Kawan, aku akan menepati janjiku untuk melanjutkan cerita jalan-jalanku. Terima kasih sudah menunggu... halaah.. sok penting banget nih aku ya ? Hehehe... Maklum suasana hati yang sedang berbunga-bunga tentu saja membuat orang jadi lebih ceria kan ? Setuju...??
Oke, tanpa perlu berpanjang kata lagi aku akan melanjutkan ceritaku. Kemarin aku sudah bercerita tentang kegiatan kami di Taman Dayu Alam Asri yang ada di Sragen. Setelah dari Sragen kami meluncur ke Ngawi, dengan tujuan Museum Trinil.
Sebelum sampai ke Museum Trinil kami sempat "kebablasan" padahal sepanjang perjalanan kami mencoba membuka mata lebar-lebar mencari petunjuk jalannya. Kami menyadarinya waktu kendaraan kami hampir masuk ke Kota Ngawi. Ya ampun, ternyata jalan masuk ke Museum Trinil sudah terlewat jauh sekali. Akhirnya kami berputar dan kembali menyusuri jalan yang telah kami lewati sebelumnya. Rupanya, petunjuk arah ke arah museum kecil sekali.
Menengok pada sejarah sebentar, situs Museum Trinil merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu. Pada Situs Trinil ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.
Karena rasa ketertarikan dengan cerita masyarakat tentang adanya "balung buto" maka pada tahun 1891-1893 Dubois melakukan expedisi dan akhirnya menemukan fosil manusia purba. Hasil penemuan itu dibawanya ke Belanda. Sebagai penanda bahwa di tempat itu telah ditemukan fosil manusia purba, Dubois membangun monumen kecil disitu yang bertujuan ingin menunjukkan posisi di temukannya Phitecantropus Erectus yang pertama. Expedisi berikutnya yaitu tahun 1900 dilakukan seorang professor asal Jerman bernama Selenka. Dia juga menemukan fosil manusia purba, dan hasil temuan tersebut dibawa ke Jerman. Ekspedisi berikutnya yaitu tahun 1952 dilakukan dari pihak Universitas Gajah Mada Jogjakarta dan hanya menemukan fosil tumbuhan dan hewan saja.
Lokasi Museum Trinil berjarak kurang lebih 14 Km dari Kota Ngawi ke arah barat, tepatnya di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar atau pada Km 11 jalan raya jurusan Ngawi-Solo. Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat setelah masuk ke dalam 1 km dari jalan raya utama. Tiket masuknya sangat murah. Mungkin karena pemasukan dari harga tiket yang murah itulah, maka museum ini terkesan kurang dirawat secara optimal.
Dari gapura masuk terlihat pendopo yang luas di antara rerimbunan pepohonan. Pada halaman depannya, tampak patung gajah yang sangat besar. Masuk ke dalam museum kami mendapati ruangan yang dipenuhi dengan fosil tengkorak dan tulang manusia purba, fosil tulang rahang bawah macam, gigi geraham atas gajah dan tanduk kerbau dan banteng, serta fosil gading gajah. Fosil-fosil itu merupakan bagian dari temuan di Sungai Bengawan Solo, sekitar 15 kilometer dari lokasi museum sejak tahun 1968. Selain itu ada juga replika manusia purba yang dipajang di dalam ruangan.
Oke, tanpa perlu berpanjang kata lagi aku akan melanjutkan ceritaku. Kemarin aku sudah bercerita tentang kegiatan kami di Taman Dayu Alam Asri yang ada di Sragen. Setelah dari Sragen kami meluncur ke Ngawi, dengan tujuan Museum Trinil.
Sebelum sampai ke Museum Trinil kami sempat "kebablasan" padahal sepanjang perjalanan kami mencoba membuka mata lebar-lebar mencari petunjuk jalannya. Kami menyadarinya waktu kendaraan kami hampir masuk ke Kota Ngawi. Ya ampun, ternyata jalan masuk ke Museum Trinil sudah terlewat jauh sekali. Akhirnya kami berputar dan kembali menyusuri jalan yang telah kami lewati sebelumnya. Rupanya, petunjuk arah ke arah museum kecil sekali.
Menengok pada sejarah sebentar, situs Museum Trinil merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu. Pada Situs Trinil ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.
Karena rasa ketertarikan dengan cerita masyarakat tentang adanya "balung buto" maka pada tahun 1891-1893 Dubois melakukan expedisi dan akhirnya menemukan fosil manusia purba. Hasil penemuan itu dibawanya ke Belanda. Sebagai penanda bahwa di tempat itu telah ditemukan fosil manusia purba, Dubois membangun monumen kecil disitu yang bertujuan ingin menunjukkan posisi di temukannya Phitecantropus Erectus yang pertama. Expedisi berikutnya yaitu tahun 1900 dilakukan seorang professor asal Jerman bernama Selenka. Dia juga menemukan fosil manusia purba, dan hasil temuan tersebut dibawa ke Jerman. Ekspedisi berikutnya yaitu tahun 1952 dilakukan dari pihak Universitas Gajah Mada Jogjakarta dan hanya menemukan fosil tumbuhan dan hewan saja.
Lokasi Museum Trinil berjarak kurang lebih 14 Km dari Kota Ngawi ke arah barat, tepatnya di Dukuh Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar atau pada Km 11 jalan raya jurusan Ngawi-Solo. Pintu gerbang museum yang sangat sederhana terlihat setelah masuk ke dalam 1 km dari jalan raya utama. Tiket masuknya sangat murah. Mungkin karena pemasukan dari harga tiket yang murah itulah, maka museum ini terkesan kurang dirawat secara optimal.
Dari gapura masuk terlihat pendopo yang luas di antara rerimbunan pepohonan. Pada halaman depannya, tampak patung gajah yang sangat besar. Masuk ke dalam museum kami mendapati ruangan yang dipenuhi dengan fosil tengkorak dan tulang manusia purba, fosil tulang rahang bawah macam, gigi geraham atas gajah dan tanduk kerbau dan banteng, serta fosil gading gajah. Fosil-fosil itu merupakan bagian dari temuan di Sungai Bengawan Solo, sekitar 15 kilometer dari lokasi museum sejak tahun 1968. Selain itu ada juga replika manusia purba yang dipajang di dalam ruangan.
Kami tak membutuhkan waktu banyak untuk melihat-lihat isi museum itu, karena museumnya memang kecil. Tapi lingkungan museum yang asri itu membuat kami betah berlama-lama menikmatinya. Namun, mengingat tujuan perjalanan kami masih ada satu lokasi lagi, yaitu : Telaga Ngebel, Ponorogo, maka kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali.
Bagi yang ingin mengikuti perjalanan kami sampai ke Telaga Ngebel... jangan lupa untuk mampir lagi esok hari ya. Sekali lagi dengan catatan, tidak halangan bagiku untuk berbagi dengan kawan-kawan semua. OK... see you tomorrow...
Bagi yang ingin mengikuti perjalanan kami sampai ke Telaga Ngebel... jangan lupa untuk mampir lagi esok hari ya. Sekali lagi dengan catatan, tidak halangan bagiku untuk berbagi dengan kawan-kawan semua. OK... see you tomorrow...
Sebuah Perjalan yang mengasyikkan ya mbak..ditunggu cerita selanjutnya
BalasHapuswah museum homo sapiens Phitecantropus Erectus
BalasHapusaku blom nyampe neh ke trinil
asyikk nya bunn..
BalasHapuspotonya seru seru liburan sekalian menambah ilmu pengetahuan bun..
mampir lagi nii saiia nya mba' :) tp lg sedihhh :(
BalasHapuswahhh maafff... kirain ada moderasinya... saiia maen komen2 ajja (OOT gtu padahal...)
BalasHapusSiiipp mbak perjalanannya....review museumnya boleh juga, ntar kapan2 kesana wes kalo bisa...hehheheh
BalasHapusjadi inget jaman smp, pelajaran sejarah....Pithecantropus erectus dari Lembah Trinil...
BalasHapusfosil gading gajahnya msh ada gak yaa..??
Wah... asyik ya mbak, bisa jalan-jalan... kapan-kapan diajak dong...
BalasHapusembak ada part ke 3 ga
BalasHapusitu gajah lampung apa gajah mana ??
masih seputar jalan neh dan liburan.
BalasHapuseTha ikutan nimbrung aja deh :)
BalasHapusaih ,
BalasHapusseru tuh .
bukan hanya sekedar jala2 ya mbak yuk..tapi dapat ilmu pengetahuan..salam maniez buat Shasha yg lucu n nggemesin ...
BalasHapuswah..udah berapa lama ya sejak aku terakhir ke museum purbakala gini? Perasaan sejak SMP dulu deh...
BalasHapusDitunggu laporan jalan2 berikutnya!
kalo besok jalan-jalan lagi, foto-foto lagi ya mbak :D
BalasHapusasiiik masih ada lagi.Thanks sharingnya sis.
BalasHapuswuiiihhh.... enak bgt ya bisa jalan2 gitu.. pengen bgt aku bisa jaan2 juga nih hihi... tapi nggak bisa... ada yang mo sponsori?
BalasHapusWah,, ke museum,,, pengen euyh.....
BalasHapusSalam kenal mbak ^_^
Nyesel deh kagak ikut,.. banyak yang bisa diliat...
BalasHapushehehehe jalan-jalan jilid 2 nih lanjut terus mba' ren.......jika td ada aral melintang bulan agustus saya mau jalan2 ke jogya.....(cieeeeee....pamer)
BalasHapuswedew.. tamasyanya enak nih.... mba tukeran link dan saling share yuk.........
BalasHapusasiiik dapet oleh2 jalan2nya mbak reni (walau agak ketinggalan, kemarin2 cuma OL bentar2, blum sempet dolan). Nunggu oleh2 selanjutnya ah
BalasHapusAsyik, jalan-jalan. Gambarnya juga apik-apik. Ikutan dong mbak.......
BalasHapus@dinoe : tunggu part-3 ya ?
BalasHapus@attayaya : Ayo kapan ke Trinil ?
@cupu^-^kisruh : memang maksudnya ngajak shasa berlibur sekalian belajar kok hehehe
@genial : lho, sedih kenapa ?
@buwel : kalau mau ke Trinil rajin tanya selama perjalanan ya ? Soalnya tanda masuk ke lokasi kecil sekali.
@tisti rabbani : ada kok fosil gadingnya, cuma ga ditampilin aja.
@cahyadi : mau diajak kemana, mas ?
@ajiee : tunggu aja part-3 nya ya ? Yang jelas bukan gajah lampung tuh.
@awal sholeh : iya mas dan masih ada 1 lagi lho...
@etha : boleh aja...
@riffy : emang...
@ateh75 : sambil menyelam minum air mbak...
@fanda : siap ! pesanan akan dikerjakan ! hehehe
@henny : oke deh.. seep...
@aishalife-line : sedang ingin berbagi nih mbak..
@zujoe : emang harus ada sponsornya ya ? hehehehe
@Blagabloger : ayuk mengenalkan museum kepada generasi muda..
@seti@wan : maaf Bang, kemarin aku gak sempat ngajak sih. Heheh2
@jhoni : jadi pengen ke Yogya juga neh..
@bahak : wisata emang asyik...
@eha : oke, oleh-2 selanjutnya siap untuk dibagikan kok.
@newsoul : pemandangan disana juga gak kalah asyik kok mbak.
wah asik donk mbak bisa liburan trus..
BalasHapushehe....
oh iya, saya jadi inget waktu smp ada pelajaran sejarah. di Indonesia pernah ditemukan fosil manusia. Di daerah sana ternyata :D
BalasHapussayang di bawa ke belanda ya :(
@jimox : liburannya sih cuma 1 hari, tapi sampai kemana-mana hehehe
BalasHapus@jonk : itulah, ternyata banyak benda-2 bersejarah kita yang ada di luar negeri sekarang.
ikut dong..kalo jalan2.
BalasHapus@sang cerpenis : boleh aja sih mbak.., tapi kan mbak Fanny malah bisa jalan-2 ke luar negeri...
BalasHapus