Gambar diambil dari sini
Internet kini sudah bukan sesuatu yang asing lagi. Sudah banyak orang mengakses internet, tidak saja di kota namun juga di desa-desa. Tidak hanya diakses orang dewasa, namun remaja dan bahkan anak-anak pun dapat mengakses dengan mudahnya. Orang kaya dan orang miskin pun memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses internet. Oleh karenanya, dunia kian 'terbuka' bagi siapa saja.
Mengakses internet tidak lagi hanya dapat melalui telepon rumah. Warnet kini tersebar bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Handphone-pun juga sudah dapat digunakan untuk mengakses internet dengan mudahnya. Namun ketertarikan orang terhadap internet akhir-akhir ini salah satunya karena... facebook.
Mengakses internet tidak lagi hanya dapat melalui telepon rumah. Warnet kini tersebar bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa. Handphone-pun juga sudah dapat digunakan untuk mengakses internet dengan mudahnya. Namun ketertarikan orang terhadap internet akhir-akhir ini salah satunya karena... facebook.
Aku punya cerita tentang itu. Kebetulan teman kantorku ada yang rumahnya masih di desa, dan di desanya sudah ada Warnet. Akhir-akhir ini Warnet itu ramai karena banyak pengunjungnya. Usut punya usut, ternyata pemilik Warnet itu rela mengajari orang-orang bagaimana cara membuat akun facebook dan kemudian menggunakannya. Hingga kini pemuda-pemuda pengangguran di desa itu, kerjaannya lebih banyak di Warnet untuk ber-facebook-ria...!
Internet bagi anak-anak juga bukan lagi barang asing lagi, seperti Shasa contohnya. Awalnya dia suka dengan internet karena bisa mengakses game online. Begitu banyak permainan yang ditawarkan dalam game online tersebut, dan seringkali banyak permainan baru yang ditawarkan. Kemudian Shasa mulai mengenal blog, meskipun akhir-akhir ini jarang sekali di-update karena dia memang sangat moody.
Kebetulan tadi pagi Shasa bercerita yang menyangkut masalah internet juga. Ceritanya, setiap hari Senin dan Sabtu Shasa ikut ekstra kurikuler drumband. Kebetulan, kegiatan tersebut dilakukan siang hari mulai pukul 13.00 WIB. Karena Shasa pulang sekolah pukul 12.00, maka seringkali Shasa memilih tetap di sekolah untuk menunggu. Karena kalau dipaksakan pulang dalam waktu 1 jam itu, Shasa merasa capek bolak balik ke sekolah. Ternyata, tak semua teman-teman Shasa suka menunggu selama 1 jam di sekolah, kebanyakan memilih untuk keluar dari sekolah.
Seperti yang diceritakan Shasa, beberapa temannya biasanya memilih untuk melakukan kegiatan di luar sekolah. Ada yang suka ke Pasar Penampungan, ada yang memilih ke Toga Mas, ada yang jalan-jalan keluar. Kebetulan sekolah Shasa tak jauh lokasinya dari Pasar Penampungan, toko buku Toga Mas, dan beberapa toko-toko lainnya. Bahkan, tak jauh dari sekolah Shasa pun ada juga beberapa Warnet. Dan.., rupanya beberapa teman Shasa banyak juga yang memilih menunggu jadwal ekstra kurikuler di Warnet-Warnet itu.
Mendengar cerita Shasa, aku terlonjak kaget. Saat itu yang muncul adalah kecemasan dan pikiran buruk. Anak-anak ke Warnet sendiri, berselancar di dunia maya tanpa pengawasan..? Tiba-tiba aku merasa khawatir, bahwa tanpa pengawasan orang tua maka anak-anak itu dapat masuk ke 'dunia orang dewasa' lewat internet. Apakah orang tua mereka tahu dan memberikan ijin bagi anak-anak itu ke Warnet sendiri tanpa pengawasan ? Ataukah mereka tak tahu 'bahaya' yang mengancam jika membebaskan anak-anaknya bergelut dengan internet tanpa pengawasan ? Masya Allah... Aku pun buru-buru berpesan pada Shasa agar dia tak ikut-ikutan teman-temannya itu.
Aku berpesan agar selama menunggu jadwal ekstrakurikuler, Shasa tetap menunggu di sekolah saja. Terutama, jangan sampai ikut-ikutan teman-temannya ke Warnet. Kepada Shasa aku katakan bahwa internet itu berbahaya bagi anak-anak yang belum mengerti, karena banyak hal yang tak baik ada di internet. Oleh karena itu, anak-anak harus didampingi orang tuanya jika ingin menggunakan internet, karena orang tua yang tahu jika ada hal-hal yang tidak baik di internet itu. Saat aku menasehati seperti itu, Shasa tampaknya mau menerima. Dan kuharap saja dia benar-benar menuruti nasehatku. Sungguh, aku tak bisa membayangkan jika gerombolan anak-anak kecil itu ke Warnet, dan ternyata tanpa sengaja bisa mengakses ke tempat-tempat yang belum sepantasnya mereka lihat.... wah, ngeri sekali.
Aku tak berani menganggap remeh kemampuan anak-anak. Lewat Google mereka bisa mendapatkan 'segalanya' dan aku tak bisa menganggap mereka tak mengenal Google. Aku sendiri tak pernah ke Warnet..., jadi aku tak tahu apakah di Warnet sudah diproteksi dari situs-situs yang 'berbahaya' untuk anak-anak.
Jangan-jangan aku yang paranoid nih.... :{
Internet bagi anak-anak juga bukan lagi barang asing lagi, seperti Shasa contohnya. Awalnya dia suka dengan internet karena bisa mengakses game online. Begitu banyak permainan yang ditawarkan dalam game online tersebut, dan seringkali banyak permainan baru yang ditawarkan. Kemudian Shasa mulai mengenal blog, meskipun akhir-akhir ini jarang sekali di-update karena dia memang sangat moody.
Kebetulan tadi pagi Shasa bercerita yang menyangkut masalah internet juga. Ceritanya, setiap hari Senin dan Sabtu Shasa ikut ekstra kurikuler drumband. Kebetulan, kegiatan tersebut dilakukan siang hari mulai pukul 13.00 WIB. Karena Shasa pulang sekolah pukul 12.00, maka seringkali Shasa memilih tetap di sekolah untuk menunggu. Karena kalau dipaksakan pulang dalam waktu 1 jam itu, Shasa merasa capek bolak balik ke sekolah. Ternyata, tak semua teman-teman Shasa suka menunggu selama 1 jam di sekolah, kebanyakan memilih untuk keluar dari sekolah.
Seperti yang diceritakan Shasa, beberapa temannya biasanya memilih untuk melakukan kegiatan di luar sekolah. Ada yang suka ke Pasar Penampungan, ada yang memilih ke Toga Mas, ada yang jalan-jalan keluar. Kebetulan sekolah Shasa tak jauh lokasinya dari Pasar Penampungan, toko buku Toga Mas, dan beberapa toko-toko lainnya. Bahkan, tak jauh dari sekolah Shasa pun ada juga beberapa Warnet. Dan.., rupanya beberapa teman Shasa banyak juga yang memilih menunggu jadwal ekstra kurikuler di Warnet-Warnet itu.
Mendengar cerita Shasa, aku terlonjak kaget. Saat itu yang muncul adalah kecemasan dan pikiran buruk. Anak-anak ke Warnet sendiri, berselancar di dunia maya tanpa pengawasan..? Tiba-tiba aku merasa khawatir, bahwa tanpa pengawasan orang tua maka anak-anak itu dapat masuk ke 'dunia orang dewasa' lewat internet. Apakah orang tua mereka tahu dan memberikan ijin bagi anak-anak itu ke Warnet sendiri tanpa pengawasan ? Ataukah mereka tak tahu 'bahaya' yang mengancam jika membebaskan anak-anaknya bergelut dengan internet tanpa pengawasan ? Masya Allah... Aku pun buru-buru berpesan pada Shasa agar dia tak ikut-ikutan teman-temannya itu.
Aku berpesan agar selama menunggu jadwal ekstrakurikuler, Shasa tetap menunggu di sekolah saja. Terutama, jangan sampai ikut-ikutan teman-temannya ke Warnet. Kepada Shasa aku katakan bahwa internet itu berbahaya bagi anak-anak yang belum mengerti, karena banyak hal yang tak baik ada di internet. Oleh karena itu, anak-anak harus didampingi orang tuanya jika ingin menggunakan internet, karena orang tua yang tahu jika ada hal-hal yang tidak baik di internet itu. Saat aku menasehati seperti itu, Shasa tampaknya mau menerima. Dan kuharap saja dia benar-benar menuruti nasehatku. Sungguh, aku tak bisa membayangkan jika gerombolan anak-anak kecil itu ke Warnet, dan ternyata tanpa sengaja bisa mengakses ke tempat-tempat yang belum sepantasnya mereka lihat.... wah, ngeri sekali.
Aku tak berani menganggap remeh kemampuan anak-anak. Lewat Google mereka bisa mendapatkan 'segalanya' dan aku tak bisa menganggap mereka tak mengenal Google. Aku sendiri tak pernah ke Warnet..., jadi aku tak tahu apakah di Warnet sudah diproteksi dari situs-situs yang 'berbahaya' untuk anak-anak.
Jangan-jangan aku yang paranoid nih.... :{
bener mbak, anak" mang harus diawasin kalo pake internet.
BalasHapusterkadang ada bagusnya juga inet di indonesia kan penyebarannya belom semerata di negara lain.
iya, mbak... ga kebayang ya anak kecil sekarang udh bisa browsing apa yang dia mau di warnet2 terdekat... aku aja pasti mikirnya negatif mulu deh kalau ada anak2 yg main di warnet tapi tidak maen game online, apa yg mereka kerjakan ya?! huhuhuhuu....
BalasHapusyeeahh kurang cepet dikit lagi jadi petromax, hmmm sabar sabar,,
BalasHapuskehawatiran ibu sangat beralasan, dan yakinlah tak ada warnet manapun dan atau software apapun yang sanggup memproteksi "link dewasa".
BalasHapusmaaf mbak. mungkin akan lebih baik buat si anak kalau dia tidak di larang.. karena sepengetahuan saya... semakin anak dilarang, maka dia akan semakin penasaran untuk melanggar larangannya... menurut saya lagi.. kan di rumah udah ol.. jadi lebih baik kalo ditunjukan secara langsung mana yang boleh dibuka dan mana yang g boleh dibuka beserta alasan yang rasional bisa ditangkap oleh si anak... hehehehe
BalasHapussetuju mba,memang di sisi lain internet ada sisi positifnya tapi di sisi yg lain jg kekhawatiran anak2 dan adik2 kita bisa melihat apa yg blm pantas mrk liat.
BalasHapusdan ternyata anak sekarang cepat sekali menguasai dan mengerti y mba,bahkan sean yg baru 5 thn sudah bisa main game online tanpa diawasi.dia bisa membuka sendiri,bahkan dia bisa mengetik sendiri nama situs gamenya.
otomatis,y tugas kita ya mba yg hrs mendampingi mereka.
bener mbak sekolah saya yang diatas gunung pun sudah banyak siswanya yang sering ke warnet di kecamatan dan link dewasa gampang sekali diakses
BalasHapusiya mba sebaiknya anak2 kalo ngenet itu diawasi tapi jangan dilarang.....karena banyak ilmu yang bisa didapat dari internet!!!
BalasHapusNB award sudah digondol cuma belum dipasang......akan segera dipasang laporan selesai heheheheeh.......
Bukan Mbak.. Wajar seorang ibu mengkhawatiri anak smpai segitunya,.. Internet skrang memang tak pandang buluh.. Oia Mbak kbtulan ada tuh yang menciptakan Internet di blog sya..
BalasHapusTenang aja Mbak Ren, warnet di sekitar tempat tinggal saya khususnya yg seharga kantong anak2 (2500/jam) sudah dipasangi Internet Police K9 koq, jadi anak2 ndak akan bisa membuka situ semi porn sekalipun.
BalasHapusKecuali warnet di deket kampus sono, yg seharga 6rb/jam, buebas tanpa sensor
Edukasi yg efektif adalah memberi keleluasaan pada anak namun tetap dibarengi pengawasan ketat.
BalasHapusSemoga saja anak-anak Indonesia tidak terlalu banyak yg terseret hal2 negatif di internet seperti halnya di negara maju.
BalasHapusKayanya kok aku masuk dalam postingan ini ya?
BalasHapusmengena banget he..he
aku masih anak2 atau sudah layak main internet ya?
kalo buat saya sih mbak :
1. saya suka main internet dari saya masih SMP, tapi entah kenapa, saya engga hobby maen game atau surfing hal-hal yang (maaf) porno atau yang aneh2
2. Saya suka mencari sesuatu yang unik dan aneh
3. Saya suka tulisan bagus
Mungkin internet bisa jadi berguna bagi anak2
Mbak, orang tua nggak perlu parno kalau anak sudah punya dasar agama yang kuat. Masalah besar dari internet yang bisa hinggap pada anak-anak adalah kalau mereka kecanduan nonton pornografi, kekerasan, dan sakit mata. Dua hal yang pertama bisa dihambat dengan pendidikan agama, sedangkan yang terakhir bisa dihambat dengan disiplin untuk tidak main komputer lebih dari sejam terus-menerus.
BalasHapusAnak2 paling cepet terpengaruh.
BalasHapusNggak anak nggak orang tua, saat pertama dikenalkan internet, sebagian besar pasti mikirnya ke hal2 negatif.
Semua karena anak belum memperoleh ilmunya, tapi keburu secara instan harus berhadapan dengan internet
Begitulah kegiatan anak-anak ya mbak. Kalau tidak didampingi orang tua bisa out of control. Bahkan penggunaan onternet oleh anak-anak, sebaiknya memang dengan pendampingan orang tua. Nice post.
BalasHapusbener mbak,, anak2 harus diawai kalo mo gunain internet,, jangankan mereka kita aja kadang masih terbawa 'arus' yang ga jelas,, apalagi anak2 yang masih polos...
BalasHapusmoga shasa bener2 nurutin ga ke warnet sendirian yaahh...
aku butuh internet tiap saat,,tapi itu juga masih di awasin ortu...
BalasHapusteman, sekarang yunna pindah rumah di http://yunna-mylifediary.blogspot.com
kunjungi aku ya...
Wah kalo warnet mah ga ada proteksi blas, mbak! Tapi memang serba salah soalnya biaya perjamnya juga murah banget. Anak2 kecilpun bisa pake uang sakunya. Memang itulah resiko kemajuan teknologi
BalasHapusInternet sebagai hasil sebuah teknology yang memiliki ini dan itu,tidak bisa dibendung lagi, so kita memang dituntut agar bisa mengantisipasi berbagai bentuk kekhawatiran, salah satunya seperti tips mbak reni nih.....
BalasHapussetuju bu, tetap saja mencegah lebih baik daripada mengobati ... konten internet yg bermanfaat sebenarnya sampai 90 %, tapi baru 10 % yang mengaksesnya. sebaliknya, 90% user internet, justru malah mengakses sisa 10% content yang jelek2 ..
BalasHapusiyah mbak
BalasHapusanak-anak harus dijaga kalau sedang mengkonsumsi inet nih
kadang2 nggak baek juga
hehehe
Kebetulan di mall tempat kerjaku juga ada warnetnya mbak. dan sering kali pas istirahat aku main kesitu. sekedar ngobrol2, biar nggak bosen. pas aku disitu juga sering liat segerombolan anak2 SD yang ngenet. setauku sih mereka liat-liat kartun n main game. nggak tau selebihnya. hehe... n mayoritas tiap warnet tu nggak ada proteksi mbak. jadi setiap orang dengan bebas bisa membuka situs apapun. nggak terkecuali anak2
BalasHapusi-net gak cuma orang dewasa aja mbak. anak2 juga demen banget
BalasHapusbuktinya di tempatku nih
kalo pas lagi di warnet
ampuuuunnn
yang nge-net kebanyakan anak kecil.
i-net gak cuma orang dewasa aja mbak. anak2 juga demen banget
BalasHapusbuktinya di tempatku nih
kalo pas lagi di warnet
ampuuuunnn
yang nge-net kebanyakan anak kecil.
perlu bimbingan menyeluruh bagi pemakaian internet pada anak-anak
BalasHapusjangan mpe kebablasan
selamat malam mbak
BalasHapusBetul sis,saya sering baca berita-berita,anak-anak yang kecanduan internet hingga mereka bolos sekolah.Perlu pengawasan ketat dari orang tua.
BalasHapusMasya ALlah... sungguh sangat jauh sekali dampaknya. Turut prihatin mendengarnya. Semoga anak2 tersebut menggunakannya dengan baik.
BalasHapusyg penting ortu harus sering menasihati anaknya dan mndampingi mereka. bila perlu lebih baik sediakan fasilitas inet di rumah sehingga bisa memantau mereka ketika sedang ngenet/
BalasHapusartikel menarik...anak memang butuh untuk bebas namun tetap diperhatikan dan diawasi...sukses selalu bu
BalasHapus