Minggu ini Shasa menghadapi ulangan umum semester I. Dan karena minggu ini banyak liburnya, ulangan umumnya masih tersisa 1 lagi yang baru akan ditempuh Selasa tgl 30 Desember nanti. Tidak seperti ulangan-ulangan sebelumnya, untuk ulangan kali ini aku gak bisa full dampingi Shasa belajar. Kebetulan sekali pekerjaan kantor yang lagi banyak-banyaknya gak bisa ditinggalkan.
Untung Shasa tipe anak yang memiliki tanggung jawab yang besar. Untuk urusan belajar, dia cukup mandiri. Tanpa menunggu disuruh, Shasa akan belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Alhamdulillah.
Sebenarnya aku dan suami gak nuntut hal yang terlalu tinggi pada Shasa. Aku tidak pernah memintanya untuk jadi juara 1. Tidak hanya untuk urusan nilai di sekolah, tapi untuk beberapa kegiatan perlombaan yang diikuti Shasa aku dan suami tidak pernah mentargetkan : juara satu untuknya. Aku dan suami hanya meminta Shasa untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya setiap kali menghadapi ulangan ataupun perlombaan. Kebetulan sekali Shasa senang sekali mengikuti berbagai jenis lomba, tentu saja untuk bidang yang cukup dikuasainya.
Kami hanya ingin Shasa mampu memahami proses yang harus dilaluinya untuk meraih sesuatu. Untuk saat ini : hasil tidak penting, yang terpenting adalah proses. Karena apapun yang didapatkan Shasa saat ini adalah bagian dari proses yang dijalaninya untuk meraih cita-citanya di masa depan. Aku dan suami tak ingin Shasa sudah kehabisan energi di saat dia menjalani proses mencapai cita-citanya kelak.
Sayang sekali, menurut pendapatku sekolah kurang memberikan dukungan untuk pengembangan pribadi anak secara maksimal. Mungkin karena gerak sekolah dibatasi oleh kurikulum, sehingga yang diutamakan hanya kecerdasan akademik. Walau kemampuan anak di bidang non akademik juga dilihat, tapi prosentasenya kecil sekali bila dibanding dengan bidang akademiknya.
Padahal aku ingin sekali pihak sekolah memberi sedikit lagi perhatian untuk pengembangan pribadi anak secara utuh. Aku ingin sekali pihak sekolah berpegang pada anggapan bahwa : setiap anak adalah pribadi yang unik, setiap anak adalah cerdas. Sebagaimana yang sedang banyak dibicarakan sekarang ini tentang Multiple Intelligent. Semoga saja suatu saat kelak ada perubahan paradigma dari sekolah dalam mendidik murid-muridnya. Amien.
Untung Shasa tipe anak yang memiliki tanggung jawab yang besar. Untuk urusan belajar, dia cukup mandiri. Tanpa menunggu disuruh, Shasa akan belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Alhamdulillah.
Sebenarnya aku dan suami gak nuntut hal yang terlalu tinggi pada Shasa. Aku tidak pernah memintanya untuk jadi juara 1. Tidak hanya untuk urusan nilai di sekolah, tapi untuk beberapa kegiatan perlombaan yang diikuti Shasa aku dan suami tidak pernah mentargetkan : juara satu untuknya. Aku dan suami hanya meminta Shasa untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya setiap kali menghadapi ulangan ataupun perlombaan. Kebetulan sekali Shasa senang sekali mengikuti berbagai jenis lomba, tentu saja untuk bidang yang cukup dikuasainya.
Kami hanya ingin Shasa mampu memahami proses yang harus dilaluinya untuk meraih sesuatu. Untuk saat ini : hasil tidak penting, yang terpenting adalah proses. Karena apapun yang didapatkan Shasa saat ini adalah bagian dari proses yang dijalaninya untuk meraih cita-citanya di masa depan. Aku dan suami tak ingin Shasa sudah kehabisan energi di saat dia menjalani proses mencapai cita-citanya kelak.
Sayang sekali, menurut pendapatku sekolah kurang memberikan dukungan untuk pengembangan pribadi anak secara maksimal. Mungkin karena gerak sekolah dibatasi oleh kurikulum, sehingga yang diutamakan hanya kecerdasan akademik. Walau kemampuan anak di bidang non akademik juga dilihat, tapi prosentasenya kecil sekali bila dibanding dengan bidang akademiknya.
Padahal aku ingin sekali pihak sekolah memberi sedikit lagi perhatian untuk pengembangan pribadi anak secara utuh. Aku ingin sekali pihak sekolah berpegang pada anggapan bahwa : setiap anak adalah pribadi yang unik, setiap anak adalah cerdas. Sebagaimana yang sedang banyak dibicarakan sekarang ini tentang Multiple Intelligent. Semoga saja suatu saat kelak ada perubahan paradigma dari sekolah dalam mendidik murid-muridnya. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Maaf ya, komentarnya dimoderasi dulu. Semoga tak menyurutkan niat untuk berkomentar disini. Terima kasih (^_^)