Wanita yang bekerja sepertiku memang seringkali dihadapkan pada dilema, yaitu mengutamakan keluarga atau karier. Sebagaimana wanita pada umumnya, aku pun berusaha semaksimal mungkin untuk mencurahkan perhatianku pada keluarga. Namun karena aku bekerja, mau tak mau aku harus pandai-pandai membagi waktuku untuk keduanya. Menyadari keterbatasan waktuku, maka aku sangat menikmati saat-saat kebersamaanku dengan suami dan anakku.
Aku sejujurnya tak mengejar karier, karena bekerja bagiku adalah sebuah bentuk aktualisasi diri. Aku tak pernah memiliki impian untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu. Selama ini aku telah menjalani pekerjaanku dengan perasaan senang dan tanpa beban. Aku menikmati setiap tahap pencapaianku, setapak demi setapak, dengan perasaan bangga bahwa aku ternyata mampu melakukannya dengan baik.
Jika kini aku telah berada dalam tahap pencapaian sejauh ini, sungguh, itu semua diluar perkiraanku. Namun seiring dengan semakin baiknya posisiku, semakin besar pula beban dan tanggung jawab pekerjaan yang harus aku pikul. Konsekuensinya adalah, semakin berkurang pula waktuku untuk suami dan anakku. Hal itu telah terjadi sejak awal September yang lalu, di saat pekerjaan yang harus aku selesaikan semakin besar dan banyak. Bahkan, pekerjaan itu mengharuskan aku bolak-balik melakukan perjalanan dinas ke Jakarta dan Surabaya.
Puncaknya adalah pada 2 minggu terakhir, dimana pekerjaanku terasa semakin menyita perhatianku. Aku telah mencoba mencurahkan segala kemampuan yang aku miliki untuk menyelesaikannya. Betul-betul minggu yang melelahkan dan menegangkan. Aku merasakan benar kelelahan fisik dan pikiranku, namun tak ada waktu bagiku untuk berhenti. Selelah apapun kondisiku, aku tetap harus terus berjalan menyelesaikan pekerjaanku itu.
Alhamdulillah, pada saat-saat seperti itu dukungan dari suami dan anakku benar-benar meringankan hatiku. Perhatian mereka padaku sungguh mampu mengurangi perasaan bersalahku atas kurangnya waktuku untuk mereka. Mereka tak mengeluh saat aku terpaksa harus sering keluar kota atau kerja sampai malam demi melaksanakan pekerjaanku. Bahkan, suamiku mau membantuku melakukan beberapa pekerjaan rumah untuk meringankanku.
Suamiku tak pernah memaksaku berhenti dari pekerjaanku atau memaksaku untuk terus bekerja. Selama ini hanya menyerahkan segala keputusan kepadaku. Namun karena menyadari bahwa pekerjaan yang aku lakukan adalah penting bagi orang lain, maka suamiku selalu mendukungku. Aku menyadari, bahwa pekerjaanku adalah pelayanan kepada masyarakat, maka aku berusaha terus melakukannya semampuku. Atas dasar kepercayaan dan dukungan penuh darinya, maka aku senantiasa berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya.
Suamiku..., aku bersyukur bahwa di saat-saat terberat dalam hidupku kau hadir untuk menguatkanku. Aku bersyukur aku memilikimu untuk tetap setia mendengarkan keluh kesahku. Cukup dengan hadirmu dan senyummu maka aku dapat kembali bersemangat melanjutkan hari-hari. Genggaman tanganmu menguatkan setiap langkahku dan pelukan hangat darimu telah meleburkan segala lelah dan penatku.
Suamiku... terima kasih untuk hadirmu. Ijinkan aku untuk selalu dan selalu kembali dalam pelukmu untuk melabuhkan segala penatku. Dan aku ingin sampai kita tua nanti kita tetap akan dapat saling menguatkan seperti gambar disamping ini.
Gambar atas diambil dari sini dan gambar bawah diambil dari sini
Aku sejujurnya tak mengejar karier, karena bekerja bagiku adalah sebuah bentuk aktualisasi diri. Aku tak pernah memiliki impian untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu. Selama ini aku telah menjalani pekerjaanku dengan perasaan senang dan tanpa beban. Aku menikmati setiap tahap pencapaianku, setapak demi setapak, dengan perasaan bangga bahwa aku ternyata mampu melakukannya dengan baik.
Jika kini aku telah berada dalam tahap pencapaian sejauh ini, sungguh, itu semua diluar perkiraanku. Namun seiring dengan semakin baiknya posisiku, semakin besar pula beban dan tanggung jawab pekerjaan yang harus aku pikul. Konsekuensinya adalah, semakin berkurang pula waktuku untuk suami dan anakku. Hal itu telah terjadi sejak awal September yang lalu, di saat pekerjaan yang harus aku selesaikan semakin besar dan banyak. Bahkan, pekerjaan itu mengharuskan aku bolak-balik melakukan perjalanan dinas ke Jakarta dan Surabaya.
Puncaknya adalah pada 2 minggu terakhir, dimana pekerjaanku terasa semakin menyita perhatianku. Aku telah mencoba mencurahkan segala kemampuan yang aku miliki untuk menyelesaikannya. Betul-betul minggu yang melelahkan dan menegangkan. Aku merasakan benar kelelahan fisik dan pikiranku, namun tak ada waktu bagiku untuk berhenti. Selelah apapun kondisiku, aku tetap harus terus berjalan menyelesaikan pekerjaanku itu.
Alhamdulillah, pada saat-saat seperti itu dukungan dari suami dan anakku benar-benar meringankan hatiku. Perhatian mereka padaku sungguh mampu mengurangi perasaan bersalahku atas kurangnya waktuku untuk mereka. Mereka tak mengeluh saat aku terpaksa harus sering keluar kota atau kerja sampai malam demi melaksanakan pekerjaanku. Bahkan, suamiku mau membantuku melakukan beberapa pekerjaan rumah untuk meringankanku.
Suamiku tak pernah memaksaku berhenti dari pekerjaanku atau memaksaku untuk terus bekerja. Selama ini hanya menyerahkan segala keputusan kepadaku. Namun karena menyadari bahwa pekerjaan yang aku lakukan adalah penting bagi orang lain, maka suamiku selalu mendukungku. Aku menyadari, bahwa pekerjaanku adalah pelayanan kepada masyarakat, maka aku berusaha terus melakukannya semampuku. Atas dasar kepercayaan dan dukungan penuh darinya, maka aku senantiasa berusaha untuk bekerja sebaik-baiknya.
******
Suamiku..., aku bersyukur bahwa di saat-saat terberat dalam hidupku kau hadir untuk menguatkanku. Aku bersyukur aku memilikimu untuk tetap setia mendengarkan keluh kesahku. Cukup dengan hadirmu dan senyummu maka aku dapat kembali bersemangat melanjutkan hari-hari. Genggaman tanganmu menguatkan setiap langkahku dan pelukan hangat darimu telah meleburkan segala lelah dan penatku.
Suamiku... terima kasih untuk hadirmu. Ijinkan aku untuk selalu dan selalu kembali dalam pelukmu untuk melabuhkan segala penatku. Dan aku ingin sampai kita tua nanti kita tetap akan dapat saling menguatkan seperti gambar disamping ini.
Gambar atas diambil dari sini dan gambar bawah diambil dari sini
kalau kita bisa membagi waktu antara kerja dan karier itu bagus ko mbak..dan saya yakin mbak termasuk orang yang bisa membagi waktu...
BalasHapusrasanya memang sangat membahagiakan ya mbak bila orang terkasih selalu memberi dukungan dan perhatian... tetap semangat, sukses selalu dan salam terkasih...
BalasHapussukses dengan keluarga dan karier ya mba...beruntung sekali memiliki orang2 terkasih yang selalu mendukungnya.
BalasHapussalam.
aminnn....
BalasHapus(ikut mengaminkan doa mba...)
sukses selalu...
Iya setuju sama Mas Goentoer.. jadi pengen punya suami..
BalasHapus(lhoooo)
tetap semangat Mbak!
Salam kenal. :)
Wuaaaah.... salut salut, ternyata dibalik kesibukan kariernya Mbak Reni juga sukses dlm urusan keluarga.
BalasHapusMenurut saya sih, ndak masalah wanita itu bekerja dan mengejar karirnya tapi ya itu tadi asal ndak sampai lalai sama kodratnya sebagai Istri dan seorang Ibu.
yupz...... semangat terus mbak..... ^^
BalasHapusKita dan pekerjaan kita adalah satu paket, satu kesatuan...
BalasHapusPekerjaan adalah aktivitas. Tak satupun dari kita yang lepas dari aktivitas, wanita non karir sekalipun...
hmm.. keluarga kecil yang indah, dan harmonis. saya harus banyak belajar dari anda bu.
BalasHapussalam kenal mbak reni
BalasHapusblognya bagus
Bekerja adalah bentuk aktualisasi diri, namun jika sudah berkeluarga, baik pria maupun wanita hendaknya FAmily Oriented, keluarga yang utama, toh tujuan awal bekerja demi keluarga kan...???
BalasHapusSalut untuk pengertian dan dukungan yang diberikan sang Suami....
wah wah... jadi merinding sayah... hihihihi,,,, semoga langgeng yah mbak.... god bless yu...
BalasHapusmbak...maaf udah lama ga mampir nich..(siap dimaki mbak,hehe), mbak hebat, aku salut...bisa menjadi wanita karier sekaligus ibu buat shasa, pasti dia bangga banget :) sukses ya mba
BalasHapuspekerjaan itu,,sesuatu yang menghasilkan kebaikan iya gak?
BalasHapusternyata jadi seorang ibu itu susah ya mba..
BalasHapusharus atur waktu n jadwal untuk semua.
beda dengan yg masih single n tinggal di kosan lagi..
kyanya harus belajar dari sini deh mba akuw..
bgus mba postingannya..
senang ya mbak, masih ada suami yang mendukung di saat terpuruk
BalasHapuskalo saya terpuruk? mungkin anjing saya aja yang yang mau menemani T^T
Pekerjaaan yang di jalankan tanpa beban malah membawa pada kesuksesan. Salut buat salah satu kartni indonesia.
BalasHapusDukungan keluarga emang dierlukan apalagi di saat kita dalam keadaan tertekan.
Perasaan tadi dah omen api kok gak muncul.
BalasHapusPokoknya salut buat pencapaiannya mba. Walau diawalnya dilakukan tanpa beban.
Eniwei dukungan keluarga emang diperlukan.
saya juga sdng berusaha mbak utk tetap selalu menjaga keseimbangan antara kerja, urusan RT dan blogging..hehehe, tp akhir2 ini sussaaahh bukan main. wa;aupun tdk bekerja di kantoran spt mbak reni, kerjaku kadang2 melebihi orang kantoran mbak, buanyaak.bakan sering lembur utk mengejar deadline...hiks...
BalasHapusakhirnya....terpaksa menulis di log aku 'geser' sementara waktu..
salut buat mbk reni, sesibuk apapun semua berjalan lancar.
sukses ya mbak.. :)
Dilema yg banyak dialami wanita karier, mbak. Beruntunglah mbak Reni punya suami yg mau mengerti dan men-support!
BalasHapusTulisan mantap mbak. Maaf baru bisa mampir, sesuatu yang disebabkan pekerjaan saya dan tanggung jawab juga. Selamat beraktiivitas mbak reni, sukses selalu ya.
BalasHapussuami yang baik!!! tidak pernah memaksa mba reni untk kerja sekaligus ngeblog heheheheeh!!
BalasHapusiya mba semua harus disyukuri dan dinikmati......
seneng yah mbak,, suami dan sasha bener2 mendukung,, jadi tambah semangat neh kerjanya.. :)
BalasHapussulses dan tetap bahagia ya mbak.
BalasHapusRomantisnya.... Jadi kepingin istri kayak mbak rini.. Yang pandai membagi waktu kerja dan mengurus keluarga:)
BalasHapusselama bisa ngatur wkt gak masalah toh seorang isteri bekerja. btw, bikin cerpen yg bagus dan bisa dimuat di media cetak, perlu latihan aja. jangan lupa byk baca cerpen di majalah.jadi tahu, spt apa sih cerpen yg layak muat. gak ada teori yg jitu. hanya perlu latihan dan byk baca karya orang lain.
BalasHapusSalut buat mbak, bisa berfungsi sebagai Ubu Rumah tangga yang baik sekaligus wanita karier yang loyal pada pekerjaan.
BalasHapuswah, senangnya dapat dukungan dari suami. tapi memang iya mbak..karir bukan tujuan utama, tapi ketika ternyata jalannya dimudahkan juga gapapa...asalkan rumah tetap terurus kan...
BalasHapusHiks.. hiks... terharu bacanya mbak :( sungguh kasih sayang suami mbak luar biasa. alhamdulilah... semoga berkekalan sampai kesenja. Insya Allah...
BalasHapushiks..bener ya mba, jadi wanita karir itu penuh dilema. Dan mungkin saya akan mulai berjalan ke arah itu. Padahal hati saya pengennya bisa full di rumah mengurus keluarga, tapi tentu saja tetap berkarir dan sukses. Saya bersyukur banget bisa ketemu sama d'BC Network. Semoga saya bisa sukses disini, dan nggak dilema lagi. Semangat terus juga buat mba
BalasHapus