Sepekan telah berlalu paska erupsi Gunung Kelud. Selama sepekan pula semua warga yang terkena dampak erupsi Gunung Kelud sibuk membersihan debu. Di kantorku sendiri, malah sejak Jumat (14 Pebruari 2014) segera setelah terjadinya erupsi, petugas kebersihan sibuk membersihkan debu yang menyelimuti halaman kantor. Sebuah perjuangan yang luar biasa tentu saja, karena saat itu hujan abu masih turun dan debu beterbangan kemana-mana.
Untungnya, mulai Jumat sore itu hujan turun. Meski tidak deras cukup membantu untuk 'menggelontor' abu / debu yang ada di genteng. Selain itu, cukup untuk membuat debunya tidak beterbangan kemana-mana. Sejak Jumat sore itu pun di rumah kami sibuk membersihan endapan abu / debu yang menempel di halaman dan diselokan. Kegiatan itu terus berlangsung... hingga hari ini.
Untunglah, meski tidak deras, setiap hari hujan turun walau kadang hanya gerimis kecil-kecil. Gerimis itu sudah sangat membantu kami mengurangi rasa sesak karena banyaknya debu di udara. Berkat gerimis juga, usaha membersihkan debu di rumah juga lebih terbantu, karena endapan debu lebih mudah untuk dibersihkan.
Upaya pembersihan dilakukan di mana-mana. Kantor-kantor dan juga sekolah-sekolah melakukan gerakan kerja bakti. Untuk kantor-kantor, kerja bakti dilakukan pada Senin atau Selasa kemarin. Sementara sekolah-sekolah melakukan kerja bakti Sabtu dan Senin kemarin. Hal ini harus segera dilakukan agar kegiatan dapat kembali berjalan normal seperti biasa.
Alhamdulillah, saat ini halaman rumah kami dan juga kantorku sudah relatif bersih dari debu, tapi tidak dengan kondisi di jalan-jalan. Sepanjang jalan di kotaku masih banyak tertutup debu, sehingga setiap kali keluar rumah kami harus tetap memakai masker. Jadi, selama bisa aku memilih untuk tetap di rumah dan tak pergi kemana-mana.
Soal debu ini juga menyisakan kisah tak menyenangkan lo. Selama sepekan ini sudah banyak berita tentang korban dari abu vulkanik Gunung Kelud ini. Sudah banyak warga (di berbagai kota) yang terjatuh dari atap karena membersihkan debu di atas genteng. Tak hanya patah tulang atau gegar otak, bahkan banyak yang sampai meninggal dunia. Selain itu, banyak juga pengendara motor yang tergelincir di jalan karena jalanan masih penuh dengan pasir.
Debu di teras rumah, Jumat 14-2-2014 dini hari
Debu di halaman rumah, Jumat 14-2-2014 dini hari
Debu yang menutupi tanaman, Jumat 14-2-2014 dini hari
Kondisi jalan yang berselimut debu, Jumat 14-2-2014 siang hari
Gundukan pasir di kantor yang berhasil dikumpulkan, Jumat 14-2-2014 siang hari
Debu menyelimuti semuanya, Sabtu 15-2-2014
Gundukan pasir di samping rumah setelah kerja bakti pertama, Sabtu 15-2-2014
Endapan debu di samping rumah, Minggu 16-2-2014
Shasa ikut kerja bakti membersihan endapan debu, Minggu 16-2-2014
Itulah sekelumit catatanku tentang kesibukan paska erupsi Gunung Kelud. Catatan yang ditujukan untuk kenangan dan potongan dari perjalanan hidupku.
Untungnya, mulai Jumat sore itu hujan turun. Meski tidak deras cukup membantu untuk 'menggelontor' abu / debu yang ada di genteng. Selain itu, cukup untuk membuat debunya tidak beterbangan kemana-mana. Sejak Jumat sore itu pun di rumah kami sibuk membersihan endapan abu / debu yang menempel di halaman dan diselokan. Kegiatan itu terus berlangsung... hingga hari ini.
Untunglah, meski tidak deras, setiap hari hujan turun walau kadang hanya gerimis kecil-kecil. Gerimis itu sudah sangat membantu kami mengurangi rasa sesak karena banyaknya debu di udara. Berkat gerimis juga, usaha membersihkan debu di rumah juga lebih terbantu, karena endapan debu lebih mudah untuk dibersihkan.
Upaya pembersihan dilakukan di mana-mana. Kantor-kantor dan juga sekolah-sekolah melakukan gerakan kerja bakti. Untuk kantor-kantor, kerja bakti dilakukan pada Senin atau Selasa kemarin. Sementara sekolah-sekolah melakukan kerja bakti Sabtu dan Senin kemarin. Hal ini harus segera dilakukan agar kegiatan dapat kembali berjalan normal seperti biasa.
Alhamdulillah, saat ini halaman rumah kami dan juga kantorku sudah relatif bersih dari debu, tapi tidak dengan kondisi di jalan-jalan. Sepanjang jalan di kotaku masih banyak tertutup debu, sehingga setiap kali keluar rumah kami harus tetap memakai masker. Jadi, selama bisa aku memilih untuk tetap di rumah dan tak pergi kemana-mana.
Soal debu ini juga menyisakan kisah tak menyenangkan lo. Selama sepekan ini sudah banyak berita tentang korban dari abu vulkanik Gunung Kelud ini. Sudah banyak warga (di berbagai kota) yang terjatuh dari atap karena membersihkan debu di atas genteng. Tak hanya patah tulang atau gegar otak, bahkan banyak yang sampai meninggal dunia. Selain itu, banyak juga pengendara motor yang tergelincir di jalan karena jalanan masih penuh dengan pasir.
Debu di teras rumah, Jumat 14-2-2014 dini hari
Debu di halaman rumah, Jumat 14-2-2014 dini hari
Debu yang menutupi tanaman, Jumat 14-2-2014 dini hari
Kondisi jalan yang berselimut debu, Jumat 14-2-2014 siang hari
Gundukan pasir di kantor yang berhasil dikumpulkan, Jumat 14-2-2014 siang hari
Debu menyelimuti semuanya, Sabtu 15-2-2014
Gundukan pasir di samping rumah setelah kerja bakti pertama, Sabtu 15-2-2014
Endapan debu di samping rumah, Minggu 16-2-2014
Shasa ikut kerja bakti membersihan endapan debu, Minggu 16-2-2014
Itulah sekelumit catatanku tentang kesibukan paska erupsi Gunung Kelud. Catatan yang ditujukan untuk kenangan dan potongan dari perjalanan hidupku.
di rumah ibu saya di jombang juga banyak pasir debu mbk,kapan hari hujan deres jadi lumayan bersih hehe
BalasHapusOh asli Jombang to Mak Hanna. Jombangnya mana ya?
HapusOh masih hujan debu ya disana? Jd ingat waktu sy masih tinggal di Indo, gunung Galunggung meletus, debunya sampai ke Bandung.
BalasHapusAlhamdulillah sekarang sudah ga hujan abu kok mbak... tinggal bersih2nya aja.
Hapusdebu di mana-mana, untung gak terhirup dan menyebabkan ISPA
BalasHapusSemoga saja tak ada yang terkena ISPA.
HapusAamiin
rumahku juga kena debu kelud, debu dimana - mana, eh tapi kalau bisa ngumpulin debu vulkanik, katanya bermanfaat, tapiiii baru pertama kali lihat debu :))
BalasHapusDi rumah ibuku... debunya terkumpul 12 karung tuh
Hapusoiya..tempat mba Reni kan deket banget ya dengan bencana ini..jadi pasti setiap hari kerja bakti ya Mbak??
BalasHapusGak deket banget si Mbak... kurang lebih 2 jam
HapusDi kantorku kerja bakti jumat kemarin
Debu Kelud sampai jauh mengembara.....
BalasHapusUuhhhh ... ngeres sekali ya Mbak
BalasHapusSemoga debu ini bisa juga sekaligus untuk menyuburkan tanah yaaa ...
dan semoga debu-debu cepat hilang
bencana cepat berlalu
Salam saya Mbak Reni
(22/2 : 8)
ya Allah, sampai kaya gitu ya mba.. ga kbayang klo punya nak kecil2.. piyeee itu..
BalasHapustebal sekali ya bu abunya ikut prihatin saya.. kalo di daerah saya syukur kagak ada debu cuma awan tebal aja
BalasHapustapi katanya abu ini bisa menyuburkan tanah ya bu.. tetap disyukuri aja yang terjadi :)
BalasHapusTebal sekali ya Jeng Reni, bila Solo mencapai 2cm, di Madiun lebih ya.
BalasHapusMari bersama bebersih debu. Salam
Inget Gunung Kelud bayanganku kembali ke tahun 2002 lampau.. Waktu itu aku mengunjungi adik yang ikut suaminya tugas belajar di Unibraw Malang. Saat pertama kali memasuki wilayah Malang aku begitu takjub dengan alamnya yang asri.. kita disuguhi pemandangan alam yang eksotik... Di mana-mana terhampar gundukan gunung yang menjulang... Saat aku bertanya gunung apa saja yang mengelilingi Kota Malang, salah seorang penduduk setempat menjawab, yang menjulang itu gunung Kelud, mbak... Kini gunung Kelud meletus dan mengeluarkan erupsi berupa batuan dan debu yang mengotori alam sekitar... Mudah2an di kotanya Mbak Reni kini tak lagi tersapu hujan abu dari gunung Kelud ya Mbak?
BalasHapusiya mbak....
BalasHapussemuanya berdebu...
debu ada dimana-mana..
semoga segera turun hujan....
Wah semua kena abunya ya. Ortu di Magelang kasian. Waktu Merapi hujan abu nggak kuat sampai ngungsi ke Madiun cari udara segar. Sekarang Kelud meletus kena abu juga.
BalasHapusmenggunung jadinya ya mbak debu yang sudah dikumpulkan. Dijual aja bisa ya mbak
BalasHapusklo di luar negeri salju, ini debu yah Mbak..
BalasHapussekarang udah bersih kan rumah Mbak? semoga udah gak ada lagi debunya, Aamiin
btw yg baju daster itu di belakang Shasa, Mbak Reni kan ya?? :D