Sebenarnya ini adalah cerita 2 minggu yang lalu, di kediaman orang tuaku. Dan... sebelum aku bercerita tentang kejadian 2 minggu lalu itu, aku mau menjelaskan dulu tentang denah lingkungan di mana rumah orang tuaku berada. Daripada pusing aku menjelaskannya, aku gambar aja ya? Nah, kurang lebihnya seperti inilah 'letak' rumah orang tuaku.
letak rumah orang tuaku, biru dan bertanda panah
Jadi rumah orang tuaku bersebelahan dengan kebun milik keluarga A. Nah, ceritanya 2 minggu lalu keluarga A memerintahkan seseorang untuk menebang pohon mangga yang ada di kebunnya itu. Sebenarnya, orang tuaku sudah beberapa kali meminta pada keluarga A untuk menebang dahan pohon mangga mereka yang berada di atas atap rumah orang tuaku. Kedua orang tuaku takut aja jika dahannya patah, maka akan jatuh menimpa rumah orang tuaku. Alasan lainnya adalah saat berbuah, mangganya sering jatuh menimpa genting rumah orang tuaku. Belum ditambah dengan rontoknya daun-daun yang mengotori halaman orang tuaku.
Hanya sayangnya, selama ini usulan dari orang tuaku belum ditanggapi oleh keluarga A. Trus, tiba-tiba saja 2 minggu yang lalu keluarga A menyuruh seseorang untuk menebang beberapa pohon di kebun itu, termasuk pohon mangga yang berada di samping rumah orang tuaku. Hanya sayangnya, orang yang menebang pohon itu bekerja seenaknya. Dia asal tebang dahan-dahan itu sehingga beberapa dahan dengan sukses jatuh ke halaman orang tuaku. Ada yang menimpa tanaman di halaman orang tuaku dan ada juga yang menimpa genting (untung tak sampai pecah). Yang paling parah... dahan mangga itu berhasil dengan sukses membuat kabel telepon putus!
Saat itu bapak, ibu dan aku sudah berusaha untuk meminta si tukang tebang itu untuk menghentikan aksinya terlebih dahulu dan membereskan segala kekacuan yang ditimbulkannya di halaman orang tuaku. Kami juga memberitahunya bahwa kabel telepon kami sampai putus karena tertimpa dahan yang ditebangnya. Etapi... si tukang tebang itu cuek bebek! Dia cuma memandang kami sekilas (dari atas pohon) dan kembali melanjutkan aksinya menebang pohon mangga.
Beginilah aksi si tukang tebang
Meski kami memintanya berhenti, dia tetep cuek
dahan yang jatuh menimpa genting rumah dan tanaman
kabel telepon pun ikut putus
Akhirnya, Ibu berinisiatif untuk menemui keluarga A. Sesampai di sana ternyata ibu gak berhasil ketemu dengan Ibu A yang sudah sangat sepuh itu, namun bertemu dengan putrinya. Akhirnya ibu bicara pada putri Ibu A tentang apa yang terjadi akibat 'ulah' tukang tebang itu. Yang membuat ibu jengkel..., putri Ibu A selama diajak bicara Ibuku tak pernah melepaskan henpon dari telinganya!
Setelah beberapa lama tak ada tanggapan, akhirnya bapak menelpon (via hape) kerumah keluarga A itu. Barulah setelah itu anak dan menantu keluarga A datang ke rumah kami. Mereka meminta si tukang tebang untuk membersihkan segala kekacauan itu, bahkan akhirnya mereka membantu si tukang tebang membersihkan semuanya. Selain itu menantu keluarga A juga menjelaskan kalau dia yang akan menghubungi telkom untuk menyampaikan putusnya kabel telepon kami.
Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya petugas telkom datang juga ke rumah kami untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Tak memakan waktu lama, Alhamdulillah akhirnya telepon di rumah ibu sudah dapat berfungsi lagi. Dan, kehidupan dapat berjalan normal kembali... ^_^
letak rumah orang tuaku, biru dan bertanda panah
Jadi rumah orang tuaku bersebelahan dengan kebun milik keluarga A. Nah, ceritanya 2 minggu lalu keluarga A memerintahkan seseorang untuk menebang pohon mangga yang ada di kebunnya itu. Sebenarnya, orang tuaku sudah beberapa kali meminta pada keluarga A untuk menebang dahan pohon mangga mereka yang berada di atas atap rumah orang tuaku. Kedua orang tuaku takut aja jika dahannya patah, maka akan jatuh menimpa rumah orang tuaku. Alasan lainnya adalah saat berbuah, mangganya sering jatuh menimpa genting rumah orang tuaku. Belum ditambah dengan rontoknya daun-daun yang mengotori halaman orang tuaku.
Hanya sayangnya, selama ini usulan dari orang tuaku belum ditanggapi oleh keluarga A. Trus, tiba-tiba saja 2 minggu yang lalu keluarga A menyuruh seseorang untuk menebang beberapa pohon di kebun itu, termasuk pohon mangga yang berada di samping rumah orang tuaku. Hanya sayangnya, orang yang menebang pohon itu bekerja seenaknya. Dia asal tebang dahan-dahan itu sehingga beberapa dahan dengan sukses jatuh ke halaman orang tuaku. Ada yang menimpa tanaman di halaman orang tuaku dan ada juga yang menimpa genting (untung tak sampai pecah). Yang paling parah... dahan mangga itu berhasil dengan sukses membuat kabel telepon putus!
Saat itu bapak, ibu dan aku sudah berusaha untuk meminta si tukang tebang itu untuk menghentikan aksinya terlebih dahulu dan membereskan segala kekacuan yang ditimbulkannya di halaman orang tuaku. Kami juga memberitahunya bahwa kabel telepon kami sampai putus karena tertimpa dahan yang ditebangnya. Etapi... si tukang tebang itu cuek bebek! Dia cuma memandang kami sekilas (dari atas pohon) dan kembali melanjutkan aksinya menebang pohon mangga.
Beginilah aksi si tukang tebang
Meski kami memintanya berhenti, dia tetep cuek
dahan yang jatuh menimpa genting rumah dan tanaman
kabel telepon pun ikut putus
Akhirnya, Ibu berinisiatif untuk menemui keluarga A. Sesampai di sana ternyata ibu gak berhasil ketemu dengan Ibu A yang sudah sangat sepuh itu, namun bertemu dengan putrinya. Akhirnya ibu bicara pada putri Ibu A tentang apa yang terjadi akibat 'ulah' tukang tebang itu. Yang membuat ibu jengkel..., putri Ibu A selama diajak bicara Ibuku tak pernah melepaskan henpon dari telinganya!
Setelah beberapa lama tak ada tanggapan, akhirnya bapak menelpon (via hape) kerumah keluarga A itu. Barulah setelah itu anak dan menantu keluarga A datang ke rumah kami. Mereka meminta si tukang tebang untuk membersihkan segala kekacauan itu, bahkan akhirnya mereka membantu si tukang tebang membersihkan semuanya. Selain itu menantu keluarga A juga menjelaskan kalau dia yang akan menghubungi telkom untuk menyampaikan putusnya kabel telepon kami.
Setelah beberapa waktu menunggu, akhirnya petugas telkom datang juga ke rumah kami untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Tak memakan waktu lama, Alhamdulillah akhirnya telepon di rumah ibu sudah dapat berfungsi lagi. Dan, kehidupan dapat berjalan normal kembali... ^_^
Astagfirullah...cuma bisa ngelus dada lihat kelakuan tukang tebang
BalasHapusMungkin tukang tebangnya mikir : yang nyuruh nebang bukan kamu, jadi cuekin aja lah hahaha
Hapusuntunglah cepat beres mbak...
BalasHapuspohonnya emang dekat banget ke tembok ya
Iya, itu pohon mangga gede banget dan deket banget ama tembok rumah orang tuaku mbak
Hapusaku pernah mengalai nih mbak,saat tetangga belaakng rumah sedang renovasi rumahnya
BalasHapushidup bertetangga memang tak bisa menghindar dari hal2 spt itu ya mbak?
Hapusbikin greget ya tetangganya. Tapi gimana lagi, hidup bertengganya pasti banyak dilemanya :)
BalasHapusuntung sudah selesai, tidak berlarut - larut :)
untung sudah selesai dan untung gak ada ribut2 dg tetangga walau awalnya bener2 gondok hehehe
Hapuswah, dahan yang patah mayan besar juga ya, mbak. kalo ketiban ke genteng bisa bahaya
BalasHapusItu dahannya sudah numpang di atas genteng, untungnya aja gak sampai pecah
Hapuspohonnya besar banget ya Mba Reni. Lumayan buat ngotorin tetangga :) tapi syukurlah semuanya selesai hari itu jg ya..
BalasHapusBukan lumayan kotor lagi mbak... tapi sudah kotor banget sih hehehe
HapusKok ada ya manusia spt itu ya mbak reni...alhamdulillah semua selesai dg baik...
BalasHapusTuh buktinya ada Mak hehehe
Hapustetangga macam-macam watak tabiatnya, ya.
BalasHapusSyukurlah semuanya bisa diselesaikan. Cuma ya itu tadi, bikin kita istighfar berkali-kali
Bener Teh Ani... sampe ngelus dada berulang kali nih :)
HapusYa Allah, sampai putus gitu kabelnya, Bun. Untunglah berakhir dengan happy ending :).
BalasHapusIyaaaa... kejatuhan dahan sebesar itu akhirnya putus juga deh
HapusMaaf Mbak Reni ...
BalasHapusKalau saya ada disana ...
mungkin gelut kali ... hahaha ...
Kesel nya dobel ...
tukang tebang yang cuek ...
dan putri kel A yang hengponan ...
Saya bisa membayangkan .... mungkin saja tukang tebang bertindak seperti itu ... karena ingin [rotes ke nyonya A / tuan rumah A ... (bayarannya kurang mungkin )(ah si Om ini suka pikiran jelek deh ...)
Belagu itu bukan milik anggota DPR saja ... tukang tebang dan putri remaja kel A pun bisa belagu ... qiqiqi
Yang sabar ya Mbak ...
Salam saya Mbak Reni
(24/2 : 22)
Hahaha... si Om kok jadi ikutan emosi :D
HapusItu mungkin saja si tukang tebang ga peduli ama keluargaku karena bukan kami yang bayar dia, tapi keluarga A. hehehe
Heheheee... kadang heran juga ya, apa susahnya rembugan, everybody's happy. Pohon pisangku ada yg menjorok ke tetangga. Mau nebang sayang, karna ada pisangnya. akhirnya kubilang, ntar kalau meteng, ambil aja pisangnya, baru setelah itu saya tebang. Untung orangnya baik.
BalasHapusNah kalau spt itu (ada komunikasi sebelumnya) kan enak ya Mak.
HapusGak seperti ini, setelah ada masalah baru deh ribut :D
untung bukan aku tetangganya buw...qiqiqiqi pasti b reni sudah bayangkan apa yang aku lakuin hihihihih
BalasHapusHahaha... iya iya... aku tahu mbak Nyit :p
HapusHyaah, Si tukang penebangnya gak hati2, ya. Gak menjatuhkan dahannya ke sebelah saja. Gak ke rumah Mba Ren, gitu. Hadeeeh.
BalasHapusUntuk keluarga Mba Ren gak grusah-grusuh, ya. Sabar booo. .. :)
Nah itu dia... coba kalo si tukang tebang itu kerjanya bener.
HapusKan dahan pohon yang dia tebang jatuh ke kebun kelg. A
Kalo gitu kan dia ga perlu repot2 gotong2 tebangan dahan dari rumah ortuku ke kebun kelg A kan?
Gitu deh kalo kerja tanpa perhitungan, asal bat bet aja :)
aduh itu tukang tebang koq gtu amat ya mba aku yg baca jg jengkel ih klo aku jd mba reni udah aku timpuk deh tuh orang heheh
BalasHapusHadeh, kalo aku timpuk trus orangnya jatuh gimana dong?
HapusAku yang disalahin nanti :D
untung menantu Ibu A itu mau bertanggung jawab yah Mbak..
BalasHapusiihh tukang tebangnya gak bener banget sih orangnya >_<
Ya harus mau dong...
HapusSeandainya saja kelg A ada yang mau nungguin si tukang tebang itu waktu kerja atau setidaknya memberikan pengarahan pada tukang tebang itu, aku yakin masalah itu gak akan muncul
Resep tepa slira yang sedang diujicobakan ya Jeng Reni. Apresiasi dengan langkah Bapak Ibu yang sareh menghadapinya.
BalasHapusSalam
Iya bener... teori tepo sliro emang sedang dipraktekkan dan dicontohkan oleh bapak dan ibu mbak hehehe
Hapus