Kamis, 28 September 2017

Urusan anak bagi Ibu yang bekerja

Wanita-wanita yang bekerja mempunyai masalah 'klasik' yang dari tahun ke tahun selalu jadi perbincangan hangat. Masalah itu adalah ten tang pengasuhan anak. Tentunya bagi wanita-wanita yang bekerja tak akan bisa merawat dan mengasuh anak secara full sebagaimana ibu rumah tangga.

Yang jadi masalah adalah siapa yang akan menggantikan peran ibu dalam merawat dan mengasuh anak. Mungkin bagi orang tua yang tinggal tak jauh dari keluarga (kakek-nenek) tak terlalu pusing, karena masalah perawatan dan pengasuhan anak bisa diambil alih oleh kakek-neneknya.

Bagi yang tidak tinggal bersama dengan keluarga (kake-nenek) terpaksa meyerahkan perawatan dan pengasuhan anak kepada orang lain. Bagi yang memiliki dana, bisa membayar orang lain (baby sitter atau asisten rumah tangga) untuk membantu merawat dan mengasuh anak. Atau bisa juga menitipkan anak pada tempat penitipan anak.

Memang, orang tua pasti akan lebih merasa nyaman jika menyerahkan perawatan dan pengasuhan anak pada keluarga (kakek-nenek) daripada pada orang lain. Orang tua memang lebih percaya jika anak-anak mereka ada di tangan keluarga (kakek-nenek) daripada di tangan orang lain.

Nah, yang repot adalah jika orang tua tinggal jauh dari kakek-nenek dan juga tak punya biaya untuk membayar baby sitter ataupun asisten rumah tangga, atau menitipkan anak mereka ke tempat penitipan anak. Dalam kondisi seperti ini, tak jarang wanita-wanita yang bekerja memilih untuk membawa anak-anak mereka ke tempat kerjanya. Masalahnya, tak semua tempat kerja memperbolehkan pekerjanya membawa anak-anaknya ke tempat kerja.

Aku sendiri termasuk beruntung karena tinggal tak jauh dari orang tua/mertua. Setiap hari, aku menyerahkan perawatan dan pengasuhan anakku pada kakek neneknya. Dan, kakek-neneknya juga dengan senang hati menerima tugas itu, maklum saja anakku adalah cucu pertama mereka. Jadi, mereka sangat antusias menemani anakku setiap harinya.

Namun, ada kalanya saat orang tua sakit atau anak yang rewel ingin ikut ke tempat kerja, maka aku pun pusing juga. Mau dibawa ke tempat kerja jelas tidak memungkinkan karena di tempat kerjaku tak ada tempat untuk penitipan anak. Tapi meninggalkan anak di rumah tanpa pengawasan jelas tidak mungkin.

Hal seperti ini sering juga dihadapi oleh Chela Ribut Firmawati, S.Pd atau yang biasa dikenal sebagai Si Guru Kecil. Pernah Chela terpaksa mengajak anaknya yang masih balita ke sekolah, menemaninya mengajar di kelas. Memang sih dengan adanya anak membuat Chela tidak bisa full konsentrasi dalam mengajar, karena harus membagi perhatian dengan anaknya yang sedang aktif-aktifnya bereksplorasi dengan lingkungannya.

Untungnya, Chela mengajar anak-anak SD dan kehadiran Intania Kirana Widiawati (atau biasa dipanggil dengan nama Intan) disambut hangat oleh murid-murid Chela yang juga masih kecil-kecil. Jadinya, murid-muridnya Chela dan juga Intan sama-sama tak merasa terganggu.

Apakah ada sahabat blogger punya pengalaman membawa anak ke tempat kerja juga?

2 komentar:

  1. Dari awal menikah emang udah memilih untuk jadi ibu rumah tangga sih mbak... Jadi nggak merasakan bawa anak untuk bekerja, tetapi ketika ada acara kumpul blogger atau kumpul bersama teman... selalu bawa pasukan komplit... Hahaha

    BalasHapus
  2. Diperlukan niat dan tekat yg istiqomah untuk menjalaninya mbak.. Walo kadang itupun tidak cukup, krn pada kenyataannya banyak sekali kendala yg menghadang *malah curcol*
    Apa kabar mbak? :)

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)