Tak sanggup ku katakan betapa beratnya penderitaan saudara-saudara kita yang menjadi korban gempa di Sumatra Barat. Saat kusaksikan di televisi betapa besarnya kerusakan yang terjadi, sungguh terasa sangat pedih. Begitu banyak saudara-saudara kita yang menjadi korban akibat tertimpa reruntuhan bangunan dan rumah-rumah yang tertimbun longsor. Sementara yang hidup pun sulit dibantu karena akses jalan yang terputus dan jembatan yang ambruk.
Daerah yang paling banyak mengalami kerusakan dan paling banyak ditemukan korban tewas adalah Padang. Gempa yang terjadi pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 2009 yang lalu benar-benar telah memporak porandakan Padang. Sampai kemarin pun masih banyak korban yang belum berhasil dievakuasi.
Dapat kurasakan tangis putus asa mereka yang belum mampu menemukan sanak saudaranya. Dapat kurasakan tangis kesedihan mereka yang kehilangan segalanya. Dapat kurasakan tangis kepedihan mereka yang belum sempat tersentuh pertolongan. Pedih, sakit, nelangsa, putus asa, haus dan lapar dirasakan mereka yang di sana.
Kubayangkan, jikalau kejadian itu menimpa diriku. Betapa paniknya aku jika saat kejadian seperti itu terjadi, saat aku, suamiku dan Shasa sedang berada di tempat terpisah. Misalnya, aku dan suami di kantor masing-masing, sedangkan Shasa di sekolahnya. Betapa tak tertanggungkan rasanya jika yang selamat kebingungan mencari jejak anggota keluarganya yang lain. Apalagi jika kubayangkan Shasa yang kebingungan dan putus asa mencari kedua orang tuanya. Ya Allah..., pedih rasanya.
Bagaimana jika yang menangis ketakutan di sekolah seperti ini adalah anak-anak kita ?
Gambar diambil dari sini
Bagaimana jika yang termenung sendirian di atas reruntuhan rumah itu adalah anak kita ?
Gambar diambil dari sini
Namun kuasa Allah tak ada yang mampu menahan. Sekarang bencana itu telah terjadi, tak perlu ada debat lagi tentang siapa yang salah. Yang ada di depan mata adalah para korban bencana yang menunggu uluran tangan kita. Kita yang selamat, kita yang dapat merasakan kepedihan mereka, sudah waktunya untuk segera mengulurkan tangan dan memberikan bantuan kepada mereka, semampu yang kita bisa.
Ulurkan tanganmu kawan..., karena kita tak pernah tahu kapan Allah akan memberikan cobaan kepada umatNYA.
Ulurkan tanganmu kawan..., karena kepedihan mereka dapat kita rasakan juga.
Ulurkan tanganmu kawan..., karena mungkin suatu saat nanti ganti kita yang menantikan uluran tangan dari yang lain.
Ulurkan tanganmu kawan..., selagi kita bisa melakukannya.
Daerah yang paling banyak mengalami kerusakan dan paling banyak ditemukan korban tewas adalah Padang. Gempa yang terjadi pada tanggal 30 September dan 1 Oktober 2009 yang lalu benar-benar telah memporak porandakan Padang. Sampai kemarin pun masih banyak korban yang belum berhasil dievakuasi.
Dapat kurasakan tangis putus asa mereka yang belum mampu menemukan sanak saudaranya. Dapat kurasakan tangis kesedihan mereka yang kehilangan segalanya. Dapat kurasakan tangis kepedihan mereka yang belum sempat tersentuh pertolongan. Pedih, sakit, nelangsa, putus asa, haus dan lapar dirasakan mereka yang di sana.
Kubayangkan, jikalau kejadian itu menimpa diriku. Betapa paniknya aku jika saat kejadian seperti itu terjadi, saat aku, suamiku dan Shasa sedang berada di tempat terpisah. Misalnya, aku dan suami di kantor masing-masing, sedangkan Shasa di sekolahnya. Betapa tak tertanggungkan rasanya jika yang selamat kebingungan mencari jejak anggota keluarganya yang lain. Apalagi jika kubayangkan Shasa yang kebingungan dan putus asa mencari kedua orang tuanya. Ya Allah..., pedih rasanya.
Bagaimana jika yang menangis ketakutan di sekolah seperti ini adalah anak-anak kita ?
Gambar diambil dari sini
Bagaimana jika yang termenung sendirian di atas reruntuhan rumah itu adalah anak kita ?
Gambar diambil dari sini
Namun kuasa Allah tak ada yang mampu menahan. Sekarang bencana itu telah terjadi, tak perlu ada debat lagi tentang siapa yang salah. Yang ada di depan mata adalah para korban bencana yang menunggu uluran tangan kita. Kita yang selamat, kita yang dapat merasakan kepedihan mereka, sudah waktunya untuk segera mengulurkan tangan dan memberikan bantuan kepada mereka, semampu yang kita bisa.
Ulurkan tanganmu kawan..., karena kita tak pernah tahu kapan Allah akan memberikan cobaan kepada umatNYA.
Ulurkan tanganmu kawan..., karena kepedihan mereka dapat kita rasakan juga.
Ulurkan tanganmu kawan..., karena mungkin suatu saat nanti ganti kita yang menantikan uluran tangan dari yang lain.
Ulurkan tanganmu kawan..., selagi kita bisa melakukannya.
saya kapling dulu ya mbak, baca2nya nanti...be the first!!!
BalasHapusGempa Bumi, adalah musibah kita bersama yang menyadarkan kita bahwa, harta, anak dan keluarga hanyalah titipa_NYA yang sewaktu2 bisa diambilnya.(ambil hikmahnya) namun jangn lupa bantu sebisa yang kita mampu untuk saudara kita di padang..
BalasHapusMemang tak henti-hentinya bencana menimpa negeri ini mbak.
BalasHapusyapz, mari kita bantu semampunya, mereka saat ini sangat membutuhkan uluran tangan kita semua. dan saya setuju dengan mas trmatra,
dengan bencana seperti ini semoga kita sadar bahwa semua yang kita miliki sekarang tidaklah abadi :)
Iya Mbak Ren, saya selalu menitikkan air mata setiap menyaksikan berita di tv, nelongso saya. koq ya kebangeten ya.., sampai ada yg cuma keliatan kakinya saja, gandul2, tubuhnya kembruk-an tembok, ya Allah...
BalasHapusTurut berduka atas musibah yg menimpa saudara-saudara kita..dan benar sekali mbak mari kita ulurkan tangan utk membantu mereka semampu kita
BalasHapusBetul Bu...
BalasHapusDikantorku juga kebetulan banyak teman-teman yang berasal dari Padang. Aku juga merasakan kepanikan mereka menghubungi sanak keluarganya disana. Apalagi komunikasi telpon juga terputus...sedih..prihatin..
Semoga saudara-saudara kita disana diberi kekuatan....
ikut sedih melihat mereka yang tertimpa bencana, apalagi kemarin nonton berita dan dikabarkan ada 3 desa yang tertimpa longsor karena gempa. parahnya lagi di salah satu desa itu ada yang sedang mengadakan pernikahan, dan mempelai serta tamu undangan semuanya lenyap tertimpa longsor
BalasHapusSampai sekarang, tarif tiket ke Padang masih terlalu tinggi di atas normal. Yang menjual bukan maskapainya, tapi calo yang memborong tiket-tiket dan menjualnya dengan harga jauh lebih mahal.
BalasHapusAda saja kelakuan orang menyalahgunakan kesempatan dalam kesempitan.
Betul Tuh buk...
BalasHapusDi kampus juga udah mulai galang dana buat sumbar dan hasilnya rumayan banyak...
Smoga deNgan Musibah ini membawa hikmah bagi rakyat sumbar..
Allahu Akbar ...
BalasHapusmusibah demi musibah itu semakin menyadarkan kita betapa Kuasa Allah atas segala sesuatu, manusia tak memiliki apapun selain berpegang pada keputusan-Nya.
Hal yang daoat kita lakukan memang hanya tetap berdoa dan saling berpegang tangan dalam iman dan kebersamaan.
Postingan yang bagus, mbak.
semoga para korban senantiasa diberi kekuatan dan kesabaran yah, amin:)dan semoga segala bentuk bantuan segera terdistribusi secara merata kepada yg membutuhkan:)
BalasHapusmbak reni..saya hanya mengatakan " hard to say" sulit untuk melukiskan...ahhh..
BalasHapusgempa emang selalu menyisakan pedih dihati bagi yang ditinggalkan. kita yang masih bisa makan enak ini sebaiknya bisa mengulurkan tangan untuk membantu mereka.
BalasHapussaya buka penyaluran dana untuk sumbar lho mbak.. kalo mo ikutan heheheh
Sangat menggugah. Ya, mari ulurkan tangan kita.
BalasHapusturut berduka cita utk saudara2 kita di Padang, yang mengalami musibah gempa bumi.
BalasHapustapi gempa yang lain akan menyusul mbak..bahkan lebih dahsyat lagi..sy ada posting mengenai Mentawai Megathrust di blog saya...
Parahnya lagi, patahan kulit bumi itu bisa menimbulkan gempa-gempa lainnya, mungkin saja salah satunya mengenai tempat tinggal kita... Sekrg jadi mulai mikir ya, apa yg harus kita perbuat seandainya da gempa. Tapi apapun yg kita bayangkan, kenyataannya pasti jauh lbh mengerikan
BalasHapusSemoga saya tidak menjadi orang yang hanya mampu bersimpati dan berempati.
BalasHapus