Sebenarnya tulisan ini sudah pernah dimuat dalam Slim Magazine Blogger Edisi I. Namun aku kembali ingin mempostingnya disini sekedar untuk berbagi dengan teman-teman yang belum sempat membacanya. Terima kasih untuk mas Trimatra atas kesempatan yang diberikan kepadaku untuk menjadi salah satu dari kontributor dalam Slim Magazine Blogger Edisi I.
Krisis ekonomi telah berdampak pada meningkatnya kemiskinan di Indonesia. Semakin banyak rakyat merasakan betapa kehidupan semakin sulit, harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi, biaya pendidikan dan kesehatan semakin tak terjangkau. Itu semua belum cukup karena bayang-bayang PHK dan pengangguran juga menghantui kehidupan sebagian besar rakyat.
Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan, namun harus segera diselesaikan. Pemerintah memang telah menetapkan beberapa program untuk menanggulangi kemiskinan, seperti Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun, kebijakan dan program tersebut dalam pelaksanaannya seringkali tidak tepat sasaran, sehingga masih banyak orang-orang miskin yang tetap terperangkap dalam kemiskinan.
Salah satu faktor yang menyebabkan orang-orang miskin tetap terperangkap dalam kemiskinan adalah program/kebijakan/pembangunan yang selama ini tidak berpihak pada rakyat miskin. Salah satu contohnya adalah rakyat miskin tidak diberi kemudahan untuk mengakses pinjaman di bank. Selama ini lembaga keuangan selalu menolak orang miskin. Padahal, tanpa adanya modal usaha, seseorang akan sulit untuk keluar dari perangkap kemiskinan.
Ada satu program yang sangat membantu dan memihak rakyat kecil telah dilaksanakan oleh Muhammad Yunus, seorang profesor ekonomi pada Universitas Chittagong, Bangladesh. Program tersebut digulirkan dengan tujuan untuk memberdayakan secara ekonomi serta mengangkat moral dan harga diri kaum miskin. Gerakan pemberdayaan rakyat miskin yang diprakarsainya ternyata diakui telah berhasil memotong lingkaran kemiskinan.
Gerakan yang dalam perkembangannya diwadahi dalam suatu institusi yang bernama Bank Grameen. Dalam perkembangan selanjutnya Bank Grameen diakui sebagai institusi ekonomi paling revolusioner, paling inovatif sekaligus berpengaruh di dunia. Tujuan didirikannya bank tersebut adalah untuk membuat sistem perbankan yang adil, pro rakyat miskin dan pro perempuan.
Awal dari kiprah Muhammad Yunus untuk memberdayakan kemiskinan sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1974. Wujudnya adalah pemberian kredit mikro tanpa agunan untuk orang-orang miskin. Baru pada tahun 1976, Yunus mentransformasikan lembaga kreditnya menjadi sebuah bank formal dengan aturan khusus bernama Bank Grameen. Kredit yang digulirkan pun meluas mencakup pinjaman rumah, proyek irigasi, dan pinjaman usaha lainnya.
Belum puas dengan hasil yang telah dicapainya, pada tahun 2003 Bank Grameen meluncurkan program baru yang membidik para pengemis di Bangladesh. Program yang bernama The Struggling (Beggar) Members Program adalah kampanye berkelanjutan untuk pengentasan kemiskinan.Yang unik dari program ini adalah pinjaman itu tidak dibayar dari uang hasil mengemis. Artinya, dengan cara seperti itu, mereka memang harus berusaha lepas dari pekerjaan mengemis.
*foto Bank Grameen di Dhaka (ibukota Bangladesh)*
Untuk membantu para member yang pengemis ini, pihak Bank Grameen membekali mereka dengan tanda pengenal yang berlogo Bank Grameen. Tanda pengenal itu menunjukkan adanya dukungan Bank Grameen di belakang mereka. Para pengemis yang menjadi member itu dapat mengambil barang senilai batas yang ditentukan di beberapa toko yang ditunjuk, untuk kemudian dijual kembali. Sebelumnya, pihak bank telah membuat perjanjian dengan beberapa toko dan memberikan jaminan kepada toko-toko itu bahwa apabila para pengemis itu gagal membayar, maka yang bertanggungjawab untuk melunasinya adalah Bank Grameen. Para member itu juga dilindungi asuransi jika terjadi kematian.
Ternyata, sistem yang diterapkan Bank Grameen --- tidak memberlakukan surat perjanjian, tidak memberlakukan sanksi serta memberikan kepercayaan pada para membernya --- berhasil mengentas banyak rakyat miskin dari jeratan kemiskinan. Untuk jasanya itu, Muhammad Yunus dan Bank Grameen mendapat Hadiah Perdamaian Nobel 2006.
Kini, lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat miskin di seluruh dunia telah mengakui dan mengadopsi program yang dilakukan oleh Muhammad Yunus dan Bank Grameen-nya. Yunus juga tidak segan berbagi ilmu tentang hal itu. Yang jadi pertanyaan, apakah Indonesia juga telah mengadopsi program tersebut ? Mengingat banyaknya jumlah rakyat miskin pada saat ini, rasanya kita tidak perlu lagi malu-malu meniru apa yang telah diterapkan Bank Grameen. Tentu saja dengan harapan agar mampu mengentas sebanyak mungkin rakyat dari jeratan kemiskinan. Semoga harapan ini tidak tinggal harapan.....
Pertamaaaxzzzz dulu ah...
BalasHapusSemoga ada orang kaya yang percaya dengan orang-orang miskin ya mbak....
BalasHapusBLT??
BalasHapuskayaknya masih harus diperbaiki mekanismenya
masih banyak potongan ini itu
dari perangkat yang membagikan
mbak reni
ngomong2 soal perekonomian kelak
gosipnya nih, menkeu terbaik kita, sri mulyani
mau di gusur ya posisinya???
hehehehehe
Andai di Indonesia ada orang seperti itu ya mbak... pasti angka kemiskinan di negeri ini akan turun... sayangnya... banyak pejabat di negeri ini hanya berpikir untuk perutnya sendiri...
BalasHapusiya ya sis, kabar ekonomi di Indonesia makin miris aja.Dengar-dengar pembangunan rumah juga di kenakan PPN? padahal bahan bangunannya sudah di kenakan PPN kan? benar nggak sis berita ini?
BalasHapusPS:maaf menyimpang jauh dari topik:D
wakh keren sekali nih artikelnya mba, salam kenal yah
BalasHapusiya mbak pernah di muat di trimatra, tapi keknya sampai kapanpun masalah ini keknya tetap relevan di bicarakan...hhehhe...
BalasHapussemoga kemiskinan cepat teratasi ya mbak...khususnya miskin ilmu...hhhhe
tulisan ini punya tema yang abadi, sepanjang perjalanan bangsa ini belum bisa mengentaskan kemiskinan, tulisan ini selalu fresh dan inspiratif. goody idea
BalasHapusyaaah... semoga indonesia kedepan jadi lebih baik.......
BalasHapusTulisan yang mantap tentang Grameen Bank. Semoga konsep Grameen Bank Muhammad Yunus ini bisa berkembang di negara kita, tidak sekedar dengan skala kecil seperti selama ini.
BalasHapusTergoda untuk repost akhirnya ya mbak?
BalasHapusiya nih, tentang ini henny udah pernah baca
BalasHapus^^
wah kalau di indonesia aku tidak yakin program seperti yang dilakasanakan Muhammad Yunus bisa berhasil. :-)
BalasHapusbetul, mbk...seandainya kita bisa menerapkan program dr Bank Greemen itu, pasti saat lebaran/natal/imlek, tidak ada gepeng (gembel dan pengemis) yang menyerbu kota2 besar utk meminta sedekah dr org2 kaya...
BalasHapussiang mba...
BalasHapuskunjungan perdana abis libur panjang nih...
apakabar yang punya rumah?? makin semangat ngeblog aja nih..
artikel yang bagus di kondisi saat ini, pas banget.
haduh mbak...baca tulisan ini jadi miris ma bangsa sendiri fuuuhh
BalasHapusKita butuh program yang sehat dari pemerintah, terlebih lagi kita butuh mental yang sehat dari para penerima bantuan dana.
BalasHapusSelama ini yang kulihat, banyak penerima bantuan yang menggunakan dana yang dipercayakan kepada mereka justru untuk kepentingan konsumerisme ... bukan untuk merintis usaha. Ini perlu dibenahi.
O iya mbak, award dari mbak reni sudah kupajang di etalase :D
Sepertinya tulisan ini adalah analisis yang muantav banget.
BalasHapuskalau dikatakan karya seorang staf ahli bidang perekonomian,... orang2 yang nggak kenal mbak reni pasti percaya deh.
Yah mau bicara apa mbak..
BalasHapusaku gak ngerti, tapi semoga saja dengan pemerintahan baru perekonomian Indonesia lebih baik
mbaaaak... sayah mampir... maap awodnya belum sempet majang.... :D
BalasHapusiya mbak salut sm pak muhammad yunus yg uda pny kepedulian smacam itu. andai Indonesia bs mengadaptasi ini ...
BalasHapuskira-kira bisa diterapin ga yah di Indonesia??!!
BalasHapusehmmm,, berharap semoga kedepannya Indonesia lebih baik lagi aja deh...amiinn..
wah ak baru baca nih.. info baru .. thanks ya
BalasHapusSemoga lahir Mohammad yunus lainnya yg akan mengentaskan kemiskinan didunia umunya.dan diindonesia khususnya amiin.
BalasHapuswah bank Gremeen oke tuh mba, memberi bantuan, tapi gak mendidik para pengemis jadi lebih 'Pengemi' lagi
BalasHapusKerenn, kerennn
memang banyak yang harus dibenahin di level atas, pemerintah... tp saiia sendiri sampe bingung maksd nya yg dibenahi itu mulainya dari mana !??!?! andai di Indonesia... ada.. uughhh masa iia sii ngga ada?!?!?
BalasHapussalam sobat,,memang betul ya mba,,sekarang semakin susah saja yang miskin tambah semakin miskin karena bahan pokok saja terus melambung tinggi harganya..beli beras saja ngga mampu lagi bagi yang termiskin ya....
BalasHapusBLT negatifta kurang mendidik bunda tp positifnya bagi masyarakat dampak lebih kerasa.
BalasHapuskunjugan siang sehabis kuliah,
BalasHapuswah bahaya diyogya sekarang temen aku hampir kerampokan motor dijalan td malem jam 2an. hati2 bila naik motor sendirian.
wah...dapet giliran yang ke-30 nih...
BalasHapusnggak pa2 yang penting komen dulu ah.. :) 'nice blog' salam kenal.
Kemiskinan terus terjadi dan berulang karena adanya lingkaran setan kemiskinan (Poor Re-cycling). apa maksudnya, kaum miskin tidak dapat keluar dari kemiskinan karena ada tembok tinggi yang menghalangi.
BalasHapusContohnya : Banyak perusahaan2 bonafit termasuk BUMN yang menebar lowongan dengan media INTERNET. BAgi mereka mngkin lebh efektif dan efsien. tapi bagaimana dengan para pencari kerja sungguhan (klo gak kerja gak makan) apakah terbuka akses informasi itu kepada mereka..??? Akses net tidak terjangkau, atau biaya warnet tidk masuk itungan bugdjet, karena tuk sekedar makan ajah dah mepet. So, lowongan pekerjaan sebagi kuli gendong pasar/pelabuhan, kuli bangunan yang dapat mereka akses informasinya. Bagaimana mereka kan keluar dari kubang kemiskinan...??Tidak ada upaya tuk mendobrak tembok pemisah Informasi - KAum miskin.
M.Yunus salah satu pelopor pendobrak itu. akankah ada yang mengikuti jejaknya...?? KIta tunggu generasi "orang berwenang" punya kebijakan.
@tukang komen : semoga mas.
BalasHapus@yanuar : nah lo, gosip itu aku gak tau...
@cahyadi : di Bangladesh, yg memikirkan nasih rakyat miskin juga bukan pejabat tapi seorang dosen (Muh. Yunus).
@aishalife-line : maaf juga mbak, info itu belum aku ketahui.
@nyegik : salam kenal juga.
@buwel : semoga saja mas..
@trimatra : makasih aku dah pernah diberi kesempatan utk membahasnya, mas.
@rangga : amin...
@newsoul : bener mbak, semoga bisa diterapkan disini ya ?
@fanda : iya hehehe.. lain kali ganti yg pernah dipublish di tempat mbak fanda hehehe
@henny : spt kata mbak Fanda aku tergoda..
@jimox : kenapa tidak yakin ?
@tisti : wah, seandainya itu bisa terjadi ya ?
@penny : thanks banget mbak
@penikmat buku : tapi masih ada harapan kan, mbak ?
@eha : iya mbak, sayang sekali jika rakyat belum bisa menggunakan bantuan yg diterima secara bijaksana.
@seti@wan : aduh Bang..., jadi membuatku tersipu malu (plus rasa senang) nih !! Makasih sekali..
@itik bali : yups.. semoga segera terwujud juga din Indonesia ya ?
@rangga : kenapa ? masih sibuk ?
@rosi atmaja : semoga Indonesia pun bisa menerapkannya di Indonesia ya?
@YolizZ : semoga bisa. Amin..
@kak ega : terima kasih jika suka dg artikel itu.
@ateh72 : amin...
@jonk : itulah yg harus diterapkan juga di Indonesia.
@genial : pembenahan ke arah yang lebih baik harus selalu dilakukan
@nura : semoga akan segera muncul kepedulian dari pemerintah dan masyarakat terhadap orang-2 miskin itu.
@awal sholeh : BLT masih menjadi pro kontra sampai sekarang ya ?
@ruri : salam kenal juga...
@PRof : komennya mantap banget, PRof ! Makasih ya...
Setuju banget sama ide2 nya mbak... Bagus juga cara pengentasan kaum pengamen yang di bangladesh itu... tapi mungkin kalo di Indonsia belum ada program seperti itu kali yaa...
BalasHapusBtw, salut dech bisa jadi kontributor penulis majalah... siipp...
@azzare : terima kasih utk apresiasinya...
BalasHapuswah, program yg bagus sekali tuh. salute buat pak Yunus.
BalasHapus@sang cerpenis : aku juga kagum sekali padanya, mbak.
BalasHapusMbak reni bagus sekali postingan tentang kemiskinan. Mbak program kemiskinan yang ada di Indonesia hanya untuk kepentingan politik aja...contohnya BLT diturunkan saat pileg2009 lalu akhirnya Partai tertentu yang yang beruntung dan menang telak. Karena masyarakat rasional hanya ada 15% selebihnya emosioanal aja. Gak ada yang serius menggarap seperti prof yunus yang ada di Banglades.
BalasHapus@ngeblog dpt duit : diperlukan org-2 spt Muh.Yunus yg betul2 peduli utk pengentasan rakyat miskin itu.
BalasHapuswah kalau di indo, agak susah kali ya mbak. secara banyak pihak pihak yang kelihatannya lebih 'membutuhkan' dibanding orang miskin.
BalasHapusOrang miskin banyak yang berjuang sendiri, sanggup hidup apa adanya. Namun banyak orang lain yang kaya secara materi, namun lebih miskin daripada orang miskin.
Ini dituntut niat baik untuk mengangkat orang kecil. tanpa embel embel penghargaan, jasa atau pujian.
Sekalipun sulit, tapi gak berarti gak bisa khan ya?
@kuyus : aku berharap hal itu bisa diterapkan juga disini mbak.. Spt kata mbak Kuyus, "sekalipun sulit, tapi gak berarti gak bisa khan ya?"
BalasHapus