Hidup memang harus dijalani dengan penuh semangat bila ingin bisa meraih semua mimpi. Namun yang aku rasakan, terkadang saat hambatan dan kesulitan datang, seringkali putus asa melunturkan semangat yang ada. Apalagi saat hati sedang mengharu biru..., semangat rasanya terbang entah kemana. Bahkan kadang, untuk bermimpi pun sudah tak sanggup.
Itu makanya aku sangat tercambuk dan malu hati saat membaca Tetralogi Laskar Pelangi. Tokoh-tokohnya (Ikal, Lintang dan Arai) benar-benar membuatku merasa malu mudah patah semangat. Membaca kisah mereka yang selalu penuh semangat dalam memperjuangkan cita-cita membuatku jadi ikut termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Aku iri dengan keberanian Ikal dan kawan-kawannya dalam merajut mimpi. Aku makin salut dengan upaya keras mereka dalam meraih mimpi.
Aku tak perduli dengan anggapan beberapa orang bahwa tokoh Lintang dan Arai adalah fiktif belaka. Nyata ataupun tidak, cerita yang disampaikan oleh Andrea Hirata berhasil membuatku lebih bersemangat saat menghadapi hambatan dan kesulitan yang ada. Sekaligus mengajariku untuk tidak takut merajut mimpi.
Tapi kali ini aku tidak ingin bercerita tentang Tetralogi Laskar Pelangi, karena sudah banyak sekali orang yang membicarakannya. Aku sekarang ingin menceritakan kisah seorang "Lintang" yang ada di dunia nyata. Namanya : Bayu Hartanto.
Harian Jawa Pos dan Tabloid Nyata memuat cerita tentang perjuangan seorang Bayu Hartanto untuk tetap dapat bersekolah. Walaupun keluarganya hidup dalam keterbatasan dan jarak ke sekolah yang cukup jauh, tak melunturkan semangat Bayu Hartanto dalam bersekolah.
Bayu Hartanto adalah anak sulung dari seorang penjaga tambak yang hidup di tempat terpencil, yaitu Pulau Dem, Dusun Tlocor, Desa Kedung Pandan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Sidoarjo. Pulau itu terbentuk karena delta di Sungai Brantas. Di Pulau itu hanya ada 8 rumah. Satu-satunya alat transportasi yang menghubungan Pulau Dem dengan "daratan" Sidoarjo adalah perahu.
Untuk menuju ke sekolahnya, Bayu harus menempuhnya jarak sejauh kurang lebih 4 km. Perjalanan itu ditempuh dengan naik sepeda dan menyeberang Sungai Brantas. Perjuangannya mengalahkan jarak yang jauh, panas dan hujan tak juga menyurutkan semangatnya untuk mengenyam pendidikan. Bahkan, saat menjaga kambing-kambingnya sepulang sekolah pun, Bayu menyempatkan diri untuk membaca buku.
Maka tak heran kalau sejak kelas I sampai kelas VI, Bayu selalu menjadi juara kelas.
Itulah cerita kehidupan yang terjadi di hadapan kita. Di suatu tempat yang jauh dari segala macam fasilitas, ada anak-anak yang begitu haus akan pendidikan. Sementara di tempat lain yang berlimpah dengan fasilitas dan segala kemudahannya, ternyata semangat itu malah luntur.
Ternyata, fasilitas dan kemudahan yang ada tidak mampu menumbuhkan daya juang dan semangat untuk mendapatkan yang lebih baik lagi. Semangat itu justru muncul dari anak-anak yang terbiasa hidup dalam keterbatasan. Mimpi meraih hidup yang lebih baik mampu menjadi pemicunya.
Setelah perjuangan hidup Bayu Hartanto dimuat di Harian Jawa Pos, ternyata banyak dermawan yang terketuk untuk membantu. Semoga saja perjuangan Bayu Hartanto untuk meraih mimpi dapat terwujud berkat semangatnya yang luar biasa serta dukungan dari para donatur.
Semoga saja, semangat Bayu Hartanto bisa menular pada kita semua. Siap untuk lebih bersemangat meraih mimpi ? Siapa takut ?!
Itu makanya aku sangat tercambuk dan malu hati saat membaca Tetralogi Laskar Pelangi. Tokoh-tokohnya (Ikal, Lintang dan Arai) benar-benar membuatku merasa malu mudah patah semangat. Membaca kisah mereka yang selalu penuh semangat dalam memperjuangkan cita-cita membuatku jadi ikut termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Aku iri dengan keberanian Ikal dan kawan-kawannya dalam merajut mimpi. Aku makin salut dengan upaya keras mereka dalam meraih mimpi.
Aku tak perduli dengan anggapan beberapa orang bahwa tokoh Lintang dan Arai adalah fiktif belaka. Nyata ataupun tidak, cerita yang disampaikan oleh Andrea Hirata berhasil membuatku lebih bersemangat saat menghadapi hambatan dan kesulitan yang ada. Sekaligus mengajariku untuk tidak takut merajut mimpi.
Tapi kali ini aku tidak ingin bercerita tentang Tetralogi Laskar Pelangi, karena sudah banyak sekali orang yang membicarakannya. Aku sekarang ingin menceritakan kisah seorang "Lintang" yang ada di dunia nyata. Namanya : Bayu Hartanto.
Harian Jawa Pos dan Tabloid Nyata memuat cerita tentang perjuangan seorang Bayu Hartanto untuk tetap dapat bersekolah. Walaupun keluarganya hidup dalam keterbatasan dan jarak ke sekolah yang cukup jauh, tak melunturkan semangat Bayu Hartanto dalam bersekolah.
Bayu Hartanto adalah anak sulung dari seorang penjaga tambak yang hidup di tempat terpencil, yaitu Pulau Dem, Dusun Tlocor, Desa Kedung Pandan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Sidoarjo. Pulau itu terbentuk karena delta di Sungai Brantas. Di Pulau itu hanya ada 8 rumah. Satu-satunya alat transportasi yang menghubungan Pulau Dem dengan "daratan" Sidoarjo adalah perahu.
Untuk menuju ke sekolahnya, Bayu harus menempuhnya jarak sejauh kurang lebih 4 km. Perjalanan itu ditempuh dengan naik sepeda dan menyeberang Sungai Brantas. Perjuangannya mengalahkan jarak yang jauh, panas dan hujan tak juga menyurutkan semangatnya untuk mengenyam pendidikan. Bahkan, saat menjaga kambing-kambingnya sepulang sekolah pun, Bayu menyempatkan diri untuk membaca buku.
Maka tak heran kalau sejak kelas I sampai kelas VI, Bayu selalu menjadi juara kelas.
Itulah cerita kehidupan yang terjadi di hadapan kita. Di suatu tempat yang jauh dari segala macam fasilitas, ada anak-anak yang begitu haus akan pendidikan. Sementara di tempat lain yang berlimpah dengan fasilitas dan segala kemudahannya, ternyata semangat itu malah luntur.
Ternyata, fasilitas dan kemudahan yang ada tidak mampu menumbuhkan daya juang dan semangat untuk mendapatkan yang lebih baik lagi. Semangat itu justru muncul dari anak-anak yang terbiasa hidup dalam keterbatasan. Mimpi meraih hidup yang lebih baik mampu menjadi pemicunya.
Setelah perjuangan hidup Bayu Hartanto dimuat di Harian Jawa Pos, ternyata banyak dermawan yang terketuk untuk membantu. Semoga saja perjuangan Bayu Hartanto untuk meraih mimpi dapat terwujud berkat semangatnya yang luar biasa serta dukungan dari para donatur.
Semoga saja, semangat Bayu Hartanto bisa menular pada kita semua. Siap untuk lebih bersemangat meraih mimpi ? Siapa takut ?!
terkadang kita yang berada pada kondisi yang lebih baik dari mereka malah menyia-nyiakan kesempatan yang ada
BalasHapus@joe : yups... begitulah yang terjadi di sekitar kita, mas. Seringkali kita lupa mensyukuri apa yang kita dapatkan.
BalasHapusMakasih ya udah mampir lagi..
sebenarnya bnyk anak2 indonesia yg punya semangat tinggi untuk belajar dan maju
BalasHapusnamun karena ketiadaan biaya, mereka terpaksa putus sekolah
sedih mbak klu kita melihat fenomena kemiskinan yg mewarnai negeri ini
seringkali, fasilitas yang memadai dan bahkan berlebihan, membuat kita jadi terlena serta mengurangi daya juang.
BalasHapussalut buat bayu hartanto..semoga dia bisa menjadi Presiden RI..siapa tau lho...
@kejujurancinta : bener sekali mbak Linda, ketiadaan biaya seringkali memupus mimpi sebagian besar anak-anak Indonesia. Semoga saja keadaan dapat segera menjadi baik ya ? Amien...
BalasHapus@budiawanhutasoit : setuju sekali aku ama abang satu ini. Fasilitas memang seringkali melenakan. Semoga saja anak-anak seperti Bayu ini dapat tetap mewujudkan impian mereka ya ??
Ini fenomena mbak, banyak anak yang orang tuanya mampu dan punya kesempatan tetapi disia2kan, justru terlena dengan hal2 yang tidak jelas. Sebaliknya anaknya mempunyai kemauan dan kemampuan tetapi oran tuanya tidak mampu.. menyedihkan ya mbak...
BalasHapus@embun_pagi : semoga aja anak-anak masa depan tidak terlena dengan fasilitas yang ada dan tetap punya semangat juang. Merekalah pelaku pembangunan kelak. So, perlu upaya banyak pihak menyiapkan generasi yang selalu siap maju dan berkembang.
BalasHapusSetuju mbak Tyas ??
Seringkali, disaat fasilitas yang minim, manusia justru punya daya juang yg tinggi. dan orang yg berlebihan fasilitas, semangatnya justru mengendur
BalasHapus@erik : betul mas Erik. Begitulah kenyataan yang banyak terjadi di sekitar kita.
BalasHapusSelain keterbatasan fasilitas, tentunya, anak anak banyak yang menjadi dewasa dini daripada umurnya. Belajar dan melihat, bagaimana kehidupan hanya bisa berubah dengan belajar dan mencari ilmu sebanyak mungkin.
BalasHapusBagaimana dengan keadaan anak anak yang berlebih? Kemudahan kemudahan tentunya selain melenakan mereka, juga menggampangkan cara berfikir mereka. Toh masih ada Ayah, masih ada Ibu yang membantuku bila terjadi apa apa. Masih ada play station yang lebih asyik, masih ada teman teman yang selalu bersama sama, daripada sekedar membaca buku atau mengunakan waktu sebaik mungkin.
Lain dengan anak anak yang memiliki impian tinggi nun jauh di pelosok desa. Semua itu belum tentu ia miliki, kecuali dengan memperbaiki dirinya. Membangun sebuah gedung cita cita dari bata bata kecil yang disusunnya.
Tuhan Maha Memperlihatkan. Bahwa kesuksesan tak harus datang dari mereka yang berlimpah, dan sarat kemudahan oleh koneksi. Namun dari jiwa jiwa muda, yang mungkin tak pernah terlirik, tak berlebih, bahkan sarat oleh pengorbanan di sana sini.
Kuncinya hanya satu. If there 's a will there's a way.
Amien!!
@kuyus : seeep... Sudah banyak sekali contoh orang-2 sukses yang berbekal kerja keras dan semangat pantang menyerah. Semoga mereka dapat menjadi contoh.
BalasHapusaku pernah nonton anak seperti bayu, tp ini perempuan, dia hidup di pedalaman gitu dan utk mencapai sekolah dia masih hrs berjalan kaki beberapa kilo huff masih beruntung bayu bisa naek sepeda, pulang sekolah itu anak juga masih harus membantu orang tuanya bekerja
BalasHapusraut wajahnya gak pernah menunjukkan kelelahan ataupun susah, ia selalu tersenyum dan melakukan semuanya dgn senang hati
hebat banget wis pokonya, salut anak-anak sekecil itu masih semangat terus:)
@wendy : semoga semangat gadis kecil itu dan semangat Bayu bisa menular pada anak[-anak Indonesia lainnya, mbak Wen.
BalasHapus