Shinta namanya, umurnya 12 tahun. Dia murid kelas 6 di sebuah sekolah dasar yang cukup ternama. Dia bukan murid yang populer. Dia bukan pula bintang kelas. Dia 'hanyalah' murid yang biasa-biasa saja. Tak ada prestasi membanggakan yang pernah ditorehkannya. Tapi, bagiku dia istimewa.
Dia berbeda dibandingkan teman-teman sekolahnya. Dia mandiri dan berani. Sejak kelas 4 SD dia sudah berangkat sekolah sendiri, naik sepeda. Jarak rumah dan sekolahnya kurang lebih 6 KM. Mungkin bagi orang lain jarak itu dekat, tapi menurutku tidak. Hampir semua temannya diantar jemput saat sekolah. Kalaupun ada yang naik sepeda, itu karena jarak rumah ke sekolah relatif dekat.
Suatu kali Shinta harus kerja kelompok di rumah salah satu temannya. Jarak rumah temannya dengan rumah Shinta kurang lebih 8 KM. Dan, Shinta pun berangkat sendiri naik sepeda. Sementara teman-teman yang lain diantar oleh orang tua mereka. Bahkan saat kerja kelompok itu selesai malam, Shinta tak ragu untuk mengayuh sendiri sepedanya pulang ke rumah.
Di saat guru sekolahnya meninggal, Shinta lagi-lagi tak ragu-ragu berangkat takziyah sendiri. Lagi-lagi dengan mengayuh sepedanya. Jarak yang harus ditempuhnya lebih dari 10 KM. Dia berangkat dari rumahnya pada pukul setengah 5 sore dan sampai pukul 9 malam dia belum sampai kembali ke rumah. Padahal hujan sudah turun.
Shinta adalah salah satu dari teman dekat Shasa di sekolah. Mengenalnya membuatku kagum padanya. Dia terbiasa bekerja keras di rumah. Orang tuanya sehari-hari membuat kerupuk untuk dijual. Shinta punya kewajiban untuk membantu orang tuanya setiap hari. Dia selalu dibangunkan pukul 3 pagi untuk membantu membuat kerupuk. Pulang sekolah dia harus membantu mengiris kerupuk. Itu makanya, dia tak leluasa bermain seperti teman-temannya. Kerja kelompok pun baru bisa dilakukannya setelah semua tugasnya di rumah diselesaikannya.
Mungkin karena kelelahan, Shinta sering tertidur di kelas. Itu sebabnya nilai akademisnya tak bisa sebaik teman-temannya. Tapi Shinta sepertinya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Dia bahkan tak rendah diri karena keadaannya itu. Ah... Shinta memang istimewa dibandingkan teman-teman sebayanya.
Dia berbeda dibandingkan teman-teman sekolahnya. Dia mandiri dan berani. Sejak kelas 4 SD dia sudah berangkat sekolah sendiri, naik sepeda. Jarak rumah dan sekolahnya kurang lebih 6 KM. Mungkin bagi orang lain jarak itu dekat, tapi menurutku tidak. Hampir semua temannya diantar jemput saat sekolah. Kalaupun ada yang naik sepeda, itu karena jarak rumah ke sekolah relatif dekat.
Suatu kali Shinta harus kerja kelompok di rumah salah satu temannya. Jarak rumah temannya dengan rumah Shinta kurang lebih 8 KM. Dan, Shinta pun berangkat sendiri naik sepeda. Sementara teman-teman yang lain diantar oleh orang tua mereka. Bahkan saat kerja kelompok itu selesai malam, Shinta tak ragu untuk mengayuh sendiri sepedanya pulang ke rumah.
Di saat guru sekolahnya meninggal, Shinta lagi-lagi tak ragu-ragu berangkat takziyah sendiri. Lagi-lagi dengan mengayuh sepedanya. Jarak yang harus ditempuhnya lebih dari 10 KM. Dia berangkat dari rumahnya pada pukul setengah 5 sore dan sampai pukul 9 malam dia belum sampai kembali ke rumah. Padahal hujan sudah turun.
Shinta adalah salah satu dari teman dekat Shasa di sekolah. Mengenalnya membuatku kagum padanya. Dia terbiasa bekerja keras di rumah. Orang tuanya sehari-hari membuat kerupuk untuk dijual. Shinta punya kewajiban untuk membantu orang tuanya setiap hari. Dia selalu dibangunkan pukul 3 pagi untuk membantu membuat kerupuk. Pulang sekolah dia harus membantu mengiris kerupuk. Itu makanya, dia tak leluasa bermain seperti teman-temannya. Kerja kelompok pun baru bisa dilakukannya setelah semua tugasnya di rumah diselesaikannya.
Mungkin karena kelelahan, Shinta sering tertidur di kelas. Itu sebabnya nilai akademisnya tak bisa sebaik teman-temannya. Tapi Shinta sepertinya tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Dia bahkan tak rendah diri karena keadaannya itu. Ah... Shinta memang istimewa dibandingkan teman-teman sebayanya.
Setuju Mbak, menurutku Shinta sangat istimewa ;)
BalasHapusSelalu kagum pada sosok2 seperti Shinta, hidupnya penuh perjuangan.
Oya Mbak, aku kirim inbox ;)
luar biasa sekali si shinta ini, gadis kecil yang mandiri dan pemberani, semoga kelak tumbuh menjadi perempuan luar biasa!
BalasHapussalam kenal dari saya ya mbak..
Tempaan shinta sejak kecil insya Allah akan menjadi modal besar untuk menghadapi persoalan hidup manakala ia dewasa kelak
BalasHapussetidaknya masih semangat untuk sekolah ya mbak shinta ini
BalasHapusbiarpun di sekolah dia tidak mencapai nilai akademik yang baik tapi di dalam kehidupan ini dia telah menjadi seseorang yang siap menghadapi kemungkinan apa pun :)
BalasHapusdisni banyak banget shinta sinta yang lain bu
BalasHapusyang harus jalan kaki atau mengayuh perahu berkilo kilo hanya untuk tahu kayak apa rasanya sekolah...
Mantep banget Shinta...
BalasHapusTerharu T.T
salah satu yg membuat shinta tetap senang adalah karena ngowes itu menyenangkan :D
BalasHapusAlhamdulillah Shasa berteman dg Shinta ya mba Ren...
BalasHapusnilai akademis bukan ukuran toh mbak untuk menilai unggul atau tidaknya manusia
BalasHapusiya ya, di indosiar sekarang banyak film2 seperti itu, film yg sudah jadul pun kadang suka di siarkan lagi...
BalasHapussinta memang anak yg hebat dan pemberani, serta sabar..
BalasHapusjarang sekali ada anak yang seperti ia..
wah.. hebat yah jaman skrg masih ada anak yang mandiri seperti itu.
BalasHapusbangga ya mbak dengan anak yg seperti itu :)
BalasHapusSemoga banyak shinta-2 di negeri ini, kelak menjadi srikandi dan kartini negeri yg menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan...Go go shinta
BalasHapuswah Shinta sungguh hebat ya mba... hendaknya dapat menjadi contoh pembelajaran bagi anak2 lain, yang masih diberi kenikmatan hidup berkecukupan, agar mensyukuri nikmat yang mereka peroleh dan mempergunakan nikmat itu sebaik mungkin dan menjadikan diri mereka menjadi lebih baik dan berguna bagi sesama. Terkadang kemanjaan dan materi yang berkecukupan bahkan berlimpah, sering menjadi senjata makan tuan bagi anak2 penerus bangsa ini.
BalasHapusSemoga anak2 kita dapat mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, menghargai apa yang mereka miliki, dan tidak meremehkan teman-2 seperti Shinta, melainkan memberinya support utk tetap tampil percaya diri dan mandiri.
Untuk Shinta, jaga semangatnya yaaa.... yakinlah bahwa hari esok yang cerah tidak hanya untuk anak2 yang berkecukupan, melainkan untuk semua anak yang penuh semangat, mandiri dan mau belajar dan bekerja keras.
Lhooo???? kepanjangan iki mba.....
Udah ah.....(dasar ceriwis, kalo udah nulis ga bisa berhenti!).
dalam kehidupan dewasanya kelak, Ia adalah seorang yang mandiri dan matang..orangtuanya telah berhasil menanamkan kepercayaann diri kepadanya..subhanallah
BalasHapusKeren.. masih banyak yak anak2 seperti ini.. seperti menonton dari TV dan cerita aja aku >.<
BalasHapusTapi klo dari blog lebih terasa nyatanya yak
Shinta yang istimewa ya mbak.. meskipun latar belakangnya sedikit berbeda dengan teman-temannya pada umumnya, tapi soal mengenyam pendidikan tetap diutamakan. yah, walaupun termasuk rata rata dan tidak terlalu berprestasi, namun diluar itu ada banyak hal yang bisa lebih "mendewasakan"nya dibanding dengan lainnya.
BalasHapusduh , maaf ya mbak reni, saya baru sempet mampir lagi.. hehehe.. keasyikan nulis jarang bewe :P
Shinta memang hebat,love,peace and gaul.
BalasHapusSinta keren!! hebat... saya jadi malu baca ini, jam 3 pagi buat bangun?? anak seumur sinta?? hebaaaat...
BalasHapussaya, mungkin yang lainnya juga rasa2nya sulit buat ngelakuinnya... tapi sinta, dia lupakan egonya...
moga sukses nantinya di jalannya yang masih panjang.....
Sinta kayaknya tipe mandiri mau bekerja keras ya
BalasHapusCerita hebat seorang anak...demi pendidikan
BalasHapusanak anak seperti Shinta itu biasanya akan jauh lebih sukses dibanding teman temannya ya Mbak...
BalasHapuskarena dia sudah bekerja keras ejak kecil
sudah punya banyak pengalaman
dan tidak takut jatuh terpuruk..