Pernah mendengar cita-cita yang tidak biasa? Atau pernah mendengar impian yang agak tidak masuk akal? Cita-cita yang tidak biasa ataupun impian yang agak tidak masuk akal biasanya muncul dari .... benak seorang anak kecil
Cerita tentang seorang anak yang ditanya : "kalau sudah besar mau jadi apa?" dan jawaban keluar dari bibir mungilnya adalah : "jadi pengantin..!!"
Tapi.., itu cerita anak-anak jaman dulu. Karena anak-anak jaman sekarang punya jawaban yang berbeda kalau ditanya dengan pertanyaan yang sama. Rata-rata jawaban yang diberikan anak-anak jaman sekarang adalah : "jadi artis atau penyanyi...!"
Gambar pengantin diambil dari sini
Lukisan Hammel yang berjudul A Singer Dalam Band diambil dari sini
Setiap anak pasti punya cita-cita dan impian, meskipun yang ajaib sekalipun. Begitu juga Shasa-ku. Shasa malah memiliki banyak cita-cita serta banyak impian untuk diwujudkannya. Ada cita-cita dan impian yang wajar-wajar saja. Tapi ada juga yang ajaib dan cukup mengagetkan aku dan suamiku. Sampai sekarang kalau aku ingat betapa ajaibnya keinginan Shasa itu aku masih suka senyum-senyum sendiri.
Sejak TK Shasa sudah punya cita-cita sendiri yaitu ingin jadi Guru. Rupanya Shasa sangat terkesan sekali dengan keramahan dan kebaikan guru-guru TK-nya. Baginya, profesi guru adalah suatu profesi yang sangat hebat. Shasa sangat bangga akan guru-gurunya. Saat Shasa menceritakan padaku, aku tersenyum bangga padanya dan mengatakan bahwa cita-citanya sangat hebat.
Gambar guru diambil dari sini
Waktu Shasa kelas 1 SD, Shasa ikut Olimpiade Sains Kuark Tahun 2007. Berkat mengikuti ajang itu, Shasa merasa mempunyai pengetahuan yang bagus tentang sains. Suatu ketika, Shasa bilang padaku dan ayahnya bahwa dia akan membuka "LES SAINS" di rumah. WHAT?!? Aku dan suami terpaksa harus menahan tawa. Kami takut kalau kami tertawa di depannya akan melukai hatinya. Kami tak berani menghentikan impiannya itu, karena kami takut Shasa tidak lagi berani bermimpi. Tapi juga tak tega membiarkannya terbuai oleh impian ajaibnya itu, karena kami tak tega melihatnya kecewa bila ternyata impiannya itu sulit diwujudkan. Kami benar-benar tak tahu harus berbuat apa.
Sementara kami masih terdiam, Shasa kembali melanjutkan mimpinya tentang membuka Les Sains di rumah. Dia bilang bahwa aku dan ayahnya harus memasang papan di depan rumah agar setiap orang yang lewat tahu bahwa telah dibuka tempat les sains. Untuk sedikit mengerem mimpinya itu, aku mencobanya melihat realita yang ada.
"Memangnya, tempatnya memberikan les, dimana mbak ?" tanyaku.
"Di ruang tamu rumah kita," jawab Shasa polos.
"Lho... ruang tamu kita kan sempit. Trus meja kursinya untuk les juga tidak punya," jawabku mencoba menjelaskan.
"Mama harus beli meja dan kursi kecil-kecil."
"Tapi rumah kita kan kecil, mbak. Kalau yang datang banyak kan gak muat."
"Kita pakai rumah Eyang Putri aja yang besar, Ma." Shasa masih ngotot juga.
"Terus kalau ternyata yang datang les anak-anak SMP dan tahu kalau yang mau memberi les anak kelas 1 SD gimana coba,?" tanyaku mencoba membangunkannya dari mimpi.
"Ya mama nulisnya di papan, untuk anak-anak SD aja." Aduh..., Shasa benar-benar masih ngotot juga.
"Kalau orang tuanya yang ngantar anak-anaknya les tahu kalau yang mau memberi les anak kelas 1 SD, terus orang tuanya gak percaya bagaimana coba ?" tanyaku lagi.
"Gimana ya, Ma. Tapi... aku coba tanya teman-temanku dulu ya."
Dan akupun terpaksa menyetujuinya karena tak tega memupuskan impiannya .
Ternyata, Shasa tetap menjalankan niatnya. Beberapa hari kemudian Shasa telpon aku di kantor. Dengan bangga dia cerita bahwa nanti siang, setelah pulang sekolah dan ganti baju seorang temannya mau datang ke rumah Eyang Putri untuk les sains padanya. Dalam hati aku hanya bisa berdoa semoga kenyataan yang akan dihadapi Shasa tidak membuatnya kecewa. Dan.., seperti dugaanku, ternyata teman yang rencananya akan datang untuk les sains padanya tidak jadi datang. Walau awalnya sulit menerima kenyataan bahwa mewujudkan mimpi tak semudah membalikkan telapak tangan, akhirnya Shasa lama-lama bisa mengubur mimpinya itu.
Tapi ternyata keajaiban mimpi anak-anak tidak berhenti di situ. Suatu hari dia memintaku untuk membeli rumah baru. Ya ampun, dikiranya harga rumah murah kali 'ya? Waktu aku tanya untuk apa harus beli rumah baru, jawabnya untuk membuka perpustakaan umum. Wow !!! Waktu aku bertanya kenapa untuk perpustakaan umum harus beli rumah baru, jawab Shasa adalah : karena rumah yang kami tinggali sekarang ini kecil sekali dan tak bisa digunakan untuk perpustakaan umum. Jadi Shasa merasa membutuhkan 1 rumah lagi untuk mewujdukan mimpinya itu.
Ide itu muncul karena hobby Shasa memang membaca. Dan kebetulan koleksi bukunya di rumah sudah lumayan banyak. Tapi untuk mewujudkan mimpi Shasa juga tidak mudah, meskipun tanpa harus membeli rumah baru sekalipun. Kebetulan, waktu yang terluang juga sangat sempit. Selain itu, kami tidak punya orang yang akan diserahi untuk mengurus perpustakaan Shasa. Karena, mana mungkin Shasa bisa mengurus perpustakaannya sendiri. Dan yang jelas, kami tidak punya tempat untuk itu. Mungkin saat ini impian Shasa itu (lagi-lagi) harus dipendam dulu, tapi aku tak akan terkejut kalau suatu saat impian itu muncul lagi.
Ada juga impian unik yang muncul di benak Shasa. Suatu kali dia ingin kubelikan gerobag kecil. Dengan tanda tanya yang sangat besar, aku bertanya untuk apa dia menginginkan punya gerobag kecil. Jawabannya cukup membuatku terharu : "agar aku mudah membawakan barang-barang mama, kalau suatu saat mama kerepotan membawanya dan memintaku membantu." Ya ampun..., aku tak tahu darimana ide itu muncul, tapi yang jelas aku sangat surprise dengan ide itu.
Satu lagi cita-cita Shasa yang bagiku terasa "tidak biasa". Suatu kali pernah dia bilang padaku bahwa dia ingin menjadi : Penata Rias Artis !! Terus terang aku sampai terkejut sekali mendengarnya. Bukan karena apa-apa, aku hanya heran darimana dia tahu ada profesi seperti itu ?? Bagi anak-anak, profesi yang terkenal adalah profesi yang dapat dilihat dengan jelas figurnya seperti : guru, polisi, tentara dsb.
Sementara profesi Penata Rias Artis, selama ini tidak kelihatan, karena mereka hanya ada di belakang layar. Waktu aku bertanya kenapa dia ingin jadi Penata Rias Artis, jawabannya cukup sederhana : agar artisnya menjadi cantik setelah didandani. Tapi waktu aku bertanya darimana dia tahu kalau artis-artis punya penata rias sendiri, dia hanya tertawa dan tersenyum penuh rahasia padaku. Gemes deh...
Kalau sekarang ini Shasa ditanya, "Apa cita-citamu kalau sudah besar nanti ?" Maka jawabannya adalah : "Jadi dosen". Ya, Shasa sudah tahu bahwa guru dan dosen memiliki perbedaan tapi tetap sama-sama mengajar. Tapi... itu jawaban Shasa untuk saat ini. Entah nanti-nanti. Apapun cita-cita Shasa kelak, aku hanya berharap semoga Shasa jadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama serta berbakti kepada kedua orang tua. Amien. Semoga saja di masa yang akan datang, ide-ide kreatif Shasa tetap muncul dan Shasa tetap berani untuk bermimpi. Terlebih lagi, Shasa berani untuk mewujudkan mimpinya. Semoga...
Mengingat segala keajaiban yang datang dari seorang anak kecil memang menggelikan. Akan tetapi semua itu akan terhapus oleh rapuhnya ingatan. Maka, agar tetap bisa mengingat kelucuan-kelucuannya, aku catatkan disini agar bisa kembali aku kenang suatu saat nanti.
Cerita tentang seorang anak yang ditanya : "kalau sudah besar mau jadi apa?" dan jawaban keluar dari bibir mungilnya adalah : "jadi pengantin..!!"
Tapi.., itu cerita anak-anak jaman dulu. Karena anak-anak jaman sekarang punya jawaban yang berbeda kalau ditanya dengan pertanyaan yang sama. Rata-rata jawaban yang diberikan anak-anak jaman sekarang adalah : "jadi artis atau penyanyi...!"
Gambar pengantin diambil dari sini
Lukisan Hammel yang berjudul A Singer Dalam Band diambil dari sini
Setiap anak pasti punya cita-cita dan impian, meskipun yang ajaib sekalipun. Begitu juga Shasa-ku. Shasa malah memiliki banyak cita-cita serta banyak impian untuk diwujudkannya. Ada cita-cita dan impian yang wajar-wajar saja. Tapi ada juga yang ajaib dan cukup mengagetkan aku dan suamiku. Sampai sekarang kalau aku ingat betapa ajaibnya keinginan Shasa itu aku masih suka senyum-senyum sendiri.
Sejak TK Shasa sudah punya cita-cita sendiri yaitu ingin jadi Guru. Rupanya Shasa sangat terkesan sekali dengan keramahan dan kebaikan guru-guru TK-nya. Baginya, profesi guru adalah suatu profesi yang sangat hebat. Shasa sangat bangga akan guru-gurunya. Saat Shasa menceritakan padaku, aku tersenyum bangga padanya dan mengatakan bahwa cita-citanya sangat hebat.
Gambar guru diambil dari sini
Waktu Shasa kelas 1 SD, Shasa ikut Olimpiade Sains Kuark Tahun 2007. Berkat mengikuti ajang itu, Shasa merasa mempunyai pengetahuan yang bagus tentang sains. Suatu ketika, Shasa bilang padaku dan ayahnya bahwa dia akan membuka "LES SAINS" di rumah. WHAT?!? Aku dan suami terpaksa harus menahan tawa. Kami takut kalau kami tertawa di depannya akan melukai hatinya. Kami tak berani menghentikan impiannya itu, karena kami takut Shasa tidak lagi berani bermimpi. Tapi juga tak tega membiarkannya terbuai oleh impian ajaibnya itu, karena kami tak tega melihatnya kecewa bila ternyata impiannya itu sulit diwujudkan. Kami benar-benar tak tahu harus berbuat apa.
Sementara kami masih terdiam, Shasa kembali melanjutkan mimpinya tentang membuka Les Sains di rumah. Dia bilang bahwa aku dan ayahnya harus memasang papan di depan rumah agar setiap orang yang lewat tahu bahwa telah dibuka tempat les sains. Untuk sedikit mengerem mimpinya itu, aku mencobanya melihat realita yang ada.
"Memangnya, tempatnya memberikan les, dimana mbak ?" tanyaku.
"Di ruang tamu rumah kita," jawab Shasa polos.
"Lho... ruang tamu kita kan sempit. Trus meja kursinya untuk les juga tidak punya," jawabku mencoba menjelaskan.
"Mama harus beli meja dan kursi kecil-kecil."
"Tapi rumah kita kan kecil, mbak. Kalau yang datang banyak kan gak muat."
"Kita pakai rumah Eyang Putri aja yang besar, Ma." Shasa masih ngotot juga.
"Terus kalau ternyata yang datang les anak-anak SMP dan tahu kalau yang mau memberi les anak kelas 1 SD gimana coba,?" tanyaku mencoba membangunkannya dari mimpi.
"Ya mama nulisnya di papan, untuk anak-anak SD aja." Aduh..., Shasa benar-benar masih ngotot juga.
"Kalau orang tuanya yang ngantar anak-anaknya les tahu kalau yang mau memberi les anak kelas 1 SD, terus orang tuanya gak percaya bagaimana coba ?" tanyaku lagi.
"Gimana ya, Ma. Tapi... aku coba tanya teman-temanku dulu ya."
Dan akupun terpaksa menyetujuinya karena tak tega memupuskan impiannya .
Ternyata, Shasa tetap menjalankan niatnya. Beberapa hari kemudian Shasa telpon aku di kantor. Dengan bangga dia cerita bahwa nanti siang, setelah pulang sekolah dan ganti baju seorang temannya mau datang ke rumah Eyang Putri untuk les sains padanya. Dalam hati aku hanya bisa berdoa semoga kenyataan yang akan dihadapi Shasa tidak membuatnya kecewa. Dan.., seperti dugaanku, ternyata teman yang rencananya akan datang untuk les sains padanya tidak jadi datang. Walau awalnya sulit menerima kenyataan bahwa mewujudkan mimpi tak semudah membalikkan telapak tangan, akhirnya Shasa lama-lama bisa mengubur mimpinya itu.
Tapi ternyata keajaiban mimpi anak-anak tidak berhenti di situ. Suatu hari dia memintaku untuk membeli rumah baru. Ya ampun, dikiranya harga rumah murah kali 'ya? Waktu aku tanya untuk apa harus beli rumah baru, jawabnya untuk membuka perpustakaan umum. Wow !!! Waktu aku bertanya kenapa untuk perpustakaan umum harus beli rumah baru, jawab Shasa adalah : karena rumah yang kami tinggali sekarang ini kecil sekali dan tak bisa digunakan untuk perpustakaan umum. Jadi Shasa merasa membutuhkan 1 rumah lagi untuk mewujdukan mimpinya itu.
Ide itu muncul karena hobby Shasa memang membaca. Dan kebetulan koleksi bukunya di rumah sudah lumayan banyak. Tapi untuk mewujudkan mimpi Shasa juga tidak mudah, meskipun tanpa harus membeli rumah baru sekalipun. Kebetulan, waktu yang terluang juga sangat sempit. Selain itu, kami tidak punya orang yang akan diserahi untuk mengurus perpustakaan Shasa. Karena, mana mungkin Shasa bisa mengurus perpustakaannya sendiri. Dan yang jelas, kami tidak punya tempat untuk itu. Mungkin saat ini impian Shasa itu (lagi-lagi) harus dipendam dulu, tapi aku tak akan terkejut kalau suatu saat impian itu muncul lagi.
Ada juga impian unik yang muncul di benak Shasa. Suatu kali dia ingin kubelikan gerobag kecil. Dengan tanda tanya yang sangat besar, aku bertanya untuk apa dia menginginkan punya gerobag kecil. Jawabannya cukup membuatku terharu : "agar aku mudah membawakan barang-barang mama, kalau suatu saat mama kerepotan membawanya dan memintaku membantu." Ya ampun..., aku tak tahu darimana ide itu muncul, tapi yang jelas aku sangat surprise dengan ide itu.
Satu lagi cita-cita Shasa yang bagiku terasa "tidak biasa". Suatu kali pernah dia bilang padaku bahwa dia ingin menjadi : Penata Rias Artis !! Terus terang aku sampai terkejut sekali mendengarnya. Bukan karena apa-apa, aku hanya heran darimana dia tahu ada profesi seperti itu ?? Bagi anak-anak, profesi yang terkenal adalah profesi yang dapat dilihat dengan jelas figurnya seperti : guru, polisi, tentara dsb.
Sementara profesi Penata Rias Artis, selama ini tidak kelihatan, karena mereka hanya ada di belakang layar. Waktu aku bertanya kenapa dia ingin jadi Penata Rias Artis, jawabannya cukup sederhana : agar artisnya menjadi cantik setelah didandani. Tapi waktu aku bertanya darimana dia tahu kalau artis-artis punya penata rias sendiri, dia hanya tertawa dan tersenyum penuh rahasia padaku. Gemes deh...
Kalau sekarang ini Shasa ditanya, "Apa cita-citamu kalau sudah besar nanti ?" Maka jawabannya adalah : "Jadi dosen". Ya, Shasa sudah tahu bahwa guru dan dosen memiliki perbedaan tapi tetap sama-sama mengajar. Tapi... itu jawaban Shasa untuk saat ini. Entah nanti-nanti. Apapun cita-cita Shasa kelak, aku hanya berharap semoga Shasa jadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama serta berbakti kepada kedua orang tua. Amien. Semoga saja di masa yang akan datang, ide-ide kreatif Shasa tetap muncul dan Shasa tetap berani untuk bermimpi. Terlebih lagi, Shasa berani untuk mewujudkan mimpinya. Semoga...
Mengingat segala keajaiban yang datang dari seorang anak kecil memang menggelikan. Akan tetapi semua itu akan terhapus oleh rapuhnya ingatan. Maka, agar tetap bisa mengingat kelucuan-kelucuannya, aku catatkan disini agar bisa kembali aku kenang suatu saat nanti.
Wah .. bagus bagus bagus!!
BalasHapusSebuah cita cita yang besar khan datangnya dari impian impian kecil Mbak. Sebelum bisa terbang ke Bulan saja, manusia pake berhayal dulu.
Aku suka Shasa punya cita cita. Walau masih mencari jati diri karena keanekaragamannya. Karena masih banyak anak anak yang tak tahu menjawab apa ketika ditanya, "Ingin jadi apa nanti kalau sudah dewasa?"
Menurutku, apapun cita cita itu, Shasa akan menyaringnya sendiri. Ketika ia menyebutkan satu atau dua cita citanya, tentu dia sudah punya pola pemikiran tersendiri, sesuai kemampuannya, bahwa dia bisa. Itu bagian dari sebuah rasa percaya diri.
Soal bagaimana nanti pelaksanaannya, Shasa akan mengukur perlahan, seberapa jauh kekuatannya memahami serba serbi sebuah profesi.
Hidupkan semangat cita cita Shasa, dengan begitu ia akan semakin berkembang, dan memahami banyak karakter idola idolanya.
Saya dulu malah punya cita cita ingin jadi astrounout. Bahkan impian membeli teropong bintang, tak kesampaian hingga kini. Hue he he ..
Toh lambat laun, kita akan menyortir sendiri .. tapi setidaknya hayalan saya sempat berkembang dengan membuat kliping2 tata surya dan menikmati indahnya.
Maju terus Sha ..
Kembangkan semua impianmu !!
@kuyus : Oke mbak... aku sependapat. Semoga aja pencarian jati diri Shasa akan membuahkan hasil. Dan kelak Shasa bisa menggapai impiannya. Amien.
BalasHapus