Mencintai tanpa syarat adalah suatu hal yang tak mudah untuk dilakukan. Mencintai tanpa syarat menuntut ketulusan yang tanpa syarat dengan tidak mengorbankan siapa-siapa. Mencintai tanpa syarat adalah menerima dengan ridha kehendak dan keputusan Allah atas apa yang terjadi pada orang yang kita cintai. Mencintai tanpa syarat adalah mencintai tanpa menuntut balasan apapun dari orang yang kita cintai.
Mampukah aku seperti itu? Dengan jujur dan rasa malu aku akan jawab : belum. Terkadang keinginanku masih aku bebankan pada suami dan Shasaku. Terkadang rasa kecewa saat suami dan Shasaku tak dapat memenuhi harapanku. Seperti kebanyakan orang, aku ingin agar anakku menjadi "sempurna" atau paling tidak mendekati "sempurna".
Tak banyak orang yang masih dapat mencintai anak-anak yang tak "sempurna". Buktinya banyak orang tua yang dengan tega "menyembunyikan" anak mereka yang cacat. Banyak orang tua yang membuang anak mereka yang tak terlahir normal. Banyak juga orang tua yang tidak memperlakukan anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus sebagaimana seharusnya.
Menjadi orang tua bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan tidak sempurna seperti itu memang tidak mudah. Dibutuhkan cinta tanpa syarat untuk tetap dapat menyayangi mereka. Dan, cinta tanpa syarat inilah yang aku temukan dalam rumah tangga salah seorang keponakanku, Sari sebut saja namanya begitu.
Sari dan suaminya adalah pasangan muda. Mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan yang kini berusia 5 tahun. Anak mereka itu termasuk anak yang berkebutuhan khusus. Hanya dengan melihat wajah sang anak semua orang akan tahu bahwa anak itu adalah anak yang berkebutuhan khusus. Sampai usianya yang kelima itu sang anak tetap saja belum bisa bicara normal. Komunikasi yang dilakukannya hanya dengan mengandalkan gerakan tubuh.
Yang membuatku salut, Sari dan suaminya mampu mencintai anak itu tanpa syarat. Mereka dengan sabar dan telaten merawat anaknya itu. Bahkan mereka tak segan untuk membawa anaknya ke tempat-tempat umum, seperti pertokoan, kolam renang dan sebagainya. Foto sang anak pun bertebaran di facebook pasutri itu. Singkat kata, sikap Sari dan suaminya menunjukkan bahwa anak mereka sama normalnya dan sama sempurnanya dengan anak-anak lainnya.
Sungguh, meskipun mereka masih muda, tapi sikap mereka menunjukkan kematangan dan kedewasaan. Mungkin dukungan keluarga yang membuat Sari dan suaminya dapat mencintai anak mereka tanpa syarat. Kakak sepupuku (orang tua Sari) adalah tokoh agama yang cukup disegani di lingkungannya. Kakak sepupuku mampu menerima kehadiran cucu pertama (yang sangat dinantikannya) dengan sepenuh cinta. Mereka tak segan juga membawa sang cucu ke berbagai acara dan memperkenalkannya pada semua orang. Meskipun pada saat itu orang-orang yang mereka temui tak mampu menyembunyikan tatapan mata heran dan bertanya-tanya melihat kondisi cucu tercintanya.
Beruntunglah Sari dan suaminya karena keluarga mendukung mereka untuk tetap dapat menerima dan mencintai anak mereka dengan sepenuh jiwa. Adik-adik mereka pun tak segan mengakui dan menunjukkan cinta mereka pada sang keponakan yang tak sempurna ini. Aku berpikir, jika aku ada di posisi Sari, apakah aku mampu berbuat seperti dia atau mungkin lebih baik? Jujur ku akui... masih ada keraguan saat menjawab "ya". :(
Mampukah aku seperti itu? Dengan jujur dan rasa malu aku akan jawab : belum. Terkadang keinginanku masih aku bebankan pada suami dan Shasaku. Terkadang rasa kecewa saat suami dan Shasaku tak dapat memenuhi harapanku. Seperti kebanyakan orang, aku ingin agar anakku menjadi "sempurna" atau paling tidak mendekati "sempurna".
Tak banyak orang yang masih dapat mencintai anak-anak yang tak "sempurna". Buktinya banyak orang tua yang dengan tega "menyembunyikan" anak mereka yang cacat. Banyak orang tua yang membuang anak mereka yang tak terlahir normal. Banyak juga orang tua yang tidak memperlakukan anak-anak mereka yang berkebutuhan khusus sebagaimana seharusnya.
Menjadi orang tua bagi anak-anak berkebutuhan khusus dan tidak sempurna seperti itu memang tidak mudah. Dibutuhkan cinta tanpa syarat untuk tetap dapat menyayangi mereka. Dan, cinta tanpa syarat inilah yang aku temukan dalam rumah tangga salah seorang keponakanku, Sari sebut saja namanya begitu.
Sari dan suaminya adalah pasangan muda. Mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan yang kini berusia 5 tahun. Anak mereka itu termasuk anak yang berkebutuhan khusus. Hanya dengan melihat wajah sang anak semua orang akan tahu bahwa anak itu adalah anak yang berkebutuhan khusus. Sampai usianya yang kelima itu sang anak tetap saja belum bisa bicara normal. Komunikasi yang dilakukannya hanya dengan mengandalkan gerakan tubuh.
Yang membuatku salut, Sari dan suaminya mampu mencintai anak itu tanpa syarat. Mereka dengan sabar dan telaten merawat anaknya itu. Bahkan mereka tak segan untuk membawa anaknya ke tempat-tempat umum, seperti pertokoan, kolam renang dan sebagainya. Foto sang anak pun bertebaran di facebook pasutri itu. Singkat kata, sikap Sari dan suaminya menunjukkan bahwa anak mereka sama normalnya dan sama sempurnanya dengan anak-anak lainnya.
Sungguh, meskipun mereka masih muda, tapi sikap mereka menunjukkan kematangan dan kedewasaan. Mungkin dukungan keluarga yang membuat Sari dan suaminya dapat mencintai anak mereka tanpa syarat. Kakak sepupuku (orang tua Sari) adalah tokoh agama yang cukup disegani di lingkungannya. Kakak sepupuku mampu menerima kehadiran cucu pertama (yang sangat dinantikannya) dengan sepenuh cinta. Mereka tak segan juga membawa sang cucu ke berbagai acara dan memperkenalkannya pada semua orang. Meskipun pada saat itu orang-orang yang mereka temui tak mampu menyembunyikan tatapan mata heran dan bertanya-tanya melihat kondisi cucu tercintanya.
Beruntunglah Sari dan suaminya karena keluarga mendukung mereka untuk tetap dapat menerima dan mencintai anak mereka dengan sepenuh jiwa. Adik-adik mereka pun tak segan mengakui dan menunjukkan cinta mereka pada sang keponakan yang tak sempurna ini. Aku berpikir, jika aku ada di posisi Sari, apakah aku mampu berbuat seperti dia atau mungkin lebih baik? Jujur ku akui... masih ada keraguan saat menjawab "ya". :(
Maaf aku belum bisa BW karena masih kelelahan. Ini juga masih postingan terjadwal kok.
hebat banget yah mereka, salut!
BalasHapushebat banget yah mereka, salut!
BalasHapusSungguh suatu hal yang mulia jika dapat merawat anak yang berkebutuhan khusus dengan keiklasan yang tinggi. Tidak mudah menghadapi itu karena diperlukan kesabaran yang lebih menerima hal2 yg diluar kuasa kita
BalasHapusAh...mengharukan mba Ren. Saya pikir orang tua spt Sari dan suaminya adalah orangtua2 'pilihan'..
BalasHapusWah alhamdulillah,
BalasHapushebat sari dan suaminya :)
menanggapi pertanyaan Mbak Reni di akhir postingan, aku rasa setiap orang pasti akan merasa mampu ketika dia sudah dihadapkan dg sebuah kenyataan. Dan aku rasa Allah tahu Sari dan suaminya mampu utk menghadapi hal itu makanya Ia memberikan ujian itu pada mereka. Sari pun bisa merasa mampu karena ia mau berusaha menjalani kenyataan yg ada, karena pilihan di hadapannya hanya dua. Ikhlas atau mengeluhkan keadaan. Dan dia lebih memilih utk ikhlas makanya dia mampu :D
BalasHapusSalut untuk Mba Sari dan suaminya. Mereka adalah orang tua yang dipilih Allah SWT, untuk dititipkan bidadari-Nya yang sangat spesial
BalasHapusMba Reni sehat??
rasanya aku juga ngga sanggup mbak....hebat yach lihat orangtua yg seperti itu...diberi kesabaran yg banyak....hmm smoga aku juga bisa lebih sabar mendidik anak2ku....
BalasHapusAku dan suami jg pernah berbincang soal ini mba 'gimana yah klo anak kita lahir tdk sesuai dgn harapan entah cacat atau apapun yg membuatnya menjadi seperti anak normal?' dan kami sepakat bahwa bagaimanapun keadaan anak kami, kami akan selalu menyayanginya, anak yg tidak normal ini kan juga ga mau sebenarnya dilahirkan dalam keadaan yg demikian. Jadi siapa lagi yang mau menyayangi mereka kalau bukan kita orang tuanya sendiri :)
BalasHapusSaya selalu menaruh hormat pada orang2 yang seperti itu, seperti sari dan suaminya..
BalasHapusjarang banget yah ada yang begitu... hebat banget Mba Sari. Anaknya pst seneng banget yah punya ibu kyk gitu.
BalasHapuskadang memang sedih juga melihat kenyataan yang gak sesuai keinginan, tapi memang harus dengan ikhlas diterima. karena ikhlas itu kekuatan. peljaran buat semua yang baca
BalasHapusKebetulan saya pernah beberapa lama bekerja di organisasi international yang mengurusi para penyandang cacat (people with disabilities), dan menemukan beberapa Sari yang seperti mba gambarkan, tapi disamping itu, juga banyak menemukan Sari2 yang tdk seperti itu.
BalasHapusBiasanya, pendidikan akhlak yang lebih dari cukup lah yang membentuk Sari2 yang mampu mencintai tanpa syarat ini mba.... apalagi jika yang harus dicintai itu adalah darah daging mrk sendiri yang terpaksa terlahir dengan kebutuhan khusus. Rasa cinta dan kasih sayang, dipupuk oleh kepasrahan bahwa ini adalah titipan sang Maha Pencipta, mengarahkan mereka untuk berjiwa besar, menerima, menjaga dan membesarkan titipan Ilahi ini sebaik mungkin. Tanpa syarat.
Begitu menurutku mba... dan jika ditanya apa aku sanggup jika harus menjalani hal demikian? maka aku tidak akan menjawab, melainkan bermohon agar dijauhkan dari hal2 yang demikian. Janganlah sampai engkau berikan kami cobaan sedemikian ya Allah,
Mengharukan.. Anak pilihan untuk orang tua pilihan. Semoga segera diberi kesembuhan ya, mba :)
BalasHapusanak itu amanah, jadi kita harus bisa menjaga dan merawatnya dengan baik.
BalasHapusSubhanallah...mencintai eseorang secara sempurna, jauh lebih menenangkan :)
BalasHapusmereka hebat mba.. dan saya juga banyak temui orang-orang hebat di sekitar.. jadi malu kalo dikit-dikit ngeluh..
BalasHapusTerlalu jauh kalau kita mengira bahwa mencintai tanpa syarat itu harus dimulai dengan mencintai anak meskipun anak itu terlahir cacat.
BalasHapusCobalah mulai dari hal-hal sederhana: Mencintai anak ketika anak pulang ke rumah dengan nilai ulangan yang merah. Mencintai suami ketika suami memilih meninggalkan pekerjaan demi mengembangkan bisnis pribadinya.
Semoga saya diberi keturunan yg sehat karna saya pasti jg akan ragu untuk menjawab YA. Hikz
BalasHapushebat orang tua yg memiliki cinta kasih tanpa syarat seperti Sari ^___^
BalasHapusselamat istirahat mbak, BW bisa belakangan kan :) salam untuk Shasha
BalasHapusmencintai tanpa syarat? Kayaknya saya belum melakukanya hehe jujur dari cerita di atas saya merasakan ada yang hebat dari pribadi seorang sari, mereka tidak merasa malu dgn semua kekurangan anaknya dan mungkin itulah jalan utk bsa menjadikan anak mereka menjadi tumbuh kembang setidaknya agar tidak tertekan secara psikologis.
BalasHapusAllah bersama orang sabar. Kesabaran mereka bisa jadi inspirasi yang lain
BalasHapusMbak... aku percaya...
BalasHapusTuhan mempercayakan anak anak special seperti itu pada keluarga/pasangan suami istri yang special pula...
yang terpilih, yang terbaik....
anak berkebutuhan khusus, aku lebih suka menyebutnya anak special
biasanya kalo orang tuanya mendidik dg penuh kasih sayang, si anak akan berhasil dan percaya diri...salut dg orang tua yg bisa mendidik dan menerima dg ikhlas kekurangan anaknya :)
BalasHapussaya selalu kagum dengan ibu yg memiliki anak yg spt dengan kebutuhan khusus tsb, kebetulan saya juga punya bbp murid dengan kebutuhan khusus... bagi saya ibu spt itu LUAR BIASA dan sangat ISTIMEWA
BalasHapuskadang aku iri sama orang yg punya lapang hati begitu luas... mereka jadi tulus banget
BalasHapusAnak yang istimewa dengan orantua yang luar biasa...
BalasHapusmenerima tanpa syarat, cermin hati yang bersyukur ya mbak. subhanallah.
BalasHapusPertanyaan sanggupkah? saya yakin setiap orang pd dasarnya pny kemampuan utk menerima dan m'adjust diri terhadap kenyataan yg ada. Apalgi ortu pada anaknya, basically setiap ortu will welcome terhadap anaknya bagaimana pun kondisinya. BUkankah, ketika masayarakat/org lain tak bisa menerima diri kita maka keluarga /ortulah yg bisa mnerima kita tanpa syarat...
BalasHapusIni saya view pd basic instinct, pd kenyataannya akan ada deviasi (jk ada ortu yg gak bs menrima anaknya) oleh faktor2 external/internal...
Kurang lebihnya, ini pendapat pribadi saya..
sudah seharusnya cm kadang sulit terealisasi...
BalasHapus:P
Sampai sekarang aku juga gak bs membayangkan mbak klo ada di kondisi seperti itu.. kalau disuruh mikir sekarang seh rasanya gak kuat. mudah2an gak dikasih cobaan sama Allah spt itu deh..
BalasHapus