Anak kecil seringkali mampu melakukan hal-hal yang menakjubkan. Sebagai contoh, mereka seringkali mengajukan berbagai pertanyaan yang tak terduga, yang bahkan tak pernah kita duga bahwa pertanyaan seperti itu akan keluar dari mulutnya. Bahkan seringkali kita pun tak memiliki jawaban yang tepat untuk menjawabnya.
Masih seputar pertanyaan dari anak-anak, beberapa hari yang lalu aku mendapatkan email dari seorang kawan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh seorang anak kecil yang pada akhirnya membuat orangtuanya kewalahan untuk menjawabnya. Semoga kita dapat belajar dari kisah berikut ini.
Sebuah kisah yang memotret keluguan dan rasa ingin tahu anak. Sebuah potret tentang seorang anak yang khawatir mendapatkan 'warisan' kemiskinan dan kebodohan. Sebuah gambaran tentang orang tua yang tak berdaya dalam memberikan kehidupan yang lebih baik kepada buah hatinya. Sebuah cerita tentang pertanyaan yang hanya mampu dijawab dalam kepedihan yang bisu.... Semoga tak akan ada lagi pertanyaan serupa pada generasi penerus kita....
Masih seputar pertanyaan dari anak-anak, beberapa hari yang lalu aku mendapatkan email dari seorang kawan tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh seorang anak kecil yang pada akhirnya membuat orangtuanya kewalahan untuk menjawabnya. Semoga kita dapat belajar dari kisah berikut ini.
Tampang bingung. Itulah gambaran yang bisa dilukiskan di wajah seorang bocah 6 tahun, saat melihat lalu-lalangnya kendaraan di jalan. Bocah itu seakan tidak memperdulikan hilir mudik orang-orang yang melaluinya bahkan ada beberapa orang yang hampir menendangnya. Dia pun seakan tidak senang saat beberapa orang yang lewat memasukan uang receh ke dalam kaleng yang sengaja di simpan di depannya.
“Sudah dapat berapa Ujang?” sapa seorang wanita umur 40 tahunan yang mengagetkan si Ujang. Si Ujang menengok wanita yang nampak lebih tua dari umur sebenarnya. Wanita itu tiada lain adalah ibunya yang sama-sama membuka praktek mengemis sekitar 100-200 meter dari tempat si Ujang mengemis.
“Nggak tahu Mak, hitung aja sendiri,” jawab si Ujang sambil melihat kaleng yang ada di depannya. Tanpa menunggu, wanita yang dipanggil Emak itu mengambil kaleng yang ada di depan si Ujang. Kemudian isi kaleng tersebut ditumpahkan ke atas kertas koran yang menjadi alas mereka duduk.
“Lumayan Ujang, bisa membeli nasi malam ini. Sisanya buat membeli kupat tahu besok pagi.” Kata si Emak sambil tersenyum lebar, karena rezeki malam itu lebih banyak dari hari-hari biasanya.
“Mak…” kata si Ujang tanpa menghiraukan ucapan ibunya, “Koq orang lain punya mobil? Kenapa Emak nggak punya?” Tanya si Ujang sambil menatap wajah ibunya.
“Ah, si Ujang mah, aya-aya wae, boro-boro punya mobil, saung aja kita mah nggak punya.” kata si Emak sambil tersenyum. Si Emak kemudian membungkus uang yang telah dipisahkannya untuk besok dengan sapu tangan yang sudah lusuh dan dekil.
“Iya, tapi kenapa Mak?” Rupanya jawaban si Emak tidak memuaskan si Ujang.
“Ujang …. Ujang….” kata si Emak sambil tersenyum. “Kita tidak punya uang banyak untuk membeli mobil.” kata si Emak mencoba menjelaskan. Tetapi nampaknya si Ujang belum puas juga,
“Kenapa kita tidak punya uang banyak Mak?” tanyanya sambil melirik si Emak.
“Kitakan cuma pengemis, kalau orang lain mah kerja kantoran jadi uangnya banyak.” kata si Emak yang nampak akan beranjak. Seperti biasa sehabis matahari tenggelam si Emak membeli nasi dengan porsi agak banyak dengan 3 potong tempe atau tahu. Satu potong untuk si Emak sedangkan 2 potong untuk si Ujang anak semata wayangnya.
Sekembali membeli nasi, si Ujang masih menyimpan pertanyaan. Raut wajah si Ujang masih nampak bingung.
“Ada apa lagi Ujang?” kata si Emak sambil menyeka keringat di keningnya.
“Kenapa Emak nggak kerja kantoran saja?” tanya si Ujang dengan polosnya.
“Siapa yang mau ngasih kerjaan ke Emak, Emak mah orang bodoh, tidak sekolah.” Jawab si Emak sambil membuka bungkusan yang dibawanya.
“Udah …, sekarang makan dulu mumpung masih hangat!” Kata si Emak sambil mendekatkan nasi ke depan si Ujang. Si Ujang yang memang sudah lapar langsung menyantap makanan yang ada di depannya.
“Kenapa Emak nggak sekolah?” tanya si Ujang sambil mengunyah nasi plus tempe.
“Orang tua Emak nggak punya uang, jadi Emak nggak bisa sekolah.”
“Ujang bakal sekolah nggak?” kata si Ujang sambil menatap mata si Emak penuh harap.
Emak agak bingung menjawab pertanyaan si Ujang. Lamunan Emak menerawang mengingat kembali mendiang suaminya, yang telah mendahuluinya. Mata si Emak mulai berkaca-kaca. Karena gelapnya malam, si Ujang tidak melihat butiran bening yang mulai menuruni pipi wanita yang dipanggil Emak tersebut. Karena tak kunjung dijawab, si Ujang bertanya lagi
“Kalau Ujang nggak sekolah, nanti kayak Emak lagi dong. Iya kan Mak?”
Pertanyaan Ujang makin menyesakkan dada si Emak. Siapa yang ingin punya anak menjadi pengemis, tetapi si Emak bingung harus berbuat apa. Si Emak cuma melanjutkan menghabiskan nasi sambil menahan tangisnya. Akhirnya si Ujang pun diam sambil mengunyah nasi yang tinggal sedikit lagi. Deru mesin mobil menemani dua insan di pinggir jalan yang sedang menikmati rezeki Allah SWT yang mereka dapatkan. Diterangi lampu jalan mereka pun mulai berbenah untuk merebahkan diri. Di kepala si Ujang masih penuh tanda tanya, mau jadi apa dia kelak. Apakah akan sama seperti Emaknya saat ini?
Sebuah kisah yang memotret keluguan dan rasa ingin tahu anak. Sebuah potret tentang seorang anak yang khawatir mendapatkan 'warisan' kemiskinan dan kebodohan. Sebuah gambaran tentang orang tua yang tak berdaya dalam memberikan kehidupan yang lebih baik kepada buah hatinya. Sebuah cerita tentang pertanyaan yang hanya mampu dijawab dalam kepedihan yang bisu.... Semoga tak akan ada lagi pertanyaan serupa pada generasi penerus kita....
hhmmm, jadi inget kalimat ini;
BalasHapusapabila kau jatuh miskin, "berdaganglah" dengan Alloh, yaitu dengan cara memperbanyak sedekah.
ujang dan emanknya, adalah takdir yg mesti dijalani agar dunbia ini jadi harmonis.( ada si kaya dan si miskin)
Ujang yg cerdas,tapi kecerdasannya tertutup oleh kemiskinan...tapi kita tidak tahu rencana Allah untuk ujang dan emaknya,dengan segala pertanyaannya keemaknya semoga menjadi doa untuk ujang menjadi sukses kelak...amin.
BalasHapusah...sebuah kenyataan yang banyak terserak di sekitar kita sementara para wakil kita malah enak-enakan mengusulkan gajinya yang sudah tinggi untuk naik... barangkali jika banyak orang yang peduli, nasib si Ujang tidak akan seperti emaknya... semoga... salam kasih...
BalasHapusTulisan mantap tentang fenomena yang ada di sekitar kita. Pagi mbak reni, bagaimana kabarnya hari ini ?
BalasHapusDalam setiap kejadian ada pembelajaran agar bisa menjadikan seseorang menjadi pribadi yang semakin baik. InsyaAllah, Ujang sedang berada pada lorong "pembelajarannya" dan kelak akan ditemuinya ujung dari lorong itu...
BalasHapusAda kaya ada miskin itulah sunnatullah mengenai takdir itu rahasia Nya sesungguhnya ilmu Allah tidak terbatas ilmu manusia sangat terbatas(nyambung nggak yah?)
BalasHapushiks sedi bacanya..
BalasHapusTeruntuk Ujang-Ujang yg ada dimana pun, berdoa sama Allah terus yah jangan putus harapan biar bisa sekolah dan nantinya gak terkungkung sama kemiskinan terus menerus, amin.
banyak bertanya mengapa itu bukan berarti tidak tahu, tapi karena memiliki pemikiran yang kritis.
BalasHapusah cerita ini membuat kuduk saya merinding. sedih...
BalasHapuswah kadang kita merasa hidup memang tidak adil ya?????
BalasHapussemoga "ujang" bisa merubah nasibnya dengan segala "kekurangan" yang dimilikinya!!!!!
semoga para wakil rakyat kita dan trutama Menteri Pendidikan, lebih memperhatikan nasib Ujang dan ujang2 yang lain.
BalasHapusmahalnya biaya pendidikan di negara ini, sedikit banyak membuat Ujang dkk, tdk mampu sekolah.
pemerintah harus lebih memperhatikan nasib mereka.
kerja keras adalah energi kita
ujang anak yang cerdas... sayang terkadang keadaan ga memihak... tapi masih banyak waktu bagi ujang untuk terus berusaha...
BalasHapusSangat miris membaca percakapan Ujang dengan Ibunya.
BalasHapusPotret keluguan seorang anak dengan keigintahuannya.....
Semoga saja Ujang nantinya mempunyai nasib yang lebih baik ....
Fenomena ini banyak terjadi di sekitar kita. Mereka adalah penyeimbang bagi si Kaya, dan Allah menciptakan kaum fakir miskin agar yang kaya mau menginfaq-kan sebagaian hartanya untuk mereka.
BalasHapuswhose to blame....?
BalasHapusSeandainya para pecandu narkoba
BalasHapusatau para remaja yang suka foya-foya
baca, sadar dan ngerti bahwa mereka masih sangat beruntung punya keluarga yang masih mampu
agar mereka tidak mengeluh..
Sebuah kisah yang patut disimak dan diambil hikmahnya.
BalasHapusTernyata kecerdasan tidak terletak pada tempat dimana orang dilahirkan.
Semoga ujang tidak bernasib seperti ibunya.
Sepertinya postingan ini rada2 nyambung dengan postinganku kali ini " Kisah Ironi kesembilan ".
nice sharing Mbak.
Aku kembali setelah sepuluh hari memerdekakan " diri " dari segala penjara dunia yang memabukkan termasuk didalamnya ngenet.
wakakaa
cerita yang bagus mbak...
BalasHapusItu realita yg tak dapat dipungkiri. Bahwa sulit bagi orang miskin untuk keluar dari belitan kemiskinan. Aku selalu berpikir bahwa pemerintah harusnya bisa menggratiskan sekolah (benar2 gratis) bagi anak2 miskin spy mereka bisa keluar dari kemiskinan itu. Tapi apa semudah itu ya??
BalasHapusIni sangat inspiratif, Mbak Reni. Sekaligus sebuah introspeksi bagi yang berkecukupan untuk mau melihat ke bawah. Bantu wujudkan harapan Ujang, terjawablah pertanyaan lugu si kecil...
BalasHapus.
Sharing yang sangat bermanfaat...
Hal yang mungkin menyakitkan buat setiap anak, adalah menyadari bahwa dia akan bodoh juga seperti orangtuanya.
BalasHapusAku setuju nh sama perkataan Kang TRIMATRA.. Hidup inbi harus Harmonis ( Ada si Miskin dan Si Kaya dan Ada Orang Pintar dan Orang Bodoh.) Jadi Kalau semua orang Kaya dan Pintar Dunia gak akan Harmonis karena akan menimbulkan perpecahan antrara yang satu dgn yang lainnya...
BalasHapusTapi dari kisah diatas Si ujAng mempunyai Pikiran yang luas agar dia merubah Nasibnya....
memprihatinkan kisahnya sis.Semoga ibunya bisa berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik dari seorang pengemis.Agar bisa membawa anaknya ke masa depan yang lebih baik.
BalasHapussalam sobat
BalasHapuswah miskin atau kaya ..semua hamba yang diberi rizki ALLAH SWT,,tinggal bagaimana kita berusaha merubahnya saja dengan ketekunan dan keuletan usaha kita.
janganlah putus asa untuk UJANG-UJANG semua.
trims mba,,tulisannya bisa untuk renungan kita semua.
Sebuah kisah yg benar2 membuat masygul....tapi semoga negeri ini menjadi sentosa dan barokah. Amin..
BalasHapusSELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA!
Menyedihkan,... !
BalasHapusmungkin saja sang ibu pun tidak pernah bermimpi memberikan kehidupan keras kepada anak2nya.
smoga masih ada harapan untuk ujang meraih masa depan yg baik,...
kasihan Ujang. hal ini akan terus berlangsung spt lingkaran setan kecuali ada sekolah gratis bagi semua anak yg disediakan oleh Pemerintah
BalasHapusMmm... tersentuh hati membacanya. Suatu permasalahan yang melingkar di dasar.
BalasHapusMembelit dan menjerat, ntah kapan bisa terlerai jika tiada pihak berwajib ambil perduli keluhan jelata yang terhimpit lagi injak birokrasi.
'Ujang' mmg ada di seluruh dunia. Moga ada yang membelanya. Amin.