Senin, 04 Februari 2013

#5 Review : Ibuk,

Sungguh mengharukan membaca pengorbanan dan perjuangan keluarga sederhana untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, terutama agar anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik.

Ibuk yang bersuamikan seorang sopir angkot, harus pandai-pandai mengatur keuangan supaya bukan saja bisa untuk makan sehari-hari tapi juga untuk kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Bapak pun harus rela bekerja dari pagi hingga larut malam untuk mencukupi semua kebutuhan anak-istrinya.

Walau penghasilan Bapak sebagai sopir angkot tidak besar, namun Ibuk berusaha memberikan yang terbaik bagi kelima anaknya. Dalam keadaan yang sangat sulit dan serba terbatas, Ibuk tetap mampu memberikan cinta dan pengabdian yang tulus bagi keluarganya. Apapun dilakukan Ibuk hanya supaya anaknya mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Bukan hal luar biasa jika Ibuk harus keluar masuk pegadaian untuk menggadaikan aneka jenis barang. Bahkan di saat terdesak pun, menjual harta benda dilakukan Ibuk asalkan anak-anaknya tetap dapat makan dan sekolah. Ibuk tak ingin anak-anaknya mengalami nasib yang sama sepertinya, yang tak bisa menamatkan Sekolah Dasar. Itu janji yang digenggam erat Ibuk dalam hatinya.

Tumbuh dalam limpahan kasih Ibuk dan perjuangan Bapak dalam mencari nafkah, kelima anak mereka tumbuh menjadi anak-anak yang pintar dan saling menguatkan satu sama lain. Satu per satu anak-anaknya dapat menuntaskan pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang dapat mereka gunakan untuk membantu keuangan keluarga dan membantu pendidikan adik-adiknya.

Bayek, anak nomor 3 (tengah) dan anak laki-laki satu-satunya dari kelima anak keluarga tersebut, berhasil lulus dengan gemilang dari IPB. Setelah mendapatkan pekerjaan di Jakarta, Bayek mendapatkan kesempatan untuk bekerja di New York. Walau bekerja di New York berat dan sangat jauh dari keluarga, namun Bayek berusaha bertahan demi misinya mengentaskan keluarganya dari kemiskinan. Bayek pun baru kembali ke Indonesia setelah misinya selesai.

*****

Bahasa yang digunakan Iwan Setiawan dalam bertutur dalam novelnya ini benar-benar enak diikuti. Bahasanya yang ringan dan penggambaran kisahnya tidak ribet sehingga aku tak perlu mengerutkan kening untuk memahaminya. Membacanya, seolah aku melihat sendiri apa yang diceritakan penulis.

Begitu membaca, aku pun tak ingin menutup buku ini sebelum berhasil menuntaskannya. Aku terkesan dengan cerita yang disampaikan dan aku pun ingin segera menuntaskannya untuk mengetahui endingnya.

Yang menarik, dalam buku ini ada banyak kata-kata bijak yang sangat indah. Aku terkadang harus berhenti beberapa lama untuk lebih memahami dan meresapi kata-kata bijak yang ada. Salah satu yang aku suka adalah kata-kata bijak dari Kartini sebagai berikut :

Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang,
itulah semboyanku! Maju!
Semua harus dimulai dengan berani!
Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia.

Buku ini nyaris tanpa cacat, hanya saja ada sedikit kesalahan, yaitu pengulangan nama. Di halaman 109 diceritakan bahwa saat itu sudah pukul 11 malam dan Bapak belum juga pulang. Diceritakan bahwa anak-anak tidur di 2 kamar yang ada di rumah itu. Tepatnya, yang tertulis seperti ini :

Isa, Nani, dan Rini tertidur pulas di kamar depan semenjak jam 9. Biasanya salah satu dari mereka akan terbangun sebentar kalau tidak kebagian selimut. Bayek, Rini, dan Mira di kamar sebelah bersama Ibuk.

Nah..., dalam kalimat di atas nama Rini muncul 2 kali. Dia tidur di kamar depan bersama Isa dan Nani. Tapi kemudian diceritakan dia tidur di kamar sebelah bersama Bayek, Mira dan Ibuk.

Hanya itu sedikit kesalahan (ketik) yang aku temukan dalam buku ini. Terlepas dari kesalahan kecil itu, buku ini menurutku sangat bagus dan menarik untuk dibaca.


Judul : Ibuk
Pengarang : Iwan Setyawan
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2012 (cetakan pertama)
Tebal : 293 halaman
Harga : Rp. 58.000 (disc. 15%)


33 komentar:

  1. aku udah baca buku ini dan sempat berkaca2, karena masa kecilku hampir ada kemiripan dengan kisah ini.

    BalasHapus
  2. Ibuk seorang manusia yg dicantoli berlian hatinya. Disediakan Allah untuk kesejahteraan anak-anak umat manusia ya Mbak..Entah gimana jadinya kita besar tanpa sentuhan kasih Ibuk

    BalasHapus
  3. @Dey >> wah rupanya aku kalah dulu nih baca buku ini ya mbak? memang sangat mengharukan apa yang diceritakan penulisnya di buku ini mbak.

    @evi >> sepakat! #tos!
    Ibu memang manusia mulia yang hatinya sungguh luas dengan limpahan cinta yang luar biasa

    BalasHapus
  4. baca novel memang bisa menggugah jiwa. novel terakhir yg saya baca cuman laskar pelangi. udah lama gak baca novel2 baru. mending belajar kalo saya, he

    BalasHapus
  5. @Rusydi Hikmawan >> Laskar Pelangi? Wow itu sudah lama sekali ya berarti...

    @Bang Ancis >> Tertarik utk ikutan baca juga Bang? :D

    BalasHapus
  6. Makasih banyak mbak reviewnya
    Aku wis duwe bukunee isih diplastik
    Belum tak woco wehehehe

    BalasHapus
  7. Belum sempat baca bukunya mbak :D
    Tapi sekilas dilihat dari postingan mbak, kayaknya sih emang bagus.
    Mudah2an aja kesalahan itu segera direvisi untuk cetakan berikutnya :D

    BalasHapus
  8. @Untje van Wiebs >> ndang dibuka plastike to, trus ndang diwaca hehehe

    @Zippy >> kebetulan buku yang aku punya itu cetakan pertama, semoga saja pada cetakan berikutnya kesalahan itu sudah diperbaiki.

    BalasHapus
  9. udah lama jg baca buku ini mba Ren, memang bagus ya, mengharukan..

    BalasHapus
  10. Hehehehe... iya, pengen baca juga.. di gramedia tersediakah?

    BalasHapus
  11. ibu sungguh berhati mulia...semangat untuk para ibu di indonesia :)

    BalasHapus
  12. belom pernah baca mba..
    mau minjemin :D ?

    BalasHapus
  13. @Orin >> lagi2 aku kalah cepat ya mbak. Banyak yg sudah lama baca buku ini dan aku baru baca sekarang hehehe..

    @Bang Ancis >> Di Gramedia pasti ada. Buruan beli ya Bang? :) #promosi

    @Pesta ulang tahun >> thanks..

    @Mekanik Komputer >> Terimakasih dan karena aku termasuk salah satu dari para Ibu di Indonesia aku jadi terharu :)

    @Jasa SEO terbaik >> boleh? Datang aja ke rumah ya? :)

    BalasHapus
  14. aku belum pernah baca buku ini mb.. kyknya bagus yah.. jd pengen baca nih..

    BalasHapus
  15. @lina Marliana >> emang bagus kok mbak.. ternyata aku bukan orang terakhir yang "mengenal" buku ini hehehe.... Leganya... #nyengir

    BalasHapus
  16. SEMANGAT PERJUANGAN seperti itu yang mestinya dimiliki generasi muda jaman sekarang ini
    saya sedih aja ngelihat yang nakal2 kongkow2 nggak jelas sama nggak jelasnya dengan masa depan yang terbentang didepan dia
    buat saya, asal niat... Allah pasti ngasih jalan terbaik :)

    BalasHapus
  17. rekom yang bagus nih..dari kemaren udah liat neh novel tapi urung belinya heheheh tapi udah ada review gini, bisa dimasukin di list wajib beli lah :D

    BalasHapus
  18. gak kalah cepat kok mbak krn sy malah blm baca.. tp pas baca review ini sy jadi pengen bgt baca kayaknya sy hrs siapin tissue utk baca ini :)

    BalasHapus
  19. seru juga ya kalo baca ulasannya, sering nemu buku ini di gramed tapi covernya biasa-biasa ga bikin penasaran :D

    BalasHapus
  20. @Ninda >> semangat perjuangan memang sangat kental dalam buku ini, semoga saja siapapun yang membaca buku ini termotivasi utk juga memperjuangkan hidupnya

    @ranny >> kalau gitu, buruan beli ya? semoga saja review ini bermanfaat

    @keke naima >> hahaha... bener banget, siapin tissue karena rasa haru pasti akan membuat air mata keluar tanpa permisi :D

    @obat hepatitis >> covernya unik kalo menurutku sih... tapi seperti kata pepatah : jangan menilai sesuatu dari sampulnya :D

    BalasHapus
  21. Buku yang bagus, aku bahkan sudah baca ke dua kalinya!

    BalasHapus
  22. demi anak-anaknya ya rela melakukan apapun

    BalasHapus
  23. @edi >> wah aku malah kalah sama pak Edi nih, aku baru baca sekali pak Edi sudah 2 kali hehehe

    @Lidya >> yups... bener banget mbak. Semua demi anak2nya.

    BalasHapus
  24. Emmm... Boleh nih buku jadi referensi bacaan berikutnya. Apa semenarik review-nya ya? Kita liat nanti!

    deidesuriya.blogspot.com

    BalasHapus
  25. saya berpikir tadi ini adalah sebuah kisah nyata. Namn demikian saya ikut terhanyut tulisan mbak Reni ini sambil membayangkan bagaimana sebuah keluarga berjuang dan memiliki misi masa depan yang patut dicontoh.

    OOT:
    Pertanyaan mbak Reni tentang blog: Blog yang mosting tentang kurma itu blog lama (djanganpakies dot com) Mbak Reni yang berplatform blogspot. Dan sejak nopember 2012 lalu saya bikin blog baru di WP (djankies dot net). Cuman akhir-akhir ini saya lebih menikmati dan nulis yang di WP

    BalasHapus
  26. saya belum baca buku ini. malah ada 7 buku yang udah dibeli tapi belum dibaca T_T

    BalasHapus
  27. @PakIes >> novel itu diangkat dari kisah nyata kok Pak. Spt itulah kisah hidup dari Penulisnya Iwan Setyawan (yg dalan buku diberi nama Bayek Setyawan)

    @Rian Ra-Kun >> ada 7 buku yang belum dibaca? Wah bisa dipinjem dong... hehehe

    BalasHapus
  28. @Ina Rakhmawati >> memang mengharukan ceritanya

    BalasHapus
  29. Rasa-rasanya nama iwan setiawan udah gak asing sama aku, tapi aku belum pernah baca novel beliau. mungkin ada cerpen-cerpennya yg pernah aku baca.. gak gitu ingat.

    cerita tentang ibuk selalu berhasil mengundang air mata haru. Perempuan bergelar ibuk, mama, emak atau apalah sebutannya adalah wanita luar biasa menurutku. Review yg menarik mbak Ren :)

    BalasHapus
  30. @Zasachi >> Iwan adalah penulis yg terkenal mbak jadi sangat mungkin pernah dengar namanya hehehe.

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)