9 April 2009 bukanlah hari biasa. 9 April 2009 adalah hari istimewa. Pada hari itulah Rakyat Indonesia menentukan siapa yang akan mereka pilih untuk duduk di kursi legislatif. Hari itulah untuk pertama kalinya Rakyat Indonesia akan men-Contreng.
Contreng.., istilah yang semula terasa asing di telinga tiba-tiba saja menjadi sangat terkenal. Karena masih asing dengan istilah contreng inilah, maka wajar kalau masih saja ada orang (khususnya yang sudah lanjut usia) bingung bagaimana men-contreng itu. Bukankah selama ini pemilu identik dengan mencoblos?
Bingung ataupun tidak, akhirnya..., hari pen-contrengan akan segera tiba. Hari yang ditunggu-tunggu banyak orang. Bukan saja ditunggu oleh para Calon Legislatif, tapi juga oleh seluruh Rakyat Indonesia. Kalau bagi Calon Legislatif, tentu saja yang ditunggu adalah hasil pen-contrengan itu. Pastilah mereka segera ingin mengetahui buah dari perjuangan dan tebar pesona selama beberapa bulan lamanya.
Sementara bagi Rakyat Indonesia lainnya, hari pen-contrengan merupakan wujud kelegaan. Lega karena hiruk pikuk kampanye sudah lewat. Bisa dimaklumi, karena selama beberapa bulan lamanya suasana kota memang sempat berubah menjadi semrawut dan tidak indah. Maklum saja, baliho, spanduk, stiker, dan lainnya tersebar di setiap jalan. Terpasang di setiap pohon. Tertempel di setiap pagar, tiang listrik dan ... mobil-mobil yang hilir mudik. Di mana mata memandang, yang terlihat wajah-wajah calon legislatif kita. Di mana muka berpaling, yang tampak adalah bendera partai politik yang berkibar-kibar.
Rasanya sangat wajar bila banyak diantara kita yang kemudian menjadi "bosan" melihat pemandangan yang sama berbulan lamanya. Apalagi wajah-wajah yang terpampang di setiap sudut jalan itu hampir semuanya tidak dikenal.
Sementara himbauan untuk tidak golput terus menerus didengungkan. Kenapa juga disebut golput ? Kalau jaman dimana partai hanya ada 3, yaitu merah, kuning dan hijau.., maka "golongan putih" memang bukan milik siapa-siapa. Tapi saat ini, di saat jumlah partai sudah mencapai puluhan, "golongan putih" pun sudah ada pemiliknya. Beberapa partai sudah memilih warna putih untuk partainya.
Himbauan untuk tidak golput, selalu dibarengi himbauan untuk aktif menentukan masa depan bangsa. Tak lupa pula himbauan untuk melakukan pilihan dengan benar, dengan memilih calon legislatif yang berkualitas. Jangan seperti memilih kucing dalam karung.
Tapi di sisi lain, banyak orang yang bingung dengan bayaknya wajah-wajah Calon Legislatif yang tak dikenal itu. Apalagi bila disuruh memilih satu diantara sekian banyaknya... Saat ini pertanyaan yang muncul di benak banyak orang adalah "siapa yang harus dipilih ? Siapa yang layak untuk dipilih?"
Gambar diambil dari sini
Pertanyaan itu juga sangat wajar mengingat apa dan siapa para calon legislatif itu tak banyak diketahui masyarakat luas. Himbauan untuk tidak bertindak seperti "memilih kucing dalam karung" juga rasanya sulit untuk dipenuhi. Kalau kita tak mengenal dengan baik apa dan siapa para calon legislatif kita, sementara kita tetap dituntut untuk memilih... apa yang harus dilakukan?
Yang aku tahu, ada kelompok-kelompok yang justru akan melakukan kegiatan pada saat pen-contrengan besok. Dan, kegiatan itu dilakukan jauh dari rumah. Itu berarti mereka tidak akan mencontreng besok pagi. Mereka memilih untuk golput.
Sementara aku sendiri semangat tetap untuk men-contreng besok pagi. Bukan karena aku sudah punya pilihan Calon Legislatif yang aku jagokan. Tapi karena aku tetap ingin mempergunakan hak dan kewajibanku sebagai warga negara. Aku tetap ingin memperjuangkan pilihanku sendiri besok pagi. Aku tetap ingin agar "suara"ku diperhitungkan. Kalaupun nanti calon legislatif yang aku pilih ternyata tidak mendapat banyak suara tak mengapa. Yang penting, aku sudah memperjuangkan pilihanku dan aku sudah menjalankan hak dan kewajibanku.
Sayangnya, sampai saat ini aku belum menerima undangan untuk pen-contrengan besok. Kok bisa ya? Padahal saat Pilwakot dan Pilgub kemarin aku terdaftar lho. Kenapa sekarang tidak ya? Terus terang aku kecewa sekali karena kali ini aku tak dapat menggunakan hak suaraku!
Jadi, aku besok tak dapat mencontreng! Hak-ku telah "dirampas" tanpa seijinku. Aku terpaksa golput walau sebenarnya aku tak mau. Tak ada lagi yang dapat aku lakukan sekarang. *bingung, sedih dan kecewa*
Contreng.., istilah yang semula terasa asing di telinga tiba-tiba saja menjadi sangat terkenal. Karena masih asing dengan istilah contreng inilah, maka wajar kalau masih saja ada orang (khususnya yang sudah lanjut usia) bingung bagaimana men-contreng itu. Bukankah selama ini pemilu identik dengan mencoblos?
Bingung ataupun tidak, akhirnya..., hari pen-contrengan akan segera tiba. Hari yang ditunggu-tunggu banyak orang. Bukan saja ditunggu oleh para Calon Legislatif, tapi juga oleh seluruh Rakyat Indonesia. Kalau bagi Calon Legislatif, tentu saja yang ditunggu adalah hasil pen-contrengan itu. Pastilah mereka segera ingin mengetahui buah dari perjuangan dan tebar pesona selama beberapa bulan lamanya.
Sementara bagi Rakyat Indonesia lainnya, hari pen-contrengan merupakan wujud kelegaan. Lega karena hiruk pikuk kampanye sudah lewat. Bisa dimaklumi, karena selama beberapa bulan lamanya suasana kota memang sempat berubah menjadi semrawut dan tidak indah. Maklum saja, baliho, spanduk, stiker, dan lainnya tersebar di setiap jalan. Terpasang di setiap pohon. Tertempel di setiap pagar, tiang listrik dan ... mobil-mobil yang hilir mudik. Di mana mata memandang, yang terlihat wajah-wajah calon legislatif kita. Di mana muka berpaling, yang tampak adalah bendera partai politik yang berkibar-kibar.
Rasanya sangat wajar bila banyak diantara kita yang kemudian menjadi "bosan" melihat pemandangan yang sama berbulan lamanya. Apalagi wajah-wajah yang terpampang di setiap sudut jalan itu hampir semuanya tidak dikenal.
Sementara himbauan untuk tidak golput terus menerus didengungkan. Kenapa juga disebut golput ? Kalau jaman dimana partai hanya ada 3, yaitu merah, kuning dan hijau.., maka "golongan putih" memang bukan milik siapa-siapa. Tapi saat ini, di saat jumlah partai sudah mencapai puluhan, "golongan putih" pun sudah ada pemiliknya. Beberapa partai sudah memilih warna putih untuk partainya.
Himbauan untuk tidak golput, selalu dibarengi himbauan untuk aktif menentukan masa depan bangsa. Tak lupa pula himbauan untuk melakukan pilihan dengan benar, dengan memilih calon legislatif yang berkualitas. Jangan seperti memilih kucing dalam karung.
Tapi di sisi lain, banyak orang yang bingung dengan bayaknya wajah-wajah Calon Legislatif yang tak dikenal itu. Apalagi bila disuruh memilih satu diantara sekian banyaknya... Saat ini pertanyaan yang muncul di benak banyak orang adalah "siapa yang harus dipilih ? Siapa yang layak untuk dipilih?"
Gambar diambil dari sini
Pertanyaan itu juga sangat wajar mengingat apa dan siapa para calon legislatif itu tak banyak diketahui masyarakat luas. Himbauan untuk tidak bertindak seperti "memilih kucing dalam karung" juga rasanya sulit untuk dipenuhi. Kalau kita tak mengenal dengan baik apa dan siapa para calon legislatif kita, sementara kita tetap dituntut untuk memilih... apa yang harus dilakukan?
Yang aku tahu, ada kelompok-kelompok yang justru akan melakukan kegiatan pada saat pen-contrengan besok. Dan, kegiatan itu dilakukan jauh dari rumah. Itu berarti mereka tidak akan mencontreng besok pagi. Mereka memilih untuk golput.
Sementara aku sendiri semangat tetap untuk men-contreng besok pagi. Bukan karena aku sudah punya pilihan Calon Legislatif yang aku jagokan. Tapi karena aku tetap ingin mempergunakan hak dan kewajibanku sebagai warga negara. Aku tetap ingin memperjuangkan pilihanku sendiri besok pagi. Aku tetap ingin agar "suara"ku diperhitungkan. Kalaupun nanti calon legislatif yang aku pilih ternyata tidak mendapat banyak suara tak mengapa. Yang penting, aku sudah memperjuangkan pilihanku dan aku sudah menjalankan hak dan kewajibanku.
Sayangnya, sampai saat ini aku belum menerima undangan untuk pen-contrengan besok. Kok bisa ya? Padahal saat Pilwakot dan Pilgub kemarin aku terdaftar lho. Kenapa sekarang tidak ya? Terus terang aku kecewa sekali karena kali ini aku tak dapat menggunakan hak suaraku!
Jadi, aku besok tak dapat mencontreng! Hak-ku telah "dirampas" tanpa seijinku. Aku terpaksa golput walau sebenarnya aku tak mau. Tak ada lagi yang dapat aku lakukan sekarang. *bingung, sedih dan kecewa*
wah sammmmma aku belom dapet kartu neh.
BalasHapusrencananya mo minta kartu atm aja ma kpu
@attayaya : Wah, KPU bakal gulung tikar nih kalo semua orang yg gak masuk DPT minta kartu ATM (karena saking banyaknya... hihihi)
BalasHapusaduh... kenapa sampai segitu "nasib" ibu, ya...
BalasHapuskasihan... jadi gak bisa nyontreng Caleg (atau penanam modal?)...
@musTrays : aku kecewa aja gak bia ikut pesta demokrasi dan gak bisa mempergunakan hak-ku sebagai warga negara..
BalasHapusYups, jangan sampai sembarang memilih ya mbak.
BalasHapusPondokku
@erik : yups..., bagi yang bisa menggunakan hak suaranya semoga gak salah pilih deh.
BalasHapushiyah..maen yah..salam kenal
BalasHapusmbak reni, wen ngtes koneksi pake hape leletnya ampun-ampun tapi lumayan wis hehehe wat sekali-sekali setor muka:p ni lagi ngantuk-ngantuk di malem pencontrengan sambil nungguin adek pulang dari surabaya hihihi mudah-mudahan besok gak nelat ke TPS, wen dah dapet DPTnya;)
BalasHapus@xzcoslo : salam kenal kembali
BalasHapus@wendy : Wah, kabar gembira nih. sering-2 setor muka ya, mbak.. ^_^
Met pagi mbak Reni.
BalasHapusContreng yang mana hari ini.
Mending contreng di pondokku aja he he he
Pondokku
ceritane podho iki,
BalasHapuskeluarga yg dirumah bilang gak dpt surat panggilan, katanya gak masuk DPT. Wah.... kehilangan hak bersuara
kabar dari mahasiswa2 di Prancis juga banyak yang gak bisa nyontreng, mereka nggak dapat surat suara, mereka protes ke PPLN setempat
BalasHapus@erik : aku gak bisa contreng hari ini hiks...
BalasHapus@willis koes : wah ternyata banyak juga ya yang bernasib sama denganku. Aku jadi gak bisa mempergunakan hak bersuara nih. Cape' deh...
sudah nyontreng lho mba....
BalasHapusmampir abis nyontek..eh, nyontreng.
BalasHapus@penny : sudah nyontreng ya ... ? Aku gak bisa... hikss..
BalasHapus@sangcerpenis : Wah, nyontreng juga ya ? Pengeeeennn. !!
wah malem mbak, teh, jeng, tante, buk reni. tadi ga bisa nyontreng ya. kalo aku si udah... wuih semua dapet lo sampe yang kepalanya botak aku kasih rambut, kasih kumis juga
BalasHapuswah, berarti sekarang sudah milih ya mba :) ...
BalasHapussiapakah yang menang ditempat mba reni ? :D
@sendal jepit : hahaha, tapi yg dapat bonus "kumis" cuma bapak-bapak aja kan ??
BalasHapus@jonk : aku gak dapat undangan utk nyontrengg.. hikss..
Waduh... kasihan mbak Reny ternyata mpe hari pencontrengan ndak dapat kartu juga... Emang KPU daerahnya tu mbak yang lelet.
BalasHapusSaya tadi nyontreng, ya bingung mbak, habis untuk DPRD, DPD, DPR ndak ada yang kenal. Tapi di DPR PRovinsi ada temen SMP dulu... yah akhirnya contrenglah... meski dah puluhan tahun tidak ketemu...
GUe sendiri antara golput dan nyontreng.(kok bisa?) hehehe
BalasHapus@^66^ : sama-sama gak dapat pengalaman nyonteng utk pertama kalinya ya ?? (pemilu sebelumnya kan nyoblos)
BalasHapus@mulyati : di daerahku ternyata ada beberapa keluarga yang tidak terima undangan utk nyontreng. Sisi positifnya adalah aku tak perlu bingung milih, mbak. Hehehe
@R-Adha : Hmm, pasti nyontrengnya tidak di tempat yang seharusnya kan ?? Tetap nyontreng tapi tidak milih. Bener gak ??
kok sama mbak....??
BalasHapussaya juga ga nyontreng, krn ga dapat undangan formulir C4
padahal pilkada gubernur, bupati saya ikutan dan diundang
memang Pemilu kali ini amburadul
banyak DPT yang tidak memilih
bahkan sampai tertukarnya kertas suara
kacau... kacau.....
@kejujurancinta : bener mbak, pemilu kali ini kacau banget deh. Jadi ga bisa ikutan nyontreng deh...
BalasHapushi hi tadinya aku malah gak daoet kartu loh!! eh gak daoet undangan. Wah, mau ketawa habis ... aku dikiran imigran gelap kali ya .. anehnay suamiku dapet !!
BalasHapusalhasil aku santai aja lah .. hgak mau memperpanjang.
eh alhamdulillahnya, bu RT, dateng dan mencari namaku di daftar. Rupanya ADA !!
I love you Bu RT ... muuach ... ha ha!
Nyontreng dech.
Walau banyak yang gak kenal Almost semua gak kenal. Pasrah saja. Dengan pilihan apapun itu, saya berharap amanat dan tanggung jawab yang dibebankan bisa sepenuhnya dijalankan dengan rasa adil dan jujur. Amien ..
@kuyus : selamat ya bisa nyontreng juga akhirnya... Kesempatan berharga tuh, mbak. ^_^
BalasHapus