ada mbak... setidaknya di sekolah Shasa masih ada kelas unggulan ini.
      Terimakasih sudah menyemangati Shasa :)

      Hapus
  13. Pernah dong, Mak. Di sini ada juga pengelompokkan kelas. Hanya ada satu kelas saja, sih.

    Dan kelas tersebut isini anak2 pinter semua. Menjadi andalan sekolah. :)

    Sha, kok kamu hebat, sih. Tetap tekun belajar, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang utk lomba2 akademis yang diikuti sekolah biasanya yg dipilih memang anak2 dari kelas unggulan itu, Idah.
      Makasih sudah menyemangati Shasa ya....
      Salam Shasa utk Tante Idah :)

      Hapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)