Tanggal 26 Maret 2009 ada bonus libur 1 hari dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi (Tahun Baru Saka 1931). Tak ingin melewatkan kesempatan untuk refreshing, aku bersama Shasa dan suami memutuskan untuk jalan-jalan. Kebetulan, beberapa hari terakhir kesibukan di kantor lumayan padat. Makanya, begitu ada kesempatan untuk melakukan refreshing tak akan kulewatkan begitu saja.
Setelah menimbang, mengingat dan sebagainya..., akhirnya kami putuskan untuk mengisi liburan ini dengan mencari udara segar di kaki Gunung Wilis. Tepatnya, kami ingin pergi ke Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Selain udara di sana yang masih segar, kami ingin bersantai di sana.
Perjalanan yang kami lalui sangat menyenangkan karena kami melewati persawahan yang menghijau. Di kejauhan, kami melihat sosok Gunung Wilis yang tegak berdiri. Indah sekali pemandangan yang kami saksikan. Rasa segar makin terasa saat udara dari perbukitan menyentuh kulit kami. Kami tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat yang kami ingin kami tuju.
Tujuan kami adalah mengunjungi Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Desa Kresek adalah wilayah perkampungan yang terletak di kaki Gunung Wilis. Setiap tahun di lokasi Monumen Kresek ini diselenggarakan Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Pelaksanaan upacara di lokasi tersebut dikarenakan pada tahun 1948 Desa Kresek telah dijadikan PKI sebagai ladang pembantaian tokoh masyarakat dan agama.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka pada tahun 1987 dibangunlah Monumen Kresek dan diresmikan pada tahun 1991. Monumen Kresek hanyalah salah satu saksi kekejaman PKI pimpinan Muso di Madiun. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 2 hektar yang berada di kaki Gunung Wilis dan berjarak kurang lebih 8 km ke arah timur dari Kota Madiun. Di dalam monumen itu, terdapat patung dan beberapa replika kejadian pembantaian yang dilengkapi pendopo rumah milik Sumo Radjimin yang saat itu digunakan sebagai jagal ratusan jiwa manusia.
Replika peristiwa pembantaian yang dibuat di atas bukit
Peresmian Monumen yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur tahun 1991
Setelah menimbang, mengingat dan sebagainya..., akhirnya kami putuskan untuk mengisi liburan ini dengan mencari udara segar di kaki Gunung Wilis. Tepatnya, kami ingin pergi ke Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Selain udara di sana yang masih segar, kami ingin bersantai di sana.
Perjalanan yang kami lalui sangat menyenangkan karena kami melewati persawahan yang menghijau. Di kejauhan, kami melihat sosok Gunung Wilis yang tegak berdiri. Indah sekali pemandangan yang kami saksikan. Rasa segar makin terasa saat udara dari perbukitan menyentuh kulit kami. Kami tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat yang kami ingin kami tuju.
Tujuan kami adalah mengunjungi Monumen Kresek yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Desa Kresek adalah wilayah perkampungan yang terletak di kaki Gunung Wilis. Setiap tahun di lokasi Monumen Kresek ini diselenggarakan Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Pelaksanaan upacara di lokasi tersebut dikarenakan pada tahun 1948 Desa Kresek telah dijadikan PKI sebagai ladang pembantaian tokoh masyarakat dan agama.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka pada tahun 1987 dibangunlah Monumen Kresek dan diresmikan pada tahun 1991. Monumen Kresek hanyalah salah satu saksi kekejaman PKI pimpinan Muso di Madiun. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 2 hektar yang berada di kaki Gunung Wilis dan berjarak kurang lebih 8 km ke arah timur dari Kota Madiun. Di dalam monumen itu, terdapat patung dan beberapa replika kejadian pembantaian yang dilengkapi pendopo rumah milik Sumo Radjimin yang saat itu digunakan sebagai jagal ratusan jiwa manusia.
Replika peristiwa pembantaian yang dibuat di atas bukit
Peresmian Monumen yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur tahun 1991
Video monumen kresek dapat dilihat di sini
Replika kejadian pembantaian tersebut dibangun di atas bukit. Dan, tak jauh dari situ dibuat juga relief-relief yang menggambarkan kejadian pembantaian itu. Sementara di bawah dibuat tugu yang memuat nama-nama korban yang telah dibunuh oleh PKI. Di depan tugu tersebut dibuat replika mayat-mayat korban pembunuhan tersebut.
Walaupun lokasi Monumen Kresek tidak terlalu jauh dari Kota Madiun, tapi ini adalah kunjungan Shasa yang kedua kalinya. Kunjungan pertama Shasa di Monumen Kresek adalah saat Shasa masih duduk di TK. Saat itu Shasa belum paham tentang sejarah kelam yang melatar belakangi dibangunnya monumen tersebut. Saat datang pertama kali di Monumen Kresek, Shasa tidak tertarik untuk melihat replika yang ada. Baru pada kedatangan kedua kalinya ini, Shasa berniat untuk melihat replika yang dibangun di atas bukit.
Saat kami datang, di lokasi Monumen itu banyak rombongan anak-anak sekolah yang datang. Ada rombongan anak-anak TK dan ada juga rombongan anak-anak SD. Ternyata, hari libur yang hanya 1 hari itu dimanfaatkan oleh beberapa sekolah untuk mengajak murid-muridnya melakukan karya wisata.
Walaupun terletak di atas bukit di kaki Gunung Wilis, tapi setelah matahari semakin tinggi lokasi itu panas juga. Untung saja kami datang masih pagi dan kami telah puas melihat-lihat lokasi tersebut sebelum hari semakin panas. Sebelum hari makin panas, kami sudah meninggalkan Monumen Kresek dan mencari tempat lain yang lebih sejuk....
Semoga saja catatan kelam sejarah masa lalu dapat dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang. Betapa luka yang ditinggalkan masih terasa sampai saat ini. Dan betapa sulitnya menghapus stigma yang ada dari sejarah Madiun. Semoga tak akan pernah lagi terjadi kejadian serupa di tanah air kita yang tercinta, Indonesia.
Saat kami datang, di lokasi Monumen itu banyak rombongan anak-anak sekolah yang datang. Ada rombongan anak-anak TK dan ada juga rombongan anak-anak SD. Ternyata, hari libur yang hanya 1 hari itu dimanfaatkan oleh beberapa sekolah untuk mengajak murid-muridnya melakukan karya wisata.
Walaupun terletak di atas bukit di kaki Gunung Wilis, tapi setelah matahari semakin tinggi lokasi itu panas juga. Untung saja kami datang masih pagi dan kami telah puas melihat-lihat lokasi tersebut sebelum hari semakin panas. Sebelum hari makin panas, kami sudah meninggalkan Monumen Kresek dan mencari tempat lain yang lebih sejuk....
Semoga saja catatan kelam sejarah masa lalu dapat dijadikan pelajaran bagi generasi mendatang. Betapa luka yang ditinggalkan masih terasa sampai saat ini. Dan betapa sulitnya menghapus stigma yang ada dari sejarah Madiun. Semoga tak akan pernah lagi terjadi kejadian serupa di tanah air kita yang tercinta, Indonesia.
Wah liburan yg menyenangkan ya. Pemandangannya indah dan nilai sejarahnya
BalasHapusPondokku
@Erik : ceritanya kemarin itu berlibur sekalian mengenalkan sejarah dari Madiun kepada Shasa, mas.
BalasHapusAwardnya sudah saya posting nih
BalasHapushikz.. kapan daku bisa ke sana yah >,<
BalasHapusWah mbak, jadi mbah kakungku di caruban tuh...
BalasHapusWah senengnya berlibur di alam pegunungan..biar tambah fresh fikirannya...
BalasHapus@Dhe : Kalau mau lihat Monumen Kresek bilang aku ya mbak.., ntar tak temenin deh ^_^
BalasHapus@Ajeng : Caruban gak jauh-2 amat tuh dari tempatku. Boleh mampir lho..
@Embun pagi : Bener mbak, lihat pemandangan indah dan dapat udara segar bisa membuat fresh kembali.
wah... kayaknya tempat yang bagus... kalau ke MAdiun jangan samapai terlewatkan...?
BalasHapusapa artinya Kresek ya...
apakah plastik hitam itu...?
salam kenal mbak...
Wah, pertanyaan saya puluhan tahun silam, baru terjawab sekarang. Pertanyaan yang selalu saya lontarkan kepada 'yang senior' belum pernah terjawab sampai saya menemukan tulisan ini.
BalasHapusJadi malu, asli Madiun malah gak tahu sejarah daerahnya sendiri .
Ketika jalan-jalan ke Manisrejo, ketika lihat papan nama Monumen Kresek saya bertanya monumen apakah itu, dalam hati saya pengen tahu dan mengunjunginya, tapi.. memang kesempatan yang belum terbagi.
Terima kasih. Sudah memberi informasi.
@marianus : salam kenal juga. Kresek itu apa artinya ya ? Hahaha, aku juga gak tahu tuh.
BalasHapus@willis koes : seneng bisa memberikan informasi yg berguna. Besok kalo ke Madiun jangan lupa ke Kresek ya ??
kok namanya kresek ya? jadi inget kantong kresek.
BalasHapuswaaa senangnya liburan ada yg jalan-jalan hiks telat yah kalo mo ikutan, wis gpp wis dah kemari juga dah berasa ikutan jalan ke gunung ma ke museum hehehe;)
BalasHapus@fanny : Aku juga gak tahu kenapa namanya Kresek, mbak. Hehehehe.
BalasHapus@wendy : mbak wendy baca aja laporan perjalananku, jadi biar ngerasa ikutan liburan juga ya ? Hehehe
Gunung wilisnya mana mbak?
BalasHapushe he komentarnya gak nyambung ya?
@kuyus : Gunung Wilisnya mana ?!? La.., gak aku bawa tuh mbak. Masih di tempatnya kok. Sungguh... !! *kabuuuuuurrrrr*
BalasHapusSetau sy seh kresek nama Desa ya di Kec. Wungu Madiun
BalasHapus@rendra alfarizi >> lo kok tau? bener banget tuh
BalasHapusKatanya mbah putri dulu mbah kakung di ambil oleh serombongan orang karena di anggap simpatisan PKI...hampir separuh desa yg di anggap simpatisan tidak pernah pulang ke rumah. Itulah jaman kegelapan politik. Hanya krn di anggap simpatisan darahnya halal untuk di bunuh....kejam sekali. Kalau sdh begitu siapa yg sebenarnya kejam???? Harusnya perbedaan politik tdk hrs saling bunuh bunuhan.
BalasHapus