Bimbel, atau Bimbingan Belajar, kian hari kian banyak bermunculan di berbagai daerah. Makin banyak anak-anak sekolah yang ikut Bimbel. Alasan mereka untuk ikutan Bimbel juga beragam. Alasan terbanyak tentu saja karena mereka menganggap belum memahami pelajaran yang diterima di sekolah. Alasan kedua, Bimbel untuk membantu mereka mengerjakan PR dari sekolah. Alasan ketiga, untuk membantu mengerjakan soal-soal ujian.
Sebagai orang tua, kita harus hati-hati memilih bimbel untuk anak-anak kita. Tak harus kita mendaftarkan anak-anak kita untuk ikut bimbel hanya gara-gara semua teman-temannya ikutan bimbel. Karena, tak semua anak butuh atau tak suka bimbel. Shasa termasuk anak yang tak suka bimbel, alasannya bimbel terlalu rame, karena biasanya peserta bimbel jumlahnya cukup banyak. Shasa lebih nyaman belajar sendiri. Saat dia kesulitan dalam pelajaran matematika, dia tetap menolak ikut bimbel. Solusinya, Shasa minta ikut les matematika secara privat.
Lain lagi cerita adikku yang anaknya saat ini sedang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar. Selama ini keponakanku itu sudah ikut bimbel, karena dia memang menginginkannya. Suatu hari, sepulang sekolah keponakanku itu berkata pada Ibunya ingin ikut bimbel lagi di sebuah bimbel yang baru buka. Kebetulan, bimbel baru itu melakukan promosi di sekolah keponakanku. Tertarik dengan cara menyelesaikan soal matematika dalam demo promosi bimbel baru itu, keponakanku jadi tertarik untuk daftar juga. Adikku pun menurutinya, apalagi keponakanku tampak sangat tertarik dan bersemangat ikut bimbel di tempat baru itu.
Pada hari pertama masuk bimbel, materinya adalah latihan untuk menghadapi Ujian Akhir Semester. Kebetulan, Bimbel itu memang baru dibuka awal Desember 2013 kemarin, pas menjelang pelaksanaan UAS. Sepulangnya dari bimbel, keponakanku mengatakan pada Ibunya bahwa ada yang mencurigakan dari soal-soal latihan ujian di bimbel tersebut. Menurut keponakanku itu, soal-soal itu seperti soal UAS pada umumnya, karena di bagian atasnya juga ada "kop" ujian akhir. Keponakanku malah berani bilang pada Ibunya bahwa dia yakin bahwa soal-soal yang dikerjakannya di bimbel tadi itu adalah "bocoran" soal UAS yang akan dihadapi.
Ternyata, dugaan keponakanku benar! Soal-soal UAS sama dengan soal yang telah dikerjakan keponakanku di bimbel. Melihat hal itu dengan polosnya keponakanku nyeletuk, "La, kok sama?!" Sesampainya di rumah pun dia segera bercerita pada Ibunya bahwa ternyata kecurigaannya benar-benar terbukti. Esoknya, saat keponakanku ada jadwal latihan lagi di Bimbel, adikku dengan sengaja datang ke Bimbel pas seluruh peserta bimbel sudah masuk kelas. Adikku langsung menemui staf bimbel tersebut.
Pada staf tersebut, awalnya adikku menanyakan darimana soal-soal yang dipake anak-anak latihan ujian. Staf bimbel itu menjelaskan bahwa soal-soal itu dibuat berdasarkan kisi-kisi yang ada. Mendengar penjelasan itu, adikku mengatakan kalau hanya berdasarkan kisi-kisi mengapa soal-soal latihan dari bimbel itu sama persis dengan soal-soal UAS. Staf bimbel itu tak mampu menyampaikan pembelaan sama sekali. Adikku masih melanjutkan bahwa seharusnya bimbel itu tidak sekedar bisa memberikan nilai bagus bagi anak didiknya, apalagi dengan cara-cara curang seperti itu. Adikku malah mmenekankan harusnya bimbel itu mampu memotivasi anak didiknya untuk giat belajar dalam menghadapi ujian. Adikku khawatir, anak-anak peserta bimbel itu jadi terbiasa mengandalkan soal-soal latihan ujian dari bimbel tanpa mau belajar materi yang lain. Selama adikku mengajukan protesnya sekian lama, staf bimbel itu lebih banyak diam.
Apa yang terjadi saat keponakanku pulang ke rumah seusai bimbel? Dia bercerita saat semua peserta bimbel sedang mengerjakan soal-soal latihan (yang lagi-lagi "bocoran" soal UAS), tiba-tiba staf bimbel masuk ke ruangan. Dia berbicara pada pengajar di kelas. Selanjutnya, semua soal-soal latihan ditarik! Namun... kemudian pengajar itu membacakan soal latihan dan meminta anak-anak untuk mencatat jawabanannya saja di dalam buku! Hanya jawabannya! Tak cukup itu, pengajar itu kemudian mengatakan bahwa ada seorang Ibu yang barusan protes ke bimbel tentang soal-soal latihan yang mereka kerjakan. Selanjutnya, pengajar itu menyesalkan mengapa anak-anak bercerita tentang apa yang terjadi di bimbel kepada orang tuanya!
Jadi, jika anak-anak tidak bercerita bahwa soal latihan ujian di bimbel sama persis dengan soal UAS maka orang tuanya tak tahu kecurangan bimbel tersebut. Yang ada, orang tua justru merasa senang karena setelah ikut di bimbel itu nilai ujian anaknya bagus-bagus! Orang tua ditipu oleh bimbel tersebut, sementara anak-anak mendapat kebahagiaan semu karena nilai ulangan mereka yang bagus. Menyedihkan!
Apa yang terjadi dalam bimbel yang diikuti keponakanku itu bisa saja terjadi di tempat lain. Ketatnya persaingan antar bimbel membuat bimbel yang ingin mendapatkan murid banyak dengan cara cepat mengambil cara-cara tak terpuji seperti itu. Orang tua harus memantau pelaksanaan belajar mengajar di bimbel, supaya orang tua tahu bahwa bimbel tersebut tak melakukan cara-cara curang. Yang jelas, orang tua harus hati-hati memilih bimbel untuk anak-anaknya.
Semoga bermanfaat.
Sebagai orang tua, kita harus hati-hati memilih bimbel untuk anak-anak kita. Tak harus kita mendaftarkan anak-anak kita untuk ikut bimbel hanya gara-gara semua teman-temannya ikutan bimbel. Karena, tak semua anak butuh atau tak suka bimbel. Shasa termasuk anak yang tak suka bimbel, alasannya bimbel terlalu rame, karena biasanya peserta bimbel jumlahnya cukup banyak. Shasa lebih nyaman belajar sendiri. Saat dia kesulitan dalam pelajaran matematika, dia tetap menolak ikut bimbel. Solusinya, Shasa minta ikut les matematika secara privat.
Lain lagi cerita adikku yang anaknya saat ini sedang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar. Selama ini keponakanku itu sudah ikut bimbel, karena dia memang menginginkannya. Suatu hari, sepulang sekolah keponakanku itu berkata pada Ibunya ingin ikut bimbel lagi di sebuah bimbel yang baru buka. Kebetulan, bimbel baru itu melakukan promosi di sekolah keponakanku. Tertarik dengan cara menyelesaikan soal matematika dalam demo promosi bimbel baru itu, keponakanku jadi tertarik untuk daftar juga. Adikku pun menurutinya, apalagi keponakanku tampak sangat tertarik dan bersemangat ikut bimbel di tempat baru itu.
Pada hari pertama masuk bimbel, materinya adalah latihan untuk menghadapi Ujian Akhir Semester. Kebetulan, Bimbel itu memang baru dibuka awal Desember 2013 kemarin, pas menjelang pelaksanaan UAS. Sepulangnya dari bimbel, keponakanku mengatakan pada Ibunya bahwa ada yang mencurigakan dari soal-soal latihan ujian di bimbel tersebut. Menurut keponakanku itu, soal-soal itu seperti soal UAS pada umumnya, karena di bagian atasnya juga ada "kop" ujian akhir. Keponakanku malah berani bilang pada Ibunya bahwa dia yakin bahwa soal-soal yang dikerjakannya di bimbel tadi itu adalah "bocoran" soal UAS yang akan dihadapi.
Ternyata, dugaan keponakanku benar! Soal-soal UAS sama dengan soal yang telah dikerjakan keponakanku di bimbel. Melihat hal itu dengan polosnya keponakanku nyeletuk, "La, kok sama?!" Sesampainya di rumah pun dia segera bercerita pada Ibunya bahwa ternyata kecurigaannya benar-benar terbukti. Esoknya, saat keponakanku ada jadwal latihan lagi di Bimbel, adikku dengan sengaja datang ke Bimbel pas seluruh peserta bimbel sudah masuk kelas. Adikku langsung menemui staf bimbel tersebut.
Pada staf tersebut, awalnya adikku menanyakan darimana soal-soal yang dipake anak-anak latihan ujian. Staf bimbel itu menjelaskan bahwa soal-soal itu dibuat berdasarkan kisi-kisi yang ada. Mendengar penjelasan itu, adikku mengatakan kalau hanya berdasarkan kisi-kisi mengapa soal-soal latihan dari bimbel itu sama persis dengan soal-soal UAS. Staf bimbel itu tak mampu menyampaikan pembelaan sama sekali. Adikku masih melanjutkan bahwa seharusnya bimbel itu tidak sekedar bisa memberikan nilai bagus bagi anak didiknya, apalagi dengan cara-cara curang seperti itu. Adikku malah mmenekankan harusnya bimbel itu mampu memotivasi anak didiknya untuk giat belajar dalam menghadapi ujian. Adikku khawatir, anak-anak peserta bimbel itu jadi terbiasa mengandalkan soal-soal latihan ujian dari bimbel tanpa mau belajar materi yang lain. Selama adikku mengajukan protesnya sekian lama, staf bimbel itu lebih banyak diam.
Apa yang terjadi saat keponakanku pulang ke rumah seusai bimbel? Dia bercerita saat semua peserta bimbel sedang mengerjakan soal-soal latihan (yang lagi-lagi "bocoran" soal UAS), tiba-tiba staf bimbel masuk ke ruangan. Dia berbicara pada pengajar di kelas. Selanjutnya, semua soal-soal latihan ditarik! Namun... kemudian pengajar itu membacakan soal latihan dan meminta anak-anak untuk mencatat jawabanannya saja di dalam buku! Hanya jawabannya! Tak cukup itu, pengajar itu kemudian mengatakan bahwa ada seorang Ibu yang barusan protes ke bimbel tentang soal-soal latihan yang mereka kerjakan. Selanjutnya, pengajar itu menyesalkan mengapa anak-anak bercerita tentang apa yang terjadi di bimbel kepada orang tuanya!
Jadi, jika anak-anak tidak bercerita bahwa soal latihan ujian di bimbel sama persis dengan soal UAS maka orang tuanya tak tahu kecurangan bimbel tersebut. Yang ada, orang tua justru merasa senang karena setelah ikut di bimbel itu nilai ujian anaknya bagus-bagus! Orang tua ditipu oleh bimbel tersebut, sementara anak-anak mendapat kebahagiaan semu karena nilai ulangan mereka yang bagus. Menyedihkan!
Apa yang terjadi dalam bimbel yang diikuti keponakanku itu bisa saja terjadi di tempat lain. Ketatnya persaingan antar bimbel membuat bimbel yang ingin mendapatkan murid banyak dengan cara cepat mengambil cara-cara tak terpuji seperti itu. Orang tua harus memantau pelaksanaan belajar mengajar di bimbel, supaya orang tua tahu bahwa bimbel tersebut tak melakukan cara-cara curang. Yang jelas, orang tua harus hati-hati memilih bimbel untuk anak-anaknya.
Semoga bermanfaat.
sama seperti mengerjakan ujian dengan soal yang sudah dikerjakan ya,
BalasHapustapi nanti kalau begini, dikasi soal lain dengan maksud sama, anak malah g bisa mengerjakan ya mbak,
bimbel yang begini repot,,,
Iya bener itu! Curang kan itu namanya....
HapusDia pasti akan kelabakan kalo dapat soal berbeda.
sebenarnya maksudnya bagus spt itu, anak dituntun utk berpikir lbh mandiri.. berhubung terlalu sering main atau sejenisnya jdnya spt itu. berarti yang slh siapa hayoo?! hehehe... [pengalaman pribadi]
HapusDarimana anak jadi bisa berpikir lebih mandiri ya?
Hapusmungkin harus memilih bimbel yang sudah mempunyai nama besar ya mbak
BalasHapusGak tahu juga sih... yg jelas ortu harus memantau kegiatan bimbel itu sendiri, sehingga tau jika ternyata ada kecurangan2 di dalamnya
HapusDi lembaga Bimbel itu, anak hanya diajarkan cara mengerjakan soal yang cepat jarang yang memberikan penguat materi, sehingga kalau soal di beri variasi yang berbeda siswa nya kesulitan
BalasHapusNah, kalo yang bicara ibu guru sih aku percaya banget hehehe.
HapusJadi bener juga yaa... kalo ternyata bimbel lebih mengedepankan "latihan" soal namun jika anak2 hanya terpaku pada soal ujian spt yang di bimbel maka mereka akan kesulitan jika bertemu soal2 yang berbeda.
terima kasih untuk sharingnya ya mbak reni, jadi aku tahu nanti kedepannya. Maklum belum ada yang bimbel anakku
BalasHapusShasa dulu sempat ikut bimbel pas kelas 6 SD, setelah itu dia gak mau ikut bimbel lagi. Entah kalo nanti-nanti...
Hapussekarang kok jadi marak bimbel bimbelan sih bu
BalasHapusemang guru di sekolah kerjanya apa kalo yang buat ujian aja ga mereka ajarkan secara penuh?
Nah, kalo soal itu tanyakan langsung ama gurunya. Aku juga gak tahu hehehe
HapusCuma, memang ada beberapa yang kebetulan aku tahu sejak ada sertifikasi itu jadi sibuk ngurusi segala hal yg berkaitan dg pengurusan sertifikasinya.
Murid2 lebih banyak dapat tugas....
pengecualian di tempat saya mbak.... karena sekolah kami swasta, sehingga merek dagang kami adalah PELAYANAN PRIMA .... sehingga sejak November lalu di sekolah saya sudah melaksanakan Bimbel disekolah.... dan gratis mbak
Hapushayooo... mas rawins ngapain mojok diatas situ..
Hapus[suit.. suit...]
Mas Rawins sedang ikut galau gara2 bimbel marak dimana2 :D
HapusSaya juga pernah curiga juga, dan sempat menanyakan pada bimbel terpandang di Indonesia dimana setiap kelurahan ada! Intinya sama diatas, saya juga perhatikan metode pengajaran mereka apa materi dan soal yang diberikan seimbang, dalam hal ini ternyata gak ada masalah! Yang jadi masalah dan pertanyaan saya kok soalnya ada beberapa yang persis, apa mereka kerja sama dengan oknum pemerintah atau penerbit untutuk memperoleh soal tersebut?
BalasHapusItulah pak... dalam kasus keponakanku itu, adikku lapor kepada kepala sekolahnya tentang kasus bocornya soal ujian. (Soal UAS kan dibuat per rayon/kecamatan, jadi bukan dibuat sendiri oleh masing2 sekolah).
HapusAkhirnya saat penerimaan raport, kepala sekolah mengundang semua wali murid dan memberitahukan soal bimbel yg curang itu, serta bocornya soal UAS. Kepala sekolah mengambil kebijakan utk "menambah nilai" bagi anak2 yg tidak ikut bimbel dan tidak mendapatkan bocoran soal.
Mengerikan sekali ya, Mba Reni. Makasih infonya :-)
BalasHapustangannya melambai ke kamera dong..?!
Hapusxixixixi...
Semoga bermanfaat ya Mbak Leyla :)
Hapusselamat bertahun baru mbak.
BalasHapussoal bimbel saya masih bingung sampe sekarang, rasanya jaman saya dulu yang beginian gak seperti sekarang dimana-mana ada. . . ck ck ck
Sekarang ini kesannya tak pake bimbel maka tak lengkap ya?
HapusJadi, sepertinya anak-anak tak percaya diri jika mereka tak ikutan bimbel.
Bimbel itu kebanyakan latihan bagaimana mengerjakan soal dengan cepat, jadi anak2 diberi aneka latihan soal yang variatif sehingga anak2 terbiasa dengan soal, begitu mbak reni. Sekarang kan banyak sekolah yang mengdakan bimbel sendiri bagi anak didiknya, khusus untuk menghadapi ujian. Memang, setiap anak berbeda, ada yg semangat ada pula yang biasa2 saja. Betul, mbak, orangtuanya yang perlu jeli dan hati2 dengan maraknya lembaga bimbel. jangan sampai malah anak yang di'racuni' oleh kebahagiaan sesaat.
BalasHapusMenurutku memang seharusnya sekolah sendiri yang aktif mengadakan bimbel untuk murid-muridnya. Aku masih ingat, jaman aku sekolah dulu (hadeehhh udah lama sekali padahal) sekolah-sekolahku yang aktif ngadain bimbel utk mempersiapkan murid-muridnya menghadapi ujian.
Hapusparah bgt
BalasHapusHai Roel... apa kabar? Wah, udah nongol lagi nih.
HapusEmang parah banget kondisi bimbel yang aku ceritakan di atas
Wah bahaya ni, mau jadi apa anak kita ntar ni. Waduuh, trims mbak udah share, kudu lebih selektif banget ni.
BalasHapusSemoga saja sharing dariku bermanfaat ya Bang :)
HapusWooow wooow wooow. .
BalasHapusIni tidak bisa dibiarkan! Ya Ampuuun, Gimana nasib generasi bangsa kalau dari kecil udah dipancing2 gitu ya, Mba.
Aduuuh, payah bangett sih pemateri di bimbel tersebut. Kira2 dapat bocoooan dari mana, ya?
Memang tak seharusnya dibiarkan... sayang tak semua anak terbuka dan bercerita dengan jujur pada ortunya tentang bimbel yang mereka ikuti. Di lain pihak, tidak semua ortu peduli dan ingin tahu bagaimana proses belajar mengajar di bimbel itu, karena mereka memasrahkan sepenuhnya soal pendidikan anak2nya pada sekolah dan bimbel.
HapusRepot kalau seperti ini... mereka hanya menuntut nilai bagus tanpa tahu prosesnya.
beneran mbak, jaman saya bimbel dulu juga beginian uda ada
BalasHapusJadi ngalamin juga bimbel yang curang spt itu?
Hapuswah,, ga baik juga ya kalo salah memilih bimbel,..
BalasHapusAda juga yaa staff pengajarnya yg sprt itu,.. Percuma kan jadinya ya bu,.. ga bikin ngerti pembahasannya tp cuma ngerti jawaban aja, hehe
salam,..
Iya, mengecewakan sekali karena ternyata staf bimbel itu tidak menangkap maksud baik dari teguran yang diberikan adikku.
HapusPadahal maksud adikku kan supaya bimbel itu membenahi diri, apalagi mereka terdiri dari anak2 muda yang kudunya kreatif, supaya bimbel mereka maju tanpa ada kecurangan dan anak2 didik mereka pun berhasil.
numpang nongkrong bu reni.. hehehe...
BalasHapusBoleh..., mau disediain apa nih? Kopi? Gorengan? :)
HapusKalau memberi bocoran soal untuk UAS, apapun alasannya tidak bisa dibenarkan. Sungguh tidak mendidik.
BalasHapusKalau saya punya cerita lain, dulu waktu kuliah semester 3, salah seorang teman mengajak saya untuk ngajar disebuah lembaga Bimbel. Janjinya sama peserta bimbel akan ada bonus, hadiah, dan janji-janji manis lain. Nyatanya? saya yang ngajar saja beberapa bulan ga dibayar. Saya beberapa kali bertemu dengan orang tua siswa yang nanyain janji penyelenggara bimbel jadi ikut malu karena ikut ngajar disana. Hadeuuh... :(
Ada juga ya ternyata bimbel yang gak menggaji staf pengajarnya?
HapusTernyata banyak kisah di balik maraknya bimbel di mana-mana.
Untuk bisa mendapatkan murid sebanyak-banyaknya mereka tak segan melakukan berbagai cara rupanya :(
Jadi sedikit menjawab pertanyaanku, kenapa beberapa bimbel sering beriklan dengan tagline: "Jaminan masuk PTN, lulus UN, dsb"... Mungkin itu kali yah jawabannya... Tapi sebetulnya bukan salah bimbelnya, mungkin lebih salah depdikbud-nya yang nggak aktif memperbarui soal2 UN.
BalasHapusYang jadi masalah dalam ceritaku di atas adalah... latihan soal yang diberikan bener2 adalah soal baru yang akan keluar untuk UAS keesokan harinya. Jadi ini benar2 kebocoran soal. Entah darimana bimbel itu bisa mendapatkan bocoran soal.
Hapuswah artikelnya panjang sekali...tp asik kok pokok bahasannya...makasih infonya mbak
BalasHapusRasanya tidak terlalu panjang sih menurutku :)
Hapuswahhh ,, tulisannya sangat bagus, makasih sudah berbagi,,
BalasHapusTerimakasih juga sudah mampir kesini :)
Hapuswah, gawat juga ya. ini sih bukan belajar tapi malah "menghapal" jadinya :( aku dulu ikt bimbel, tapi untung gak ada yg aneh2 :)
BalasHapusIya, mereka jadinya cuma menghafal jawabannya, atau kalau lebih parah membuat contekan jawaban itu :(
HapusDuh untungnya si anak cerita ya Mbak. Coba kalau nggak orangtuanya pasti gak tau. Emang sih kalau dia mengerjakan soal yang sudah dikerjakan duluan kemungkinan besar nilai ujiannya bagus tapi efek kebelakangnya? bukan jadi pinter malah jadi curang dong..
BalasHapusIya, untungnya keponakanku cerita ke Ibunya. Sehingga Ibunya bisa menegur Bimbel itu... walau ternyata teguran itu sia-sia belaka.
HapusKecurangan itu hanya menyisakan kebahagiaan sesaat saja, saat dapat nilai bagus waktu ujian itu.
untung si anak terbuka sama ortunya :-D
BalasHapuskalo modelnya bimbel kayak gitu bukannya memberikan pemahaman dan memacu anak rajin berlatih, malah sebaliknya. ngajari anak 'instan' dapat nilai bagus dgn cara curang. ckckck
Inilah salah satu keuntungan dari kedekataan dan hubungan yang terbuka antara ortu dan anak, sehingga ortu bisa memantau kejadian2 spt itu dan bisa segera menindaklanjutinya.
HapusBetul... bimbel itu tidak mengajari anak2 berproses namun memberikan jalan instan utk mendapatkan nilai bagu. Sayang sekali.
kalau di sekolah bisa menerima pelajaran dengan baik saya kira ngga ikut bimbel juga ngga apa, banyak kok yang ngga ikut bimbel nilainya bisa baik
BalasHapusAnakku termasuk yang gak suka bimbel Pak.. alasannya terlalu ramai karena peserta bimbel banyak, jadi malah gak konsen.
HapusYang aku bingung, dari mana pengelola bimbel dapat soalnya ya, Mbak?
BalasHapusAnuh, praktek bimbel begini membuat siswa terpaku pada jawaban tanpa mempelajari lebih dalam mengenai proses mencari pemecahan soalnya. Proses kan penting. Kalau logika pemecahannya sudah dipelajari, mau diputar-putar soalnya akan tetap bisa menjawabnya, kan?
Btw, keponakan Mbak Reni itu berarti memiliki hubungan yang baik dengan ortunya karena hal-hal begini cerita ke ortunya :)
Nah aku juga gak tahu darimana bimbel itu dapat bocoran soal.
HapusSeandainya dia mau susah payah sedikit, soal bocoran yang dia punya tuh diketik ulang, diacak. Bukan cuma difotocopy. Justru karena cuma difoto copy itu, keponakanku curiga, karena soal itu ada "kop" yang berbunyi ujian akhir semester dan menyebutkan tanggal yg sama persis dg jadwal ujian itu.
Alhamdulillah, itu juga aku syukuri karena keponakanku terbuka dg ortunya sehingga dia langsung bercerita saat menemukan hal yang dirasakannya tidak seharusnya.
semga bermanfaat bagi kita semua infonya gan.... :0
BalasHapusYa, aku juga berharap begitu :)
HapusUdah klasik mbak, disini sih hampir semua bimbel ngasih bocoran soal UAS dan UN mbak ke peserta didiknya, bukan nuduh tapi temenku yg kerja disana yg cerita begitu, makanya biasa yg ikut bimbel bisa dapet nilai bagus2 ... efek buruknya ya itu peserta didiknya malah jd gak terdidik yg mestinya mereka belajar contoh soal malah jadi belajar soalnya, jadi pas ujian ibarat gak ngerjain apa2
BalasHapusOya? masak sih? Kalo aku malah baru tahu ada kasus spt ini.
HapusCara spt itu memang merugikan anak2 didik di bimbel itu karena bimbel hanya mencari keuntungan semata tanpa peduli masa depan anak didiknya.
Proses bimbingannya jadi tersamarkan kepentingan lain. Terima kasih Jeng Reni, postingan yang pasti bermanfaat dalam pendampingan belajar buah hati. Salam
BalasHapusHhhhh ... miris bacanya mbak. Itu mah bukan mendidik namanya. Itu mengajar anak untuk curang. Salut adiknya mbak bisa seberani itu ....
BalasHapuskok gitu ya mba, jadi proses belajar ga penting lagi dunk, yang penting hasilnya.. miris banget.. mau jadi apa bangsa kita ini :(
BalasHapuswalah ko begitu sih bimbelnya apa jangan jangan yang punya bimbel itu oknum yang suka bocoran soal soal uas dan dia nyari keuntungan dengan membuka bimbel weleh weleh
BalasHapuswah perlu diwaspada ini, terima kasih atas infonya
BalasHapusKl boleh Tau bimbel yg inisial namanya apa Mbak,biar Kita waspada
BalasHapus