Rabu, 11 Maret 2009

Belajar dari Greg Mortenson


Sungguh menakjubkan membaca kisah tentang jalan hidup yang dipilih oleh Greg Mortenson. Greg Mortenson adalah seorang laki-laki biasa yang sanggup melakukan pekerjaan yang sangat luar biasa. Seorang Greg bukan hanya mampu melakukan hal-hal yang nyaris tidak masuk akal. Greg juga mampu menggerakkan begitu banyak manusia (melewati batas agama, ras, suku dan bangsa). Sungguh sulit dipercaya. Kisah yang sangat inspiratif ini aku baca dalam buku yang berjudul Three Cups of Tea.

Greg adalah seorang pendaki gunung yang berasal dari Amerika. Kisahnya berawal pada saat Greg gagal menaklukkan puncak kedua tertinggi di dunia, K2, di Pegunungan Karakoram tahun 1993 yang lalu. Saat turun dari K2, Greg tersesat di suatu desa terpencil dan sangat miskin, yang bahkan namanya pun tak ada di peta. Desa itu bernama Korphe, terletak di Pakistan Utara.

Di desa Korphe inilah Greg yang kelelahan dan kelaparan dirawat dan dilayani dengan sangat baik oleh penduduk desa Korphe (khususnya keluarga Haji Ali). Mendapat perlakuan yang sangat baik oleh penduduk Korphe yang sangat miskin tersebut membuat Greg merasa berhutang budi. Sampai akhirnya Greg melihat kenyataan bahwa anak-anak Desa Korphe tidak memiliki sekolah. Untuk membalas budi, Greg memberikan janji pada Haji Ali bahwa suatu saat nanti dia akan membangun sebuah sekolah di Korphe !!


Gambar diambil dari sini




Greg Mortenson sangat sayang dan peduli pada anak-anak Pakistan
Gambar diambil dari sini

Yang kemudian dilakukan oleh Greg untuk memenuhi janjinya (yang nyaris tak masuk akal) itu sungguh sangat luar biasa. Greg bertekad mengumpulkan dana untuk membangun sekolah yang telah dijanjikannya itu. Greg menghemat tiap sen uang yang dimilikinya, sampai-sampai dia membatasi dana yang digunakan untuk makan (mengingat pekerjaan Greg hanyalah seorang perawat di sebuah Rumah Sakit). Greg juga memutuskan untuk tidak menyewa apartemen dan memilih tidur di dalam mobilnya (satu-satunya harta berharga yang dimilikinya).

Upaya lain yang dilakukan Greg adalah mengirimkan 580 surat yang berisi permohonan bantuan dana untuk merealisasikan sekolahnya itu. Dan, setelah 6 bulan menunggu, akhirnya dia menerima satu-satunya balasan dari Tom Brokaw. Dari Tom inilah Greg mendapatkan bantuan pertama sebesar seratus dolar. Sampai akhirnya, datanglah bantuan yang tak terduga dari Dr. Jean Hoerni.

"Jean benar-benar langsung merespon Greg. Saat pertama kali dia membaca tentang Greg di newsletter Yayasan Amerika-Himalaya, Jean bilang padaku : 'Orang Amerika peduli pada umat Budha, tapi tidak pada umat Muslim. Orang ini takkan mendapat bantuan. Aku harus mewujudkannya'." kata janda Hoerni, Jennifer Wilson tentang alasan suaminya memberikan dukungan pada Greg.


Sekolah yang didirikan di Lembah Hushe
Gambar diambil dari sini

Masalah dana untuk pembangunan sekolah (yang diperkirakan sebesar dua belas ribu dolar) telah terpecahkan berkat bantuan Dr. Jean Hoerni. Tapi, masalah dana untuk membiayai keberangkatan Greg ke Pakistan dan biaya hidup yang harus ditanggung Greg selama di Pakistan belum menemukan jalan keluarnya. Sehingga, Greg mengubah apa saja yang dimilikinya menjadi uang. Mulai dari peralatan mendaki sampai mobilnya, yang merupakan satu-satunya hartanya yang berharga.

Sungguh tak terbayangkan olehku bahwa ada seorang manusia yang rela menjual semua barang yang dia miliki untuk diberikan pada orang lain. Memiliki dana di tangan untuk memulai memenuhi janjinya tersebut, bukan berarti masalah Greg selesai. Justru, dari situlah Greg memulai kehidupan yang baru, yang nyaris tak lepas dari masalah.


Gambar diambil dari sini

Membangun sekolah di tempat terpencil dan miskin bukan perkara mudah. Greg mengambil resiko dengan membangun sekolah di wilayah yang menjadi tempat lahirnya gerakan Taliban. Kekisruhan antara penganut Sunni dan Syiah seringkali terjadi juga kerap menimbulkan ketegangan. Belum lagi dengan pandangan kaum Muslimin konvensional yang menganggap pendidikan bagi anak-anak perempuan itu tidak perlu. Bukan sekali dua kali Greg mendapatkan ancaman dari beberapa tokoh yang tidak setuju dengan upaya Greg mendirikan sekolah untuk anak-anak perempuan.

Greg pernah harus menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan masalahnya menghadapi kelompok-kelompok yang ingin menghentikan upayanya membangun sekolah di Pakistan. Bahkan, Greg pernah diculik dan disekap selama 8 hari saat berada di daerah konflik di Afghanistan, pada saat Muslim konservatif menyatakan perang terhadap Amerika.

"Aku tersadar bahwa semua kesulitan yang telah aku alami, sejak saat aku berjanji untuk membangun sekolah itu, dan sepanjang perjuangan panjang untuk menyelesaikannya, sama sekali tak berarti dibandingkan dengan pengorbanan yang siap diberikan Haji Ali untuk warganya. Dia seorang buta huruf, yang hampir-hampir tak pernah meninggalkan kampungnya di Karakoram. Namun, dia adalah sosok paling bijaksana yang pernah kutemui." kenangan Greg terhadap sosok Haji Ali.

Melihat kesungguhan Greg dalam memperjuangkan pembangunan sekolah di Pakistan, maka Dr. Jean Hoerni selaku donator pembangunan sekolah itu kemudian mendirikan Yayasan untuk menjalankan Institut Asia Tengah yang bertujuan untuk membangun lebih banyak sekolah di daerah-daerah miskin di Pakistan.

Kedudukan Greg sebagai Direktur Institut Asia Tengah lebih memudahkan langkah Greg untuk membangun lebih banyak sekolah lagi, di Pakistan (dan juga Afghanistan). Bahkan, Greg juga membangun saluran-saluran air dan juga pusat-pusat latihan ketrampilan bagi kaum perempuan dan kaum laki-laki. Anak-anak korban pengungsian akibat perang pun tak luput mendapatkan bantuan dari Greg.



Greg dg anak-anak Afghanistan yang berkesempatan memperoleh pendidikan
Gambar diambil dari sini

"Aku berharap orang-orang Barat yang salah paham tentang kaum Muslimin bisa melihat segala perilaku Syed Abbas hari itu. Mereka akan segera sadar bahwa sebagian besar orang yang benar-benar melaksanakan ajaran sejati Islam, bahkan Mullah konservatif seperti Syed Abbas sekalipun, meyakini perdamaian dan keadilan." pendapat Monterson terhadap anggota Dewan Mullah, Syed Abbas.

Atas upayanya yang tak kenal menyerah dalam memperjuangkan pembangunan sekolah untuk anak-anak khususnya anak-anak perempuan tersebut, Greg benar-benar berhasil menarik simpati banyak pihak. Greg telah menarik sukarelawan dan pengagum dari berbagai lapisan masyarakat di Pakistan dan dari semua sekte Islam radikal yang saling bertikai. Bahkan, tak sedikit dari para pendukung Greg yang siap mempertaruhkan nyawa mereka untuk Greg.

"Kalau kau ingin berhasil di Baltistan, kau harus menghargai cara-cara kami. Kali pertama kau minum teh bersama-sama orang Balti, kau masih orang asing. Kedua kalinya kau minum teh, kau adalah tamu yang dihormati. Kali ketiga kau berbagi semangkuk teh, kau sudah menjadi keluarga, dan untuk keluarga kami, kami bersedia untuk melakukan apa saja, bahkan untuk mati sekalipun," nasehat Haji Ali pada Greg Mortenson.

Sampai dengan diterbitkannya buku Three Cups of Tea, Greg telah mendirikan 51 sekolah. Greg telah memilih jalannya sendiri. Bukan jalan yang mudah untuk dilalui. Jalan hidup Greg adalah untuk memberikan pendidikan seluas-luasnya pada masyarakat miskin Pakistan (dan juga Afgganistan).

Greg memiliki cinta yang tanpa syarat. Dia melakukan semua itu tanpa menuntut imbalan sama sekali. Kekuatan cinta Greg ternyata membuat banyak orang terinspirasi dan menjadikan buku tersebut menjadi Best Seller. Rasanya, sangat pantas bila kelak Greg Mortenson mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian atas usahanya yang tak kenal menyerah selama lebih dari 10 tahun itu.

Rasanya aku harus belajar banyak dari Greg Mortenson. Belajar untuk mampu mencintai tanpa syarat pada orang lain. Belajar untuk mampu ikhlas berbuat baik bagi orang lain. Belajar untuk melakukan hal baik tanpa terlalu banyak berhitung. Belajar untuk ....., ah entah apa lagi. Aku sampai kehabisan kata-kata untuk menggambarkan betapa terpesonanya aku padanya. Dan, seperti yang dikatakan oleh penulis buku itu, David Oliver Relin, aku saat ini tersedot dalam orbit Greg Mortenson.

20 komentar:

  1. Pelajaran yang sangat bermanfaat. Terima kasih ya sharingnya

    BalasHapus
  2. apakah ini sebuah film??
    atau kisah yang diangkat ke layar kaca??

    duh.. jadi pengen lihat^^
    sungguh bagus critanya

    BalasHapus
  3. subhanallah keren banget si mas Greg ini, perjuangannya itu loh, seribu satu wis yg punya niat gigih seperti itu, gak cuma bisa ngobral janji:)
    waaa keyen mbak, bisa neh wat referensi wen cari buku selanjutnya!
    makasi dah ngreview ttg mas Greg;)

    BalasHapus
  4. @erik : Aku jg memetik banyak pelajaran berharga dari Greg, mas. Semoga yang aku tulis bermanfaat bagi yang lain.

    @Dhe : Itu kisah nyata yang dibukukan, mbak. Kayaknya belum diangkat ke layar lebar tuh. Kita tunggu aja, semoga ada yang tertarik mengangkatnya menjadi film. Wow.., pasti keren deh.

    @Wendy : Ayo mbak Wen, buruan beli bukunya. Tapi kali ini kudu dibaca sampai tuntas. Aku emang amat sangat terkesan dengan Om Greg ini.

    BalasHapus
  5. salut..two tumbs up utk usaha yang tak kenal lelah dari Greg Mortensen.

    ini sama dengan usaha John Wood dalam bukunya Leaving Microsoft To Change The World (udah baca blm mbak?

    mereka2 ini yang berpikir pragmatis dan lintas agama..

    jadi pengen beli bukunya..

    BalasHapus
  6. @budiawan : wah, belum tahu tuh bukunya John Wood. Kayaknya menarik juga tuh.
    Aku kemarin agak repot waktu coba buat review Three Cups of Tea. Rasanya aku mau tulis ulang semua yg ada di buku karena semuanya betul-2 keren. Hehehehe. Buruan beli bukunya, bang....

    BalasHapus
  7. mas greeeeeeeeeeeeeeg mas greeeeg... hhhhhmmmmmmmmmmmmmm...
    very inspiring :)

    BalasHapus
  8. Appreciate Mbak,,gak mudah lho bikin review sperti ini...

    BalasHapus
  9. sepertinya kalo komen disini ga puas ... harus beli bukunya ne

    BalasHapus
  10. wah ahrus dicari neh buku,makasi refrensinya...

    BalasHapus
  11. Ren.. aku jg sdh baca buku ini, sdh ditangan 4bln lalu tp gak abis2.. mungkin kalo di tempat kita bisa di reflesikan buat sekolah2 gratis di ujung2 kota yang terabaikan n rumah2 singgah ntuk para anak jalanan .. nah kemampuan n semangat Greg ini bisa gak masuk dalam diri kita..

    BalasHapus
  12. @genial : setuju.... memang sangat menginspirasi tuh.

    @embun_pagi : ini aja bikin review-nya pusing banget mbak... Terlalu banyak yg ingin ditulis saking semangatnya hehehehe.

    @aRAi : kalau duah beli buku dan dibaca, baru mau komen di sini ?? hehehe

    @dedot : ayo mas.., buruan beli bukunya..!!

    @amalia : semangat Greg yg mau mengorbankan segala yang dia punya (bahkan meninggalkan keluarganya selama berbulan-bulan) sungguh sangat luar biasa bagiku. Adakah sedikit saja semangat Greg itu kita miliki ya, bu ??

    BalasHapus
  13. Kerennn..... Segera meluncuk ke inibuku.com ach....

    BalasHapus
  14. @die : Buruan.... Keburu habis bukunya hehehe.

    BalasHapus
  15. makasih review nya bu..
    *jadi semnagt ni baca bukunya
    (udah seminggu minjem, belum kesentuh jg tuh buku)
    -numpang curhat dikit-
    ^_^

    BalasHapus
  16. wah .. aku ketinggalan berita nich??!!@#$% .. he he

    Perjuangan seorang greg gak mudah bagi banyak orang di zaman realistis seperti sekarang. Tapi kurasa itu tergantung bagaimana ia menemukan arti hidupnya disaat saat ia menemukan Tuhan dan esensinya.

    Seorang Greg mempertaruhkan semua yang dimilikinya demi sebuah impian besar yang banyak orang mungkin lebih cenderung mencibirnya, sebagai sesuatu yang sia sia.

    Namun pembuktian besarnya yang membutuhkan waktu dan perjuangan yang tidak kecil, menghasilkan satu investasi besar kepada generasi generasi penerus dan membongkar budaya wperempuan tak perlu sekolah.

    Seorang greg yang besar, akan kah masih kita temui di masa ini .. di lingkungan kita?
    Semoga greg bisa menjadi inspirasi bagi impian kita yang besar.

    BalasHapus
  17. aku juga sudah bukunya.. di buku itu juga greg bilang bahwa cara terbaik untuk melawan teroris bukanlah menggunakan senjata, melainkan dengan melawan kebodohan, karena banyak dari mereka ter "brain wash" dengan sekolah konservatif yang mengajarkan mereka untuk berjihad tanpa tahu secara benar arti jihad itu sendiri.. pokoknya bagus banget buku ini, banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik, cepet baca deh :)

    BalasHapus
  18. Jujur aku lbh suka yg Ma Yan. Di review ini ada yg sedikit mengganggu, yaitu nama/kata Greg terlalu banyak digunakan. Mungkin ada baiknya sebagian dikurangi & diganti dgn dia/ia. Misalnya di:
    ...Sungguh menakjubkan membaca kisah tentang jalan hidup yang dipilih oleh Greg Mortenson. Greg Mortenson adalah seorang laki-laki biasa yang sanggup melakukan pekerjaan yang sangat luar biasa....

    mungkin bisa jd: ...Sungguh menakjubkan membaca kisah tentang jalan hidup yang dipilih oleh Greg Mortenson, seorang laki-laki biasa yang sanggup melakukan pekerjaan yang sangat luar biasa....

    Atau disini:...Yang kemudian dilakukan oleh Greg untuk memenuhi janjinya (yang nyaris tak masuk akal) itu sungguh sangat luar biasa. Greg bertekad mengumpulkan dana untuk membangun sekolah yang telah dijanjikannya itu. Greg menghemat tiap sen uang yang dimilikinya, sampai-sampai dia membatasi dana yang digunakan untuk makan...

    bisa menjadi:...Yang kemudian dilakukan oleh Greg untuk memenuhi janjinya (yang nyaris tak masuk akal) itu sungguh sangat luar biasa. Ia bertekad mengumpulkan dana untuk membangun sekolah yang telah dijanjikannya itu, dengan menghemat tiap sen uang yang dimilikinya, sampai-sampai dia membatasi dana yang digunakan untuk makan...

    Itu aja sih, isinya sendiri sdh top! Keep up the good working ya mbak!
    Btw, senang sekali kita bisa saling mengoreksi ya! Kadang kita yg nulis ga krasa klo tulisan kita krg enak dibaca org lain.

    BalasHapus
  19. @wina : itulah inti perjuangan Greg, mbak. Ternyata sudah abca juga ya ?

    @fanda : wah..., makasih banyak utk koreksinya. Semoga lain kali lebih bagus lagi deh review-ku. Thanks.. ^_^

    BalasHapus
  20. senangnya berkunjng d sisni koleksi bukunya banyak y mbak

    BalasHapus

Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)